Rudi K. Kadarsah
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Angka Kejadian Hipotermia dan Lama Perawatan di Ruang Pemulihan pada Pasien Geriatri Pascaoperasi Elektif Bulan Oktober 2011–Maret 2012 di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung Anggita Marissa Harahap; Rudi K. Kadarsah; Ezra Oktaliansah
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.282 KB)

Abstract

Tindakan anestesi dan pembedahan adalah salah satu penyebab kejadian hipotermia. Keadaan ini sangat tidak menguntungkan bagi pasien geriatri dengan gangguan fungsi kardiopulmonal. Penelitian dilakukan dengan metode prospektif observasional dengan rancangan penelitian deskriptif kasus kontrol terhadap 129 orang pasien geriatri pascaanestesi umum dan pascaanestesi regional yang masuk ke ruang pemulihan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada Oktober 2011 sampai Maret 2012. Angka kejadian hipotermia pada pasien geriatri pascaanestesi di ruang pemulihan sebanyak 113 orang (87,6%). Terdapat hubungan bermakna kejadian hipotermia dengan lama perawatan di ruang pemulihan pada pasien geriatri yang telah menjalani operasi elektif di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung (p≤0,05). Lama tinggal di ruang pemulihan rata-rata pada pasien hipotermia adalah 110 menit dan pada pasien yang tidak hipotermia 70 menit. Simpulan penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian hipotermia pascaoperatif geriatri adalah 87,6% dan pasien dengan hipotermia mendapatkan perawatan lebih lama di ruang pemulihan.Kata kunci: Hipotermia pascaanestesi, lama perawatan, geriatri, ruang pemulihanThe Incidence of Hypothermia and Duration of Care in the Recovery Room on Postoperative Geriatric Patients at Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung During October 2011–March 2012Anesthesia and surgery is one of the causes of the incidence of hypothermia . This situation is not favorable for geriatric patients with impaired cardiopulmonary function. This was a prospective observational study with a descriptive case-control design on 129 geriatric patients post general and regional anaesthesia in the recovery room of Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung during the period of October 2011 to March 2012. The incidence of hypothermia in geriatric patients post anaesthesia in recovery room was 113 people (87.6%). There was a significant relationship between the incidence of hypothermia and the duration of care in the recovery room in geriatric patients who have undergone elective surgery at the Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung (p≤0.05) . Average the length of stay in recovery room was 110 minutes in patients experiencing hypothermia while it was 70 minutes in those whom did not experience hypothermia. In conclusions, the incidence of postoperative hypothermia in geriatric patients was 87.6% and patients whom experienced hypothermia have a longer care in the recovery room.Key words: Geriatric, hypothermia post anesthesia, length of stay DOI: 10.15851/jap.v2n1.236
Perbandingan Kebutuhan Propofol dan Lama Bangun antara Kombinasi Propofol-Ketamin dan Propofol-Fentanil pada Pasien yang Dilakukan Kuretase yang Diukur dengan Bispectral Index (BIS) Wirawan Anggorotomo; Rudi K. Kadarsah; Ezra Oktaliansah
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.96 KB)

