IGN Bagus Artana
Department Of Pulmonology And Respiratory Medicine, Faculty Of Medicine, Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

TINGKAT KETERGANTUNGAN NIKOTIN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN PADA PEROKOK DI DESA PENGLIPURAN 2009 Bagus Artana, IGN; Ngurah Rai, IB
journal of internal medicine Vol. 11, No. 1 Januari 2010
Publisher : journal of internal medicine

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.667 KB)

Abstract

Smoking causes many harmful side effects to our health. Cardiac diseases, lung and respiratory problems, and almostevery malignancies had a very close relationship with cigarrete smoking. Smoking cessation is a di! cult thing to do. We haveto obtain data about nicotine dependence before starting a smoking cessation program for patients or in comunity. Nicotinedependence based on structural interview using The Fagerström Test for Nicotine Dependence (FTND) questionaire. We conducta population-based survey to ! nd out about nicotine dependence in a traditional balinese vilage, called Penglipuran. Penglipuranis one sample of traditional vilage in Bali with very tight traditional law. We found 72 smokers among 920 people in Penglipuran(7.78%) with mean age 40.67 ± 14.05 years old and almost 100% was male (only one female sample). They started to smokeat very young age (18.24 ± 3.07 years old) and take approximately 8.44 ± 6.76 cigarettes per day. We found the mean nicotinedependence level was 3.63 ± 1.41 (moderate dependence). As for factors related to nicotine dependence, we found that smokingonset, occupation, and length of smoking correlate with nicotine dependence signi! cantly (p < 0.05). While the other factors suchas age, sex, and educational level didn?t have any correlation with nicotine dependence. Our survey conclude that Penglipuransmokers had moderate nicotine dependence.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN FAKTOR HOST TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI (APE) DAN GEJALA GANGGUAN PERNAPASAN PADA JURU PARKIR DI WILAYAH SEKITAR PASAR BADUNG KOTA DENPASAR Deddy Pratama; IGN Bagus Artana; I Gede Ketut Sajinadiyasa
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 5 (2020): Vol 9 No 05(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.608 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i5.P02

Abstract

Bekerja sebagai juru parkir memiliki risiko terkena penyakit obstruksi pernapasan, baik disebabkan oleh faktor lingkungan seperti lalu lintas harian rerata (LHR) maupun faktor host seperti lama kerja, kebiasaan merokok, penggunaan alat perlindungan diri (APD), umur dan status gizi. Dengan desain cross-sectional analitik, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap fisiologis paru ditinjau dari arus puncak ekspirasi (APE) dan gejala gangguan pernapasan yang dinilai dengan menggunakan kuesioner St. George’s Respiratory (SGRQ) pada 50 juru parkir yang ditetapkan dengan menggunakan metode purposive sampling di delapan jalan sekitar Pasar Badung Kota Denpasar. Didapatkan hasil 14 (28%) juru parkir bukan perokok dan seluruhnya tidak menggunakan APD saat bekerja, sehingga penggunaan APD tidak dapat dianalisis. Analisis bivariat menggunakan Spearman mendapatkan hasil korelasi negatif terhadap APE pada variabel lama kerja (p=0,002), umur (p=0,004), status gizi (p=0,001) dan LHR (p=0,325). Korelasi positif terhadap gejala gangguan pernapasan didapatkan pada faktor risiko lama kerja, umur dan status gizi (masing-masing p<0,001) serta LHR (p=0,971). Dengan demikian, LHR tidak menunjukkan hubungan terhadap APE maupun gejala gangguan pernapasan. Uji beda rerata Mann-Whitney didapatkan hasil perbedaan nilai rerata antara subjek penelitian perokok dan bukan perokok yang berarti memiliki hubungan terhadap APE (p=0,11) maupun gejala gangguan pernapasan (p=0,002). Kata kunci: APE, gejala gangguan pernapasan, SGRQ, faktor lingkungan, faktor host
POLA KUMAN PENYEBAB COMMUNITY-ACQUIRED PNEUMONIA (CAP) DAN KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2017 Ayu Agung Pradnya Paramitha Dwi Sutanega; I G N Bagus Artana; Putu Andrika
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 7 (2019): Vol 8 No 7 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.036 KB)

