Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Perbandingan Penilaian Visual Analog Scale dari Injeksi Subkutan Morfin 10 mg dan Bupivakain 0,5% pada Pasien Pascabedah Sesar dengan Anestesi Spinal Fadinie, Wulan; Arifin, Hasanul; Wijaya, Dadik Wahyu
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.157 KB)

Abstract

Obat anestesi lokal dan opioid dapat disuntikkan langsung pada luka untuk mengurangi nyeri pascabedah. Penelitian bertujuan menilai intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dapat menjadi metode yang sangat efektif dalam penilaian nyeri pascabedah. Membandingkan nilai VAS pada saat istirahat dan batuk dari infiltrasi lokal morfin 10 mg dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB pada pascabedah sesar dengan metode uji klinis acak tersamar ganda pada 100 sampel. Kriteria inklusi adalah perempuan hamil, usia 20–40 tahun, dengan status fisik menurut American Society of Anesthesia (ASA) kelas I–II yang menjalani bedah sesar elektif dan emergensi di RSUP Haji Adam Malik, RSU dr. Pirngadi, RS Putri Hijau, RS Haji, dan RSU Sundari pada bulan Juli 2014. Sampel dibagi menjadi kelompok A dengan infiltrasi lokal morfin 10 mg dan kelompok B dengan infiltrasi lokal bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB. Nilai VAS dianalisis secara statistik dengan Mann-Whitney. Nilai VAS lebih rendah pada kelompok A, yaitu 4,72 (SB=1,54) dibanding dengan kelompok B, yaitu 2,14 (SB=1,21). Simpulan, infiltrasi lokal morfin 10 mg lebih baik dibanding dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB.Kata kunci: Bupivakain, infiltrasi lokal, manajemen nyeri, morfin, visual analog scaleComparison of Visual Analog Scale Assestment of Subcutaneous Injection of 10 mg Morphine and 0.5% Bupivacaine in Post-Caesarean Section under Spinal AnesthesiaAbstractLocal anesthetic agent and opioid can subcutaneously be injected into the wound to reduce postoperative pain. This study was conducted to evaluate pain intensity using visual analog scale (VAS), which can be a very effective method of postoperative pain assessment, and to compare VAS when resting and coughing between local infiltration of 10 mg morphine and 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine after caesarian section. This study was a double blinded randomized clinical trial on 100 subjects. The inclusion criteria were pregnant women, aged 20–40 years, with physical ASA I–II status who underwent elective and emergency caesarean section in Haji Adam Malik Hospital, dr. Pirngadi Hospital, Putri HijauHospital, Haji Hospital, and Sundari Hospital during the period of July 2014. Subjects were divided into group A with 10 mg morphine infiltration and group B with 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine local infiltration. The resulting VAS scores were analyzed statistically using Mann-Whitney. ItLower VAS scores were found in group A 4.72 (SB=1.54) when compared to group B 2.14 (SB=1.21). In conclusion, local infiltration of 10 mg morphine is better compared to 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine.Key words: Bupivacaine, local infiltration, morphine, pain management, visual analog scale DOI: 10.15851/jap.v4n2.826
Perbandingan Penilaian Visual Analog Scale dari Injeksi Subkutan Morfin 10 mg dan Bupivakain 0,5% pada Pasien Pascabedah Sesar dengan Anestesi Spinal Wulan Fadinie; Hasanul Arifin; Dadik Wahyu Wijaya
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (497.157 KB)

