Dietrich G Bengen
Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University, Jl. Agatis No. 1, Bogor, Indonesia 16680

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

COMMUNITY STRUCTURE OF GASTROPOD IN THE WATUKARUNG VILLAGE INTERTIDAL ZONE, DISTRICT OF PACITAN, EAST JAVA, INDONESIA Setyono, Dwi Eny Djoko; Kusuma, Hollanda Arief; Poeteri, Nandike Ayudiah; Bengen, Dietrich G; Kurniawan, Ferry
Marine Research in Indonesia Vol 44 No 1 (2019)
Publisher : Research Center for Oceanography - Indonesian Institute of Sciences (LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gastropod is a class of snail with the biggest number of species from the mollusk phylum, since it is able to adapt with any type of habitat. Watukarung Village, which has unique characteristic of its rocky beaches and sand dunes, is one of many habitats of gastropods in the intertidal zone. Thus, a basic information on the structure of the gastropods community in the area is required. Research was conducted in August 2014 in Ngalorombo Beach, Pasir Putih Beach, and Kasap Beach. Systematic sampling was applied using the quadratic plot of 1 x 1 m2, while data analyses comprised of density, Shannon-Wiener index, Eveness index, Simpson index, and correspondence analysis. The gastropods were found in studied areas consist of 8 families, 9 genera, and 13 species. The highest density and the most diverse of the category were in Kasap Beach. Eveness index and Simpson index of the species in the three beaches were in the low category. There was a tendency of the gastropods to live in the habitat made up of coarse sand and stones with good water quality, as shown in the result of the correspondence’s analysis.
Komunitas Lamun di Pulau Barranglompo Makassar: Kondisi dan Karakteristik Habitat ., Supriadi; Kaswadji, Richardus F; Bengen, Dietrich G; Hutomo, Malikusworo
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 4, No 2 (2012): Edisi Juli
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (703.633 KB) | DOI: 10.36706/maspari.v4i2.1381

Abstract

ABSTRACTIndication on seagrass decline  has been observed in many places including Barranglompo Island of Makassar. Condition of damaged seagrass has significant impacts to the roles of seagrass as habitat, spawning ground, and feeding ground for various marine organisms and also role of seagrass as carbon absorbent and stocks.  In order to provide a reference for appropriate seagrass management and conservation, it is required data on seagrass habitat.  A research was done in Barranglompo Island, Makassar from December 2010 to November 2011.  Seagrass condition was observed based on McKenzie et al. (2001) and Balestri et al. (2003).  This research showed that large seagrass coverage was dispersed in southern, western and northern sides of the island. Meanwhile, seagrass spesies with wider distribution were E. acoroides, T. hemprichii and C.rotundata.Keywords : seagrass, Barranglompo Island, habitat characteristics ABSTRAKIndikasi adanya penurunan kondisi lamun ditemukan di beberapa tempat termasuk di Pulau Barranglompo Makassar. Kondisi lamun yang rusak berimplikasi terhadap peranan lamun sebagai habitat, tempat memijah dan tempat mencari makan berbagai organisme serta peran lamun sebagai penyerap dan penyimpan karbon.  Sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan dan konservasi lamun yang tepat diperlukan data kondisi dan habitat lamun.  Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar dari bulan Desember 2010 sampai November 2011.  Kondisi lamun diamati berdasarkan McKenzie et al. (2001) dan Balestri et al. (2003).  Penelitian menunjukkan bahwa distribusi lamun yang luas ditemukan pada sisi selatan, barat dan utara pulau.  Jenis lamun yang mempunyai sebaran yang luas adalah E. acoroides, T. hemprichii dan C. rotundata.Kata kunci : lamun, pulau Barranglompo, karakteristik habitat
Kemana produktivitas daun lamun mengalir? Mashoreng, Supriadi; Bengen, Dietrich G; Hutomo, Malikusworo
Torani Journal of Fisheries and Marine Science VOLUME 1 NOMOR 1, DESEMBER 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.153 KB) | DOI: 10.35911/torani.v1i1.3795

Abstract

 Lamun merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di laut dangkal. Sebagai tumbuhan, lamun berperansebagai produser primer yang memberikan kontribusi bagi biota laut maupun ekosistem lainnya. Hasil produksiprimer dari lamun akan masuk ke beberapa kompartemen. Namun berapa besar aliran produksi tersebut ke tiapkompartemen masih menjadi pertanyaan. Penelitian bertujuan untuk melihat berapa besar hasil produksi daunlamun yang dialirkan ke kompartemen lain. Penelitian dilakukan di Pulau Barranglompo Makassar selama 4periode yang mewaikili musim hujan, peralihan I, musim kemarau dan peralihan II. Penelitian dilakukanmelalui beberapa tahap, yaitu (1) mengestimasi produktivitas daun lamun, (2) mengestimasi stok karbon daunlamun, (3) mengestimasi besarnya grazing daun lamun oleh bulu babi dan herbivora lain, (4) mengestimasibesarnya produksi serasah daun lamun, baik yang tenggelam di dasar maupun yang terbawa keluar dariekosistem lamun. Hasil penelitian menujukkan total karbon yang dialirkan ke kompartemen lain mencapai2,20% dari stok karbon daun atau setara 81,8% dari produktivitas daun. Aliran produksi melalui serasah yangmelayang sebesar 0,59% dari stok karbon (setara 22,0% dari produktivitas daun), serasah tenggelam 1,36% daristok karbon (setara 50,6% dari produktivitas daun), grazing bulu babi 0,04% dari stok karbon (setara 1,4% dariproduktivitas daun) dan grazing oleh herbivora lain 0,21% dari stok karbon (setara 7,9% dari produktivitasdaun). Dalam konteks aliran produksi, hasil produksi primer lamun paling banyak berkontribusi dalam ekosistemlamun sendiri sebagai serasah, bisa dimanfaatkan oleh detritivore sebagai makanan, terdekomposisi sebagaiunsur hara, atau terkubur sebagai cadangan karbon. Hanya sebagian kecil produksi primer dimanfaatkan secaralangsung oleh herbivora.Kata kunci : produktivitas daun lamun, aliran produksi daun lamun, grazing lamun, serasah lamun