Abstract

Pneumonia komunitas atau community-acquired pneumoniae adalah pneumonia yang didapat di lingkungan masyarakat dan salah satu penyakit menular yang paling umumsehingga menjadi penyebab mortalitas dan morbiditas di seluruh dunia. Penyakit inimerupakan infeksi pada saluran pernafasan bagian bawah yang diakibatkan oleh bakteri,virus, jamur dan parasit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola kuman penyebabpneumonia komunitas dan mencari pola kepekaan terhadap antibiotika di Rumah SakitUmum Pusat Sanglah tahun 2017. Jenis penelitian ini merupakan deskriptif potong lintangdimana sumber data berasal dari data sekunder yaitu rekam medis pasien pneumoniakomunitas yang memiliki data hasil kultur sputum dan tes sensitivitas di RSUP Sanglah padatahun 2017. Pengambilan data dilakukan dengan metode Total Sampling. Didapatkan 36pasien pneumonia komunitas yang memiliki hasil kultur sputum dan tes sensitivitas. Kumantersering yang ditemukan adalah Streptococcus sp. Antibiotika yang memiliki tingkatsensitifitas paling tinggi adalah meropenem dan vankomisin. Sementara antibiotika yangmemiliki tingkat resistensi paling tinggi adalah cefazolin. Seluruh obat antifungal masihsensitif terhadap jamur yang didapat. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian terkait faktoryang mempengaruhi terjadinya resistensi antibiotika pada bakteri. Kata Kunci: pneumonia komunitas, pola kuman, antibiotika, kultur sputum
HUBUNGAN LAMA KERJA DENGAN KELUHAN PENYAKIT RESPIRASI PADA ANGGOTA LALU LINTAS POLISI RESORT KOTA DENPASAR I Made Agus Satrya Wibawa; I Gede Ketut Sajinadiyasa; Ida Bagus Ngurah Rai; I G N Bagus Artana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 6 (2020): Vol 9 No 06(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.245 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i6.P06

Abstract

ABSTRAK Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh kegiatan manusia maupun sumber-sumber alami. Gasbuang kendaraan bermotor dan gas buang pabrik merupakan sumber utama polusi udara. Gas pencemarudara yang paling dominan memengaruhi kesehatan manusia adalah nitrogen oksida (NOx), karbonmonoksida (CO), sulfur oksida (SOx), hidro karbon (HC), partikel debu, dan timbal / timah hitam (Pb).Polisi lalu lintas sering mengalami gangguan fungsi paru, hal diakibatkan oleh partikel debu dan gas sisapembuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah lama kerja berhubungan dengan keluhanpenyakit respirasi pada polisi lalu lintas di Denpasar. Penelitian ini berjenis analitik observasional,dengan rancang studi potong-lintang bertujuan mengetahui hubungan lama kerja dengan keluhan penyakitrespirasi pada anggota lalu lintas Polisi Resort Kota (POLRESTA) Denpasar. Pada hasil penelitian inilama kerja kategori tidak lama, didapatkan jumlah sampel 30 dengan kualitas hidup baik 22 responden(73,3%) dan kualitas hidup buruk 8 (26,7%) dibandingkan dengan kategori lama, didapatkan jumlahsampel 12 dengan kualitas hidup baik 7 responden (58,3%) dan 5 responden (41,7%). Berdasarkan hasiluji penelitian, diperoleh nilai p = 0,342. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Lama Kerjadengan Keluhan Penyakit Respirasi. Selain itu, lama kerja tidak memiliki risiko terjadinya KeluhanPenyakit Respirasi. Kata kunci: Pencemaran udara, Lama Kerja, Keluhan Penyakit Respirasi
KARAKTERISTIK, KELUHAN RESPIRASI DAN KEJADIAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS PADA PEKERJA RUMAH TRADISIONAL BALI DI DESA PENATIH Wayan Rismayanti; IGN Bagus Artana; I Gede Ketut Sajinadiyasa; Ida Bagus Ngurah Rai
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 5 (2021): Vol 10 No 05(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i5.P14