Abstract

Obat anestesi lokal dan opioid dapat disuntikkan langsung pada luka untuk mengurangi nyeri pascabedah. Penelitian bertujuan menilai intensitas nyeri menggunakan visual analog scale (VAS) dapat menjadi metode yang sangat efektif dalam penilaian nyeri pascabedah. Membandingkan nilai VAS pada saat istirahat dan batuk dari infiltrasi lokal morfin 10 mg dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB pada pascabedah sesar dengan metode uji klinis acak tersamar ganda pada 100 sampel. Kriteria inklusi adalah perempuan hamil, usia 20–40 tahun, dengan status fisik menurut American Society of Anesthesia (ASA) kelas I–II yang menjalani bedah sesar elektif dan emergensi di RSUP Haji Adam Malik, RSU dr. Pirngadi, RS Putri Hijau, RS Haji, dan RSU Sundari pada bulan Juli 2014. Sampel dibagi menjadi kelompok A dengan infiltrasi lokal morfin 10 mg dan kelompok B dengan infiltrasi lokal bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB. Nilai VAS dianalisis secara statistik dengan Mann-Whitney. Nilai VAS lebih rendah pada kelompok A, yaitu 4,72 (SB=1,54) dibanding dengan kelompok B, yaitu 2,14 (SB=1,21). Simpulan, infiltrasi lokal morfin 10 mg lebih baik dibanding dengan bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB.Kata kunci: Bupivakain, infiltrasi lokal, manajemen nyeri, morfin, visual analog scaleComparison of Visual Analog Scale Assestment of Subcutaneous Injection of 10 mg Morphine and 0.5% Bupivacaine in Post-Caesarean Section under Spinal AnesthesiaAbstractLocal anesthetic agent and opioid can subcutaneously be injected into the wound to reduce postoperative pain. This study was conducted to evaluate pain intensity using visual analog scale (VAS), which can be a very effective method of postoperative pain assessment, and to compare VAS when resting and coughing between local infiltration of 10 mg morphine and 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine after caesarian section. This study was a double blinded randomized clinical trial on 100 subjects. The inclusion criteria were pregnant women, aged 20–40 years, with physical ASA I–II status who underwent elective and emergency caesarean section in Haji Adam Malik Hospital, dr. Pirngadi Hospital, Putri HijauHospital, Haji Hospital, and Sundari Hospital during the period of July 2014. Subjects were divided into group A with 10 mg morphine infiltration and group B with 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine local infiltration. The resulting VAS scores were analyzed statistically using Mann-Whitney. ItLower VAS scores were found in group A 4.72 (SB=1.54) when compared to group B 2.14 (SB=1.21). In conclusion, local infiltration of 10 mg morphine is better compared to 2 mg/kgBW 0.5% bupivacaine.Key words: Bupivacaine, local infiltration, morphine, pain management, visual analog scale DOI: 10.15851/jap.v4n2.826
Perbandingan Efek Analgesi Infiltrasi Morfin 10 Mg dan Bupivakain 0,5% 2 Mg/KgBB pada Seksio Sesarea dengan Teknik Anestesi Spinal Wulan Fadinie; Dadik Wahyu Wijaya; Hasanul Arifin
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 3 No 2 (2020): September
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v3i2.45

Abstract

Latar Belakang: Persalinan dengan seksio sesarea sangat umum dilakukan dan setiap intervensi yang dapat mengurangi rasa sakit pasca operasi layak diteliti lebih lanjut. Cara terbaik untuk mengurangi rasa sakit dengan memberikan analgesi yang langsung bekerja pada area luka. Telah diketahui morfin memiliki reseptor perifer sehingga pemberian secara subkutan dapat menjadi metode yang sangat efektif dalam manajemen nyeri pasca operasiTujuan: Membandingkan efek analgesi dari infiltrasi lokal morfin 10 mg dengan bupivakain 2mg/kgBB 0,5% pada pasca seksio sesarea dengan anestesi spinal. Subjek dan Metode: Penelitian ini adalah uji klinis acak tersamar ganda dengan 100 sampel wanita hamil, usia 20-40 tahun, PS-ASA I-II yang akan menjalani seksio sesarea elektif dan darurat dengan anestesi spinal. Setelah dihitung secara statistik, sampel dibagi secara acak menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama mendapat morfin 10 mg dan kelompok kedua mendapat bupivakain 0,5% 2 mg/kgBB secara infiltrasi lokal subkutan didaerah luka operasi. Skala nyeri dinilai dengan VAS. Hasilnya diuji dengan uji T-independent, Chi-Square, dengan nilai signifikan 95% (p <0,05%, signifikan secara statistik). Hasil: Pada kelompok morfin pemberian analgesi tambahan lebih sedikit daripada kelompok bupivakain, hasilnya berbeda bermakna secara statistik (p <0.05) pada setiap jam pengamatan. Efek samping tidak ditemukan pada kedua kelompok. Kelompok morfin meringankan rasa sakit lebih baik daripada kelompok bupivakain dengan skor VAS yang lebih rendah pada setiap jam pengamatanSimpulan: Infiltrasi lokal subkutan 10 mg morfin memberikan efek analgetik yang lebih baik pada pasien pasca seksio sesarea dengan anestesi spinal dibandingkan dengan bupivacain 0,5% 2 mg/kgBB, tanpa efek samping. Comparison of the Analgesic Effects of 10 mg Morphine and 2mg/BW Bupivacaine 0.5% Infiltration in Cesarean Section with Spinal Anesthesia Technique Abstract Background: Nowadays, deliveries by cesarean section are more commonly done, any intervention that can make progression to reduce post-operative pain are feasible for further study. The best way to reduce pain is by administration pain relieve drug that directly act in wound. It is known that morphine has peripheral receptors, so subcutaneous administration can be a very effective method of postoperative pain management. Objective: To compare analgetic effect from local infiltration of 10 mg morphine with 2mg/BW bupivacaine 0.5% in post cesarean section with spinal anesthesiaSubject and Methods: This study was done by double blinded randomized clinical trial with 100 samples of pregnant women, age 20-40 years, PS-ASA I-II that will undergo elective and emergency cesarean section with spinal anesthesia. After calculated statistically, all samples divided randomly into 2 groups. First group got morphine 10 mg and second group got bupivacaine 0.5% 2 mg/BW infiltration at the area of surgical wound. Pain scale was evaluated by VAS. The result was tested by T-independent test, Chi-Square, with significant value 95% (p<0.05%, statistically significant). Result: In morphine group, the additional analgesia was less than bupivacaine group, the results were statistically significant (p <0.05) at each hour of observation. No side effects were found in either group. The morphine group relieved pain better than the bupivacaine group with lower VAS scores at each hour of observation.Conclusion: Infiltration of 10 mg morphine subcutaneous compared to bupivacaine 0.5% 2mg/BW give better analgetic effect in post cesarean section patients with spinal anesthesia, without any side effects
Autoregulasi Serebral dalam Kehamilan Wulan Fadinie; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 5 No 3 (2022): November
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v5i3.107

