Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

NUTRISI ENTERAL PADA PASIEN KRITIS DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Wirawan Anggorotomo; Nurita Dian Kestriani
E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan Vol. 2 No. 1 (2020)
Publisher : E-Journal Widya Kesehatan dan Lingkungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malnutrisi merupakan masalah yang sering terjadi pada pasien di rumah sakit. Sekitar 40% pasien dewasa mengalami malnutrisi sejak masuk rumah sakit, dan sebanyak dua pertiganya mengalami perburukan status nutrisi selama perawatan. Dukungan nutrisi memegang peranan penting dalam pencegahan dan penatalaksanaan defisiensi nutrisi di ICU. Rute pemberian nutrisi juga mempengaruhi hasil klinis. Terapi nutrisi secara khusus mengacu pada pemberian NE melalui akses enteral dan / atau nutrisi parenteral (NP) melalui akses vena sentral. Terapi standar mengacu pada pemberian cairan intravena (IV), tanpa NE atau NP, dan peningkatan diet oral sesuai toleransi Nutrisi enteral (NE) merupakan cara pemberian nutrisi yang relatif aman terhadap gastrointestinal dan sistem imun . Kekurangan dan komplikasi nutrisi enteral antara lain gangguan metabolik, seperti peningkatan kadar glukosa darah, ketidakseimbangan elektrolit, dan juga refeeding syndrome. Tujuan penulisan ini adalah untuk membahas metode pemberian nutrisi pada pasien-pasien di ICU, khususnya dengan pemberian nutrisi enteral (NE). Metode yang digunakan adalah kajian kepustakaan dan dianalisis secara deskriptif. Kesimpulannya nutrisi enteral dapat diberikan kepada pasien ICU melalui pipa ke dalam lambung, nasogastrik tube, atau jejunal, dengan metode kontinu ataupun bolus. Namun tidak semua kasus dapat diberikan nutrisi enteral. Nutrisi enteral dapat diberikan pada pasien dengan saluran gastrointestinal yang berfungsi normal.
Perbandingan Kebutuhan Propofol dan Lama Bangun antara Kombinasi Propofol-Ketamin dan Propofol-Fentanil pada Pasien yang Dilakukan Kuretase yang Diukur dengan Bispectral Index (BIS) Wirawan Anggorotomo; Rudi K. Kadarsah; Ezra Oktaliansah
Jurnal Anestesi Perioperatif Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.96 KB)

Abstract

Pemberian sedasi dan analgesi yang efektif, efisien, aman, mudah didapat, dan juga murah diperlukan untuk mengurangi nyeri serta kecemasan selama kuretase.  Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kebutuhan propofol dan lama bangun antara propofol-ketamin dan propofol-fentanil pada pasien yang dilakukan kuretase. Dilakukan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal pada 60 pasien yang menjalani kuretase di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung periode September–November 2014.  Pasien dibagi dalam dua kelompok, yaitu propofol-ketamin (PK) dan propofol-fentanil (PF). Data hasil penelitian  untuk tekanan darah, laju nadi, laju napas, saturasi oksigen, dan skor bispectral index (BIS) dianalisis dengan uji-t dan Uji Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan propofol berbeda secara sangat bermakna (p<0,001), pada kelompok PK terdapat 4/30 subjek yang mendapatkan tambahan propofol, sedangkan pada kelompok PF sebanyak 14/30 subjek. Lama bangun pada kelompok PK adalah 25,75±2,47 menit, sedangkan pada kelompok PF adalah 21,08±2,52. Secara statistik hasil tersebut berbeda secara sangat bermakna (p<0,001). Simpulan, kebutuhan propofol pada kelompok PK lebih sedikit dibanding dengan kelompok PF dan lama bangun pada kelompok PK lebih lama dibanding dengan kelompok PF. Kata kunci: Bispectral index, kebutuhan propofol, kuretase, lama bangun Comparison of Propofol Requirements and Emergence Time between Propofol-Ketamine and Propofol-Fentanyl Combinations in Patients Undergoing Curretage using Bispectral Index (BIS) MonitoringAdequate administration of safe, easy-to-obtain, and constantly available sedatives and analgesia, is needed for pain reduction throughout curettage procedures. The goal of this study was to examine differences in propofol requirements and emergence time between propofol-ketamine and propofol-fentanyl combinations in patients undergoing curettage. A single-blind randomized controlled trial study was performed on 60 patients who underwent curettage procedures. The patients were divided into two groups: propofol-ketamine (PK) and propofol-fentanyl (PF). Blood pressure, pulse rate, respiration rate, and oxygen saturation and BIS data were analysed using a t-test and Mann-Whitney test. This study showed that propofol requirements differ significantly (p<0.001) between the two groups where in PK group where 4/30 subjects received additional propofol, compared to PF group 14/30 subjects received additional propofol. The wake up time for PK group was 25.75±2.47 minutes compared to 21.08±2.52 minutes for the PF group. The difference was statistically significant (p<0.001). The conclusions of this study are propofol requirements for PK group is less compared to PF group and the emergence time for PK group is longer compared to PF group. Key words: Bispectral index, curettage, emergence time, propofol requirements DOI: 10.15851/jap.v3n3.611
PENYULUHAN PRE-OPERATIF DAN LABIOPALATOSCHIZIS Nanda Nur Fauziah; Wirawan Anggorotomo; Moch. Alia Febriansyah; Lintang Dhyta; Noviana Pratiwi; Ainayya Dinari; Nadya Salsabila
JURNAL ABDIMAS SERAWAI Vol. 4 No. 2 (2024): Jurnal Abdimas Serawai (JAMS)
Publisher : Program Studi Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Bengkulu 

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/jams.v4i2.6488

Abstract

Pre-operative management is one of the stages that must be carried out by an anesthesiologist, this is the initial stage that is carried out which determines whether the patient will be operated on, whether he can carry out the operation or not. Labiopalatoschizis or cleft lip is a congenital condition characterized by a gap in the lip accompanied or without a gap in the oral cavity (pallatum). Knowledge of pre-operative procedures is still often ignored by some patients, especially instructions for fasting and knowledge of labiopalaoschizis is still lacking in the community, especially regarding causes, complications, etc. The purpose of this education is to provide more knowledge about the importance of following instructions before starting surgery, and to provide a general explanation regarding labiopalatoschizis. The implementation method used is counseling for parents/guardians of children who will have surgery, followed by a question and answer session. The results found that 70% of the public did not understand the importance of pre-operative measures and regarding labiopalatoschizis.