Abstract

ABSTRAK Pekerja rumah tradisional Bali sering terpapar debu batu bata dari kegiatan menempel dan memahat. Sehingga rentan terkena gangguan pernapasan berupa obstruksi jalan napas yang dapat ditunjukkan dari nilai APE. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik, keluhan respirasi dan kejadian obstruksi jalan napas pada pekerja rumah tradisional Bali di Desa Penatih. Metode penelitian adalah cross sectional. Sampel yang dipilih adalah yang memenuhi criteria dari penelitian ini. Didapatkan hasil yaitu pekerja paling banyak mengeluhkan batuk (42 %), terbanyak kedua adalah nyeri dada (22%), terbanyak ketiga adalah sesak napas dan batuk berdahak (12%) dan sedikit sekali yang mengeluh mengi (6%). Lebih dari 50 % pekerja sudah mengalami obstruksi jalan napas dan sebagian besar tergolong dalam kategori obstruksi ringan. Penelitian ini bermanfaat karena dapat memberikan gambaran karakteristik keluhan respirasi dan kejadian obstruksi jalan napas sehingga dapat dilakukan screening lebih lanjut untuk melindungi pekerja sebagai populasi yang berisiko. Kata kunci : Keluhan Respirasi, Obstruksi Jalan Napas, Pekerja Rumah Tradisional Bali
GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RSUP SANGLAH DENPASAR Anak Agung Istri Sarastriyani Dewi; Putu Andrika; IGN Bagus Artana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 6 (2020): Vol 9 No 06(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.485 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i6.P02

Abstract

ABSTRAK Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis yangtermasuk dalam sepuluh besar penyebab kematian akibat infeksi tunggal. Sebagian besar kasus terjadi dinegara berkembang, dimana Indonesia merupakan negara yang menempati posisi ketiga dalam persentaseTB tertinggi di dunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran karakteristik sosiodemografi,laboratorium, dan klinis penderita TB di RSUP Sanglah Denpasar. Jenis penelitian ini adalah deskriptifdengan metode potong-lintang. Teknik purposive sampling digunakan dalam pengambilan sampel dari datarekam medis pasien TB yang tercatat di catatan register poli paru RSUP Sanglah Denpasar disesuaikandengan kriteria inklusi dan eksklusi data, mulai bulan Januari hingga Oktober 2018. Sebanyak 111 pasienTB (70,3% laki-laki dan 77,5% umur <60 tahun) diikutsertakan dalam penelitian ini. Penelitian inimengungkapkan bahwa terdapat 36% penderita TB dengan kultur basil tahan asam (BTA) positif dan 57%.Terdapat keluhan sistemik demam (36,9%), malaise (3,6%), keringat malam (11,7%), dan penurunan beratbadan (33,3%). Sementara batuk lebih dari tiga minggu (84,7%), sesak nafas (39,6%), nyeri dada (26,1%),dan batuk darah (27%). merupakan keluhan respiratorik. Ditemukan kasus TB baru sebanyak 92,8% danrelaps 7,2%. Kata Kunci: Tuberkulosis, Karakteristik
KARAKTERISTIK, KELUHAN RESPIRASI DAN KEJADIAN OBSTRUKSI JALAN NAPAS PADA PEKERJA RUMAH TRADISIONAL BALI DI DESA PENATIH Wayan Rismayanti; IGN Bagus Artana; I Gede Ketut Sajinadiyasa; Ida Bagus Ngurah Rai
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 6 (2021): Vol 10 No 06(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i6.P06

Abstract

Pekerja rumah tradisional Bali sering terpapar debu batu bata dari kegiatan menempel dan memahat. Sehingga rentan terkena gangguan pernapasan berupa obstruksi jalan napas yang dapat ditunjukkan dari nilai APE. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik, keluhan respirasi dan kejadian obstruksi jalan napas pada pekerja rumah tradisional Bali di Desa Penatih. Metode penelitian adalah cross sectional. Sampel yang dipilih adalah yang memenuhi criteria dari penelitian ini. Didapatkan hasil yaitu pekerja paling banyak mengeluhkan batuk (42 %), terbanyak kedua adalah nyeri dada (22%), terbanyak ketiga adalah sesak napas dan batuk berdahak (12%) dan sedikit sekali yang mengeluh mengi (6%). Lebih dari 50 % pekerja sudah mengalami obstruksi jalan napas dan sebagian besar tergolong dalam kategori obstruksi ringan. Penelitian ini bermanfaat karena dapat memberikan gambaran karakteristik keluhan respirasi dan kejadian obstruksi jalan napas sehingga dapat dilakukan screening lebih lanjut untuk melindungi pekerja sebagai populasi yang berisiko. Kata kunci : Keluhan Respirasi, Obstruksi Jalan Napas, Pekerja Rumah Tradisional Bali
Polusi udara terkait lalu lintas dan kesehatan respirasi I Gusti Ngurah Bagus Artana; Ida Bagus Ngurah Rai
Intisari Sains Medis Vol. 9 No. 3 (2018): (Available online: 1 December 2018)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.646 KB) | DOI: 10.15562/ism.v9i3.303