Abstract

Autoregulasi merupakan suatu proses penting untuk menjaga sirkulasi saat terjadi peningkatan maupun penurunan tekanan arteri secara mendadak. Batas autoregulasi otak ini memiliki rentang fisiologi pada 50–150 mmHg. Cerebral Blood Flow (CBF) dipengaruhi oleh volume dan kekentalan darah, tekanan perfusi, dan tekanan intrakranial. Adaptasi sirkulasi serebral dalam kehamilan berfungsi untuk mempertahankan oksigenasi dan pengiriman nutrisi terhadap janin serta fungsi ekskresi yang sama seperti dalam keadaan tidak hamil, terutama dalam menghadapi perubahan hemodinamik sistemik yang luar biasa terkait dengan kehamilan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi autoregulasi, salah satunya adalah hipertensi. Hipertensi adalah salah satu komplikasi medis yang paling sering dijumpai dalam kehamilan, dan menjadi penyebab kematian ibu. Hipertensi dalam kehamilan mempengaruhi beberapa organ, tetapi pengaruh paling besar adalah terhadap organ serebrovaskular karena dapat menyebabkan kematian atau morbiditas jangka panjang. Meskipun begitu perubahan serebrovaskuler di otak, tidak selalu diiringi dengan kenaikan tekanan intrakranial yang menjadi pertimbangan penting dalam pemilihan tindakan dan obat yang dipakai dalam anestesi.
Serial Kasus: Perdarahan dan Transfusi Masif pada Plasenta Akreta Wulan Fadinie; Yusmein Uyun
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 6 No 1 (2023): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v6i1.123

Abstract

Placenta Accreta Spectrum (PAS) adalah gangguan pertumbuhan plasenta yang menyimpang di dinding rahim, penyebab utama perdarahan peripartum dan kematian ibu. Anestesi neuraksial paling sering digunakan, tetapi bila invasinya sudah tinggi dinilai dari Placenta Accreta Index Score (PAIS), maka anestesi umum adalah pilihan yang lebih baik. Plasenta akreta memiliki risiko tinggi untuk pendarahan intraoperatif oleh karena itu persiapan darah dan protokol transfusi masif sangat penting. Empat pasien dengan plasenta akreta menjalani seksio sesarea, terjadi perdarahan masif dan dilakukan protokol transfusi masif. Histerektomi intraoperatif dilakukan pada tiga pasien, sedangkan pada satu pasien lainnya terjadi adhesi plasenta ke abdomen karena kehamilan intraabdominal. Pembiusan dilakukan dengan teknik anestesi umum pada satu pasien, tetapi pada tiga pasien lainnya dimulai dengan anestesi epidural dengan perubahan menjadi anestesi umum intraoperatif karena hemodinamik tidak stabil akibat perdarahan dan pada keempat pasien dipasang alat monitoring invasif. Pascaoperasi dipindahkan ke Surgical Intensive Care Unit (SICU), tidak ada reaksi transfusi ataupun kematian ibu. Protokol transfusi masif penting dalam penanganan perdarahan masif, persiapan darah serta perhitungan jumlah perdarahan intraoperatif menjadi faktor yang penting. Kapan dilakukan histerektomi juga membuat perbedaan untuk jumlah perdarahan. Perubahan teknik anestesi dari regional ke umum harus dilakukan untuk menjaga kestabilan hemodinamik dan menjamin oksigenasi agar memberikan hasil yang baik serta masa rawatan pascaoperasi di SICU yang lebih singkat. Keberhasilan penatalaksanaan plasenta akreta dengan perdarahan masif merupakan hasil dari manajemen perioperatif yang tepat, persiapan yang matang dan kerja sama antar disiplin ilmu yang baik.
Hubungan Kegawatdaruratan dengan Teknik Anestesi pada Plasenta Akreta di RSUP H. Adam Malik Medan Fadinie, Wulan; Fajar Apsari, Ratih Kumala; Uyun, Yusmein; Widyastuti, Yunita; Kurniawaty, Juni
Jurnal Anestesi Obstetri Indonesia Vol 7 No 1 (2024): Maret
Publisher : Indonesian Society of Obstetric Anesthesia and Critical Care (INA-SOACC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47507/obstetri.v7i1.172