Abstract

Pemberian sedasi dan analgesi yang efektif, efisien, aman, mudah didapat, dan juga murah diperlukan untuk mengurangi nyeri serta kecemasan selama kuretase.  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kebutuhan propofol dan lama bangun antara propofol-ketamin dan propofol-fentanil pada pasien yang dilakukan kuretase. Dilakukan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal pada 60 pasien yang menjalani kuretase di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode September–November 2014.  Pasien dibagi dalam dua kelompok, yaitu propofol-ketamin (PK) dan propofol-fentanil (PF). Data hasil penelitian  untuk tekanan darah, laju nadi, laju napas, saturasi oksigen, dan skor bispectral index (BIS) dianalisis dengan uji-t dan Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan propofol berbeda secara sangat bermakna (p<0,001), pada kelompok PK terdapat 4/30 subjek yang mendapatkan tambahan propofol, sedangkan pada kelompok PF sebanyak 14/30 subjek. Lama bangun pada kelompok PK adalah 25,75±2,47 menit, sedangkan pada kelompok PF adalah 21,08±2,52. Secara statistik hasil tersebut berbeda secara sangat bermakna (p<0,001). Simpulan, kebutuhan propofol pada kelompok PK lebih sedikit dibanding dengan kelompok PF dan lama bangun pada kelompok PK lebih lama dibanding dengan kelompok PF. Kata kunci: Bispectral index, kebutuhan propofol, kuretase, lama bangun Comparison of Propofol Requirements and Emergence Time between Propofol-Ketamine and Propofol-Fentanyl Combinations in Patients Undergoing Curretage using Bispectral Index (BIS) MonitoringAdequate administration of safe, easy-to-obtain, and constantly available sedatives and analgesia, is needed for pain reduction throughout curettage procedures. The goal of this study was to examine differences in propofol requirements and emergence time between propofol-ketamine and propofol-fentanyl combinations in patients undergoing curettage. A single-blind randomized controlled trial study was performed on 60 patients who underwent curettage procedures. The patients were divided into two groups: propofol-ketamine (PK) and propofol-fentanyl (PF). Blood pressure, pulse rate, respiration rate, and oxygen saturation and BIS data were analysed using a t-test and Mann-Whitney test. This study showed that propofol requirements differ significantly (p<0.001) between the two groups where in PK group where 4/30 subjects received additional propofol, compared to PF group 14/30 subjects received additional propofol. The wake up time for PK group was 25.75±2.47 minutes compared to 21.08±2.52 minutes for the PF group. The difference was statistically significant (p<0.001). The conclusions of this study are propofol requirements for PK group is less compared to PF group and the emergence time for PK group is longer compared to PF group. Key words: Bispectral index, curettage, emergence time, propofol requirements DOI: 10.15851/jap.v3n3.611
Hubungan antara Lama Puasa Preanestesi dan Kadar Gula Darah Saat Induksi pada Pasien Pediatrik yang Menjalani Operasi Elektif Arsy Felisita Dausawati; Doddy Tavianto; Rudi K. Kadarsah
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.248 KB)

Abstract

Puasa preoperatif adalah untuk mengurangi volume, tingkat keasaman lambung, dan mengurangi risiko aspirasi paru. Puasa preoperatif sering kali lebih lama daripada yang direkomendasikan karena berbagai alasan di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui korelasi antara lama puasa preanestesi dan kadar gula darah saat induksi pada pasien pediatrik di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian analitik observasional cros sectional dilakukan pada pasien pediatrik pada bulan Januari–Februari 2015 di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Uji distribusi data menurut Kolmogorov-Smirnov kemudian dilakukan Uji kolerasi Spearman. Lama puasa minimum, maksimum, dan rata-rata (SD) puasa dari makanan  4, 15, dan 8,7500 (3,48597) jam. Lama puasa minimum, maksimum, dan rata-rata (SD) dari minuman adalah 2, 15, dan 12,56 (3,26) jam. Tidak ditemukan kejadian hipoglikemia pada penelitian ini dengan gula darah sewaktu induksi terendah 59 mg/dL. Terdapat hubungan yang bermakna antara lama puasa preanestesi dengan GDS induksi (p<0,05). Simpulan, lama puasa preanestesi pada pasien pediatrik yang akan menjalani operasi elektif melebihi dari apa yang dianjurkan oleh ASA. Terdapat hubungan antara lama puasa preanestesi dan kadar gula darah saat induksi. Kata kunci: Kadar gula darah, lama puasa preanestesi, operasi elektif, pediatrik Correlation between Preanesthetic Fasting Duration and Blood Glucose Level During Induction in Pediatric Elective Surgery PatientsPreoperative fasting is to reduce the volume and acidity of gastric and further reduce the risk of pulmonary aspiration. Preoperative fasting period often longer than the recommended time for various reasons in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The purpose of this study was to determine the correlation between preanesthetic fasting duration and blood sugar level induction in pediatric patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. An analytical observational cross-sectional study was conducted on pediatric patients during period of January–Februari 2015 at the Central Surgical Installation of Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. The minimum, maximum, and mean (SD) fasting from food duration were 4, 15, and 8.7500 (3.48597) hours. The minimum, maximum, and mean (SD) fasting from drinks durations were 2, 15 and 12.56 (3.26) hours. The incidence of hypoglycemia was not found in this study. Based on the result of Spearman correlation test showed a statistically significant relationship between preanesthetic fasting duration and with blood glucose level during induction (p<0.05). In conclusion, preanesthetic fasting duration in pediatric patients who are undergoing an alective surgerybin this hospital is longer than the duration recommended by ASA. There is a correlation between the preanesthetic fasting period and blood sugar level during induction. Key words: Blood glucose levels, duration of preanesthetic fasting, elective surgery, pediatric DOI: 10.15851/jap.v3n3.614