Zainal Abidin
Akademi Fisitoterapi Widya Husada Semarang

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pengaruh Terapi Latihan terhadap Post ORIF Fraktur Mal Union Tibia Plateu dengan Pemasangan Plate and Screw Kuswardani Kuswardani; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.014 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.3

Abstract

Fraktur tibia (Bumper fracture/fraktur tibia plateu) adalah fraktur yang terjadi akibat trauma langsung dari arah samping lutut dengan kaki yang masih terfiksasi ke lutut. Departemen Kesehatan RI tahun 2007 didapatkan sekitar delapan juta orang mengalami kejadian fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda dan penyebab yang berbeda, dari hasil survey tim depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45 mengalami cacat fisik, 15% mengalami stress psikologis karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap penderita post orif fracture mal union tibia plateu sinistra dengan pemasangan plate and screw. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita post orif fracture mal union tibia plateu dengan pemasangan plate and screw. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 9 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT). Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti nilai kekuatan otot sebelum dan sesudah tindakan terapi latihan (Static contraction, Pumping action, Passive exercise(Relaxed passive exercise) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh terapi latihan (Static contraction, Pumping action, Passive exercise(Relaxed passive exercise) terhadap nilai kekuatan otot pada kasus post ORIF fraktur malunion tibia plateu sinistra.
Pengaruh Infra Red dan Elektrical Stimulation serta Massage terhadap Kasus Bell’s Palsy Dekstra Suci Amanati; Didik Purnomo; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.942 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.5

Abstract

Bell’s palsy adalah kelumpuhan facialis perifer akibat proses non-supuratif, non neo-plasmatik, non neo-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stylomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen stylomatoideus. Data yang dikumpulkan dari 4 buah Rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s palsy sebesar 19,55 % dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 – 30 tahun. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh infra red, electrical stimulation dan massage pada penderita bell’s palsy dextra. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita bell’s palsy dextra. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kemampuan fungsional dengan skala ugo fish. skala ugo fish merupakan pengukuran pemeriksaan kemampuan fungsional. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti kemampuan fungsional sebelum dan sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh Infra red, electrical stimulation dan massage dapat mengurangi kaku wajah pada penderita bell’s palsy dextra
Pengaruh Terapi Latihan Metode BOBATH terhadap Cerebral Palsy Diplegi Spastic Zainal Abidin; Kueswardani Kuswardani; Didik Purnomo
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.917 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.6

Abstract

Cerebral palsy merupakan suatu penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalipergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama dan secaraumum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Angka kejadian cerebral palsyberkisar 1,2-2,5 anak per 1000 anak usia sekolah dini. Data anak dengan kondisi cerebral palsyyang mengikuti program rehabilitasi fisioterapi pada tahun 2013 adalah sebanyak 75 anak.Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan denganpendekatan konsep bobath cerebral palsy diplegi spastic di Yayasan Pembinaan Anak Cacat(YPAC) Semarang. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita cerebral palsy diplegi spastik.Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secarakeseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaanspesifik seperti pemeriksaan kekakuan sendi/spastisitas dengan skala Asworth. Skala Asworthsebagai hasil pemeriksaan spastisitas. Hal ini berarti spastisitas sebelum dan sesudah tindakan terapilatihan dengan metode bobath tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, didapat disimpulkan adanyapengaruh pemberian terapi latihan dengan menggunakan metode bobath terhadap spastisitas padakasus cerebral palsy diplegi spastic.
Pengaruh Ultra Sound Dan Terapi Latihan terhadap Carpal Tunnel Syndrome Nurwahida Puspitasari; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.049 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.7