Abstract

Latar Belakang: Plasenta akreta dapat terjadi selama kehamilan karena implantasi plasenta yang tidak normal, dengan anestesi neuraksial saat ini lebih umum digunakan dalam persalinan seksio sesarea untuk kasus ini.Tujuan: Penelitian bertujuan untuk menilai hubungan antara kegawatdaruratan dan teknik anestesi pada kasus plasenta akreta di RSUP H. Adam Malik Medan.Subjek dan Metode:Melibatkan analisis deskriptif kohort retrospektif menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien plasenta akreta di RSUP H. Adam Malik Medan dari 2020 hingga 2023.Hasil: Hasil dari 200 sampel terungkap adanya hubungan antara kegawatdaruratan dan teknik anestesi. Ditemukan bahwa kasus emergensi terjadi pada 70,6% dari pasien yang menggunakan anestesi umum dan 44,9% dari pasien yang menggunakan anestesi neuraksial. Sedangkan kasus elektif terjadi pada 29,4% dari pasien yang menggunakan anestesi umum dan 55,1% dari pasien yang menggunakan anestesi neuraksial.Simpulan: Pemilihan teknik anestesi, baik anestesi umum maupun neuraksial, dipengaruhi oleh kegawatdaruratan dalam persalinan seksio sesarea pada kasus plasenta akreta.
Pelatihan Penanganan Cardiac Arrest (Henti Jantung) dengan Menggunakan Metode Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi Pengemudi Ojek Online Se Kota Medan Siahaan, Dwi Lunarta D. S.; Sinatra, Jadeny; Nazma, Diani; Lubis, Andriamuri P.; Tanjung, Qodri F.; Sitepu, John Frans; Hamdi, Tasrif; Hamdani, Irfan; Chalil, M. Jalaluddin A.; Yunafri, Andri; Irina, Sinta; Zainumi, Cut M.; Fadinie, Wulan; Silaen, Ester L. R.; Simbolon, Boyke M.; Siahaan, Jekson M.; Lim, Hadyanto; Anto, Endy Juli; Tobing, Paul S. M. L.; Rimbun, Surjadi; Hutasoit, Eka Samuel P.; Tambunan, Ronald T. H.; Tarigan, Juliyanti; Stephanie S., Kezia; Natalie S., Karen
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI
Publisher : Universitas Methodist Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46880/methabdi.Vol4No2.pp188-193

Abstract

Cardiac Arrest is the leading cause of death in the world including Indonesia, which can occur anytime and anywhere. The causes vary, ranging from fatigue, and underlying health conditions, to traffic accidents. Basic Life Support (BLS) is the initial step that can be taken to restore respiratory and circulatory function in individuals experiencing respiratory or cardiac arrest. It is important for online motorcycle taxi drivers to possess these skills, as they often spend time on the road and interact with various people in different situations. Perhimpunan Dokter Spesialis Anesthesiology dan Terapi Intensif (PERDATIN) North Sumatra Branch concluded a series of Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Anestesia (KPPIA) by providing basic life support training to 521 public transport or online motorcycle taxi drivers in the city of Medan on September 29, 2024. Held at the Gedung Serba Guna of the North Sumatra Provincial Government, the participants were divided into 52 groups guided directly by anesthesiologist specialists as instructors. By providing this education and training, they can be better prepared to face emergency situations on the road, thereby enhancing safety and service for passengers
Hubungan Derajat Nyeri pada Brief Pain Inventory dengan Stadium Kanker Payudara Siregar, Muthiah Alfiah Anggi; Fadinie, Wulan
Jurnal Kesehatan Andalas Vol. 11 No. 1 (2022): Online March 2022
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v11i1.1889