Abstract

Polusi udara meningkatkan risiko menderita berbagai masalah kesehatan, terutama di bidang respirasi. Pajanan polusi udara terkait lalu lintas bersifat involunter dan mengenai manusia sejak dalam kandungan hingga kematian. Polutan udara mengandung bahan-bahan seperti nitrogen dioksida, sulfur dioksida, karbon monoksida, benzene, ozon, particulate matter 10 (PM10), timbal, arsenik, cadmium, nikel, benzopyrene, dan particulate matter 2,5 (PM2.5) yang dapat mempengaruhi kesehatan paru. Menentukan hubungan sebab akibat berbagai polutan utama dari jalan raya terhadap system respirasi manusia merupakan hal yang sangat rumit dilakukan. Secara umum dapat disimpulkan, polutan terkait lalu lintas akan mencetuskan reaksi inflamasi yang akan bergulir sesuai variasi individu manusia yang terpajan. Konsep stress oksidatif akibat polutan terkait lalu lintas juga mulai banyak diteliti. Hal ini memberikan harapan dalam membantu mekanisme anti-oksidan manusia dalam menghadapi ancaman polusi udara yang semakin sulit dihindari.
Comparison between serum pleural effusion albumin gradient, total protein, lactate dehydrogenase, and erythrocyte count in malignant and non-malignant pleural effusion Victor Nugroho Wijaya; I Gede Ketut Sajinadiyasa; Ni Wayan Candrawati; Ida Ayu Jasminarti Dwi Kusumawardani; Ni Luh Putu Eka Arisanti; I Gusti Ngurah Bagus Artana; Ida Bagus Ngurah Rai
Intisari Sains Medis Vol. 13 No. 3 (2022): (In Press 1 December 2022)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15562/ism.v13i3.1502

Abstract

Background: Malignant pleural effusion carries a bad prognosis. Pathologic examination as the gold-standard diagnosis of malignant pleural effusion has sensitivity limitations and may cause delayed diagnosis. Several affordable examinations, such as serum pleural effusion albumin gradient, total protein, lactate dehydrogenase (LDH), and erythrocyte count, might be useful as malignant pleural effusion diagnostic tools. Methods: This is an observational analytic study with a cross-sectional design conducted at Sanglah Central General Hospital in Denpasar from December 2021 to July 2022. Pleural effusion fluid and blood were taken from subjects with malignant and non-malignant pleural effusion. Data were analyzed with SPSS version 25 software for Windows. Results: Total subjects were 47 persons consisting of 26 subjects with malignant pleural effusion and 21 subjects with non-malignant pleural effusion. Results from statistical analysis of malignant and non-malignant pleural effusion were serum pleural effusion albumin gradient median (IQR) 0.91 (0.65) g/dL vs. 1.22 (1.2) g/dL (p=0.129), total protein mean 3.92±0.95 g/dL vs. 3.52±1.67 g/dL (p=0.334), LDH median 535 (840) IU/L vs. 187 (1,016) IU/L (p=0.057), and erythrocyte count median 23,500 (109,250) cells/mm3 vs. 3,000 (11,000) cells/mm3 (p=0.004). The AUC of erythrocyte count from the ROC method was 0.745 (95%CI=0.599-0.890; p=0.004). Using a cut-off point ≥ 4,500 cells/mm3, it had a sensitivity of 80.8%, specificity of 61.9%, and Odds Ratio (OR) of 6.8 (95%CI=1.8-25.4). Conclusion: Erythrocyte count as routine examination showed good validity for diagnosing malignant pleural effusion and expected to reduce diagnosis delay. Meanwhile, albumin gradient, total protein, and LDH delivered no difference.