Abstract

ABSTRAKCarpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah entrapment neuropaty yang paling sering terjadi pada pergelangan tangan. Selama tahun 2003 sampai 2005 terjadi peningkatan kasus CTS padakaryawan akibat gerakan repetitif pada penggunaan komputer dalam frekuensi yang sering dan durasi yang lama dari 76 kasus menjadi 112 kasus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh ultra sound dan terapi latihan pada penderita carpal tunnel syndrome. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita carpal tunnel syndrome di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak 10 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan nyeri dengan visual analog scale (vas). Visual Analoque Scale (VAS) sebagai pemeriksaan derajat nyeri. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000(<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti nyeri diam sebelum dan sesudah tindakan penggunaan ultra sound dan terapi latihan (free exercise, assisted exercise, assisterdresisted exercise dan resisted exercise) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh penggunaan ultra sound dan terapi latihan (free exercise, assisted exercise, assisterd-resisted exercise dan resisted exercise) terhadap nyeri pada kasus Carpal Tunnel Syndrome (CTS).
Pengaruh Terapi Latihan terhadap Non-ST Elevation Myocardial Infraction (NSTEM) KILLIP IV Kuswardani Kuswardani; Suci Amanati; Zainal Abidin
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (337.876 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.8

Abstract

Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) adalah adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai oksigen ke myocardium terutama akibat penyempitan arteri koroner akan menyebabkan iskemia myocardium lokal. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depertemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2004 menyatakan bahwa peringatanpenyakit cardiovaskular sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh terapi latihan terhadap penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV di RSUD Tugurejo Semarang. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV. Sampel penelitian ini menggunakan seluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV). Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima.. Hal ini berarti HR sebelum dan sesudah tindakan (terapi latihan) tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa Terapi latihan dapat mengurangi derajat sesak napas, spasme otot pernapasan pada penderita Non-ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Killip IV.
Pengaruh Infra Red dan Massage terhadap Bell’s Palsy Dextra Zainal Abidin; Akhmad Alfajri Amin; Didik Purnomo
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (401.794 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.9

Abstract

Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus VII jenis perifer yang timbul secara akut yang penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya kelainan neurologik lain. Data yang dikumpulkandari empat Rumah Sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s Palsy sebesar 19,55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21 - 30 tahun. Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah pengaruh infra red dan massage pada bell’s palsy dextra. Populasi penelitian ini adalah pasien penderita bell’s palsy dextra. Sampel penelitian ini menggunakanseluruh populasi, yaitu sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan kekuatan otot wajah dengan manual muscle testing (MMT). Manual Muscle Testing (MMT) sebagai pemeriksaan kekuatan otot wajah. Hasil uji t menunjukkan Sig. = 0,000 (<0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti kekuatan otot wajah sebelum dan sesudah tindakan penggunaan infra red dan massage tidak sama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan adanya pengaruh penggunaan infra red dan massage terhadap kekuatan otot wajah pada kasus Bell’s Palsy dextra.
Pengaruh Short Wave Diathermy (SWD) dan Terapi Latihan terhadap Frozen Shoulder Dextra Didik Purnomo; Zainal Abidin; Nurwahida Puspitasari
Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi Vol 1 No 1 (2017): Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (426.205 KB) | DOI: 10.33660/jfrwhs.v1i1.12

Abstract

Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang pasti ditandai dengan hilangnya gerak shoulder aktif maupun pasif secara progresif. Secara epidemiologi frozen shoulder terjadisekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5 % populasi sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki. Frekuensi frozen shoulder bilateral lebihsering pada pasien dengan diabetes dari pada yang tidak. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Short wave diathermy dan terapi latihan pada penderita Frozen shoulder. Populasi penelitian ini adalah penderita frozen shoulder di RSU Pandan Arang Boyolali. sebanyak 8 pasien yang secara keseluruhan diambil sebagai sampel penelitian. Pengumpulan data didapat dari pemeriksaan nyeri menggunakan visual analog scale(VAS). Pemeriksaan nyeri dilakukan dengan 3 cara yaitu nyeri tekan, nyeri diam, dan nyeri gerak selain itu data berupa kualitatif dilihat dari adanya peningkatan atau penurunan aktifitas fungsional. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan Short wave diarthermy dan terapi latihan dapat mengurangi nyeri, pada penderita frozen shoulde.