Abstract

Breast cancer is a condition in which cells have undergone normal repairs, resulting in abnormal growth. In Indonesia, patients with metastatic cancer (stage IV) tend to have a lot of complaints and complications due to cancer they experience. Pain is the main complaint that is often complained of. Objectives: To determined the relationship between the degree of pain in BPI (Brief Pain Inventory) and the stage of breast cancer. Methods:  Research conducted is analytic with cross-sectional design. The study sample was patients diagnosed with breast cancer in RSUP HAM who had met the inclusion and exclusion criteria based on the total sampling method. Research data are primary data taken using interview techniques. The research instrument was the BPI questionnaire. BPI is a measure of pain experience that measures the severity of pain and disruption of daily functioning due to the pain experienced by patients. Measured using a ratio scale where the score of 0 is the lowest and the ten highest scores have the worst pain intensity. Results: The analysis of the Chi-square test showed a significant relationship between the degree of pain and the stage of breast cancer in RSUP HAM with a p= 0,01 (p<0,05. Conclusion: There is a relationship between the degree of pain and the stage of breast cancer.Keywords:  BPI, breast cancer, pain, stage
Catecholamine Toxicity After Craniotomy Evacuation Craniotomy and Evacuation of The Abscess Gibson Sirait, Ongta; Fadinie, Wulan
Journal of Society Medicine Vol. 1 No. 2 (2022): November
Publisher : CoinReads Media Prima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (805.838 KB) | DOI: 10.47353/jsocmed.v1i2.3

Abstract

Increasing levels of endogenous catecholamines occur acutely to provide short-time adaptation to stressful conditions, known as the fight-or-fly response. Catecholamine toxicity requires multidisciplinary management. In this case, the patient is diagnosed with a brain abscess since birth. According of the history, physical examination and investigations, it was concluded that the diagnosis of epidural abscess with abscess evacuation craniotomy and PS ASA 2 (leukocytosis) with GA-ETT anesthesia. The operation is carried out with a duration of 4 hours. Vital sign monitoring obtained blood pressure sp108 – 125 62 - 90 mmHg, heart frequency 90 - 120 times per minute, 99% oxygen saturation. When in the recovery room, the patient experiences cardiac arrest, this is thought to result from catecholamine toxicity. Patients are treated as resuscitation in accordance with the algorithm of cardiac arrest in children. Patients experienced a response of spontaneous circulation (ROSC) and performed vital sign monitoring.
Pelatihan Penanganan Cardiac Arrest (Henti Jantung) dengan Menggunakan Metode Bantuan Hidup Dasar (BHD) Bagi Pengemudi Ojek Online Se Kota Medan Siahaan, Dwi Lunarta D. S.; Sinatra, Jadeny; Nazma, Diani; Lubis, Andriamuri P.; Tanjung, Qodri F.; Sitepu, John Frans; Hamdi, Tasrif; Hamdani, Irfan; Chalil, M. Jalaluddin A.; Yunafri, Andri; Irina, Sinta; Zainumi, Cut M.; Fadinie, Wulan; Silaen, Ester L. R.; Simbolon, Boyke M.; Siahaan, Jekson M.; Lim, Hadyanto; Anto, Endy Juli; Tobing, Paul S. M. L.; Rimbun, Surjadi; Hutasoit, Eka Samuel P.; Tambunan, Ronald T. H.; Tarigan, Juliyanti; Stephanie S., Kezia; Natalie S., Karen
Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI Vol 4 No 2 (2024): Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat METHABDI
Publisher : Universitas Methodist Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46880/methabdi.Vol4No2.pp188-193

Abstract

Cardiac Arrest is the leading cause of death in the world including Indonesia, which can occur anytime and anywhere. The causes vary, ranging from fatigue, and underlying health conditions, to traffic accidents. Basic Life Support (BLS) is the initial step that can be taken to restore respiratory and circulatory function in individuals experiencing respiratory or cardiac arrest. It is important for online motorcycle taxi drivers to possess these skills, as they often spend time on the road and interact with various people in different situations. Perhimpunan Dokter Spesialis Anesthesiology dan Terapi Intensif (PERDATIN) North Sumatra Branch concluded a series of Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu Anestesia (KPPIA) by providing basic life support training to 521 public transport or online motorcycle taxi drivers in the city of Medan on September 29, 2024. Held at the Gedung Serba Guna of the North Sumatra Provincial Government, the participants were divided into 52 groups guided directly by anesthesiologist specialists as instructors. By providing this education and training, they can be better prepared to face emergency situations on the road, thereby enhancing safety and service for passengers