Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Kode Sastra dalam Sastra Lisan Aceh Hikayat Jugi Tapa Yulsafli Yulsafli; Burhanuddin AG; Ismawirna Ismawirna
Jurnal Humaniora : Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum Vol 2, No 2 (2018): Oktober 2018
Publisher : Center for Research and Community Service (LPPM) University of Abulyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (880.471 KB) | DOI: 10.30601/humaniora.v2i2.59

Abstract

Jugi Tapa saga is oral literature in Sawang District. North Aceh Regency, Aceh Province. This saga tells the story of the main character named Leubee Muda. Then, Leubee Muda became a heretic because he opposed his teacher named Teungku Lhok Drien. After his heresy, he was called Jugi Tapa, who became the title of this saga.One day, his teacher asked him to deliver a book to Teungku Jambo Haji. The teacher advised him not to read the book. However, Leubee Muda violated the mandate of his teacher, he read and practiced the entire contents of the book. Because of his intelligence, in a short time, he can master all the knowledge contained in the book.To perfect his magic, he must meditate and marry one hundred beautiful women, some of whom are king's wives and daughters of dignitaries. Jugi Tapa had married eighty-eight beautiful women. Amat Banta's mother, King Sadon's wife from Kuala Diwa, was his 99th wife. He needs one more woman as his hundredth wife as a condition of perfecting his power. Before obtaining a hundred women, he could not have sex with a woman, and he continued to meditate in the palace which he made with magic.His 99th wife was Putro Bunsu, the wife of King Sadon of the Kingdom of Kuala Diwa, having a son named Amat Banta. When Jugi Tapa brought his mother, Amat Banta was three days old. The Mother left a ring in the swing of her little son. Later that ring was the proof that he was her son she had left behind.Based on information from Bing Pho in Indonesian called Kepiting Uca (fiddler crab), Amat Banta looked for his mother to Blang Laka (in the current known as Bener Meriah Regency), where Jugi Tapa collected ninety-nine women, including Amat Banta's mother. With the help of Amat Banta ’s mother who had obtained the secret of Jugi Tapa's magic from Jugi Tapa's mouth, Amat Banta managed to kill Jugi Tapa.Several messages can be taken from the story of Jugi Tapa, both as symbols, indexes, and icons. First, good deeds do not always get good replies. Therefore, every good work must be done sincerely so that we are not disappointed later on. Second, women should not be kept secret. Third, we cannot fight the teacher.
Nilai-Nilai Nasionalisme Dalam Novel Cut Nyak Dhien Karya M.H. Skelely Lulofs Yulsafli Yulsafli; Fusrida Fusrida
Jurnal Humaniora : Jurnal Ilmu Sosial, Ekonomi dan Hukum Vol 2, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Center for Research and Community Service (LPPM) University of Abulyatama

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.044 KB) | DOI: 10.30601/humaniora.v2i1.55

Abstract

The novel revolves about a woman named Cut Nyak Dhien, who is often called "Cut Nyak". She is a prominent noble lady in Aceh. Her first husband Teuku Ibrahim Lamnga died in the battlefield, the Acehnese call him "Syahid", because he fought in the war with the Dutch Colonials to defend his homeland of Islam. After her husband was martyred in the war with the Dutch, Cut Nyak Dhien remarried with Teuku Umar Djohan Pahlawan. Furthermore, her second husband, Teuku Umar, was also killed by the Dutch. The death of her two beloved husbands added to her hatred to the Dutch Colonials. For Cut Nyak, the Dutch not only had seized her homeland, but also degraded the dignity of the Acehnese, and harassed her religion. The problem of this research is what nationalism values are contained in Cut Nyak Dhien novel, written by M.H. Skelely Lulofs. The source of data of this research is Cut Nyak Dhien novel, written by M.H. Skelely Lulofs. It was published by Bamboo Community in 2007, which consists of 369 pages. The descriptive qualitative method was used for the purpose of this study. Data collection technique was conducted by analyzing the values of nationalism in Cut Nyak Dhien novel written by M.H. Skelely Lulofs. The results of data analysis shows that there are many nationalism values contained in Cut Nyak Dhien novel which are useful for people's lives such as the citizenship value, romantic value, cultural value, state value and religious value.
KODE-KODE BUDAYA DALAM FABEL MASYARAKAT ACEH Yulsafli Yulsafli
Jurnal Metamorfosa Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/metamorfosa.v8i2.1111

Abstract

This study is entitled "Cultural Code in the Aceh Community Fable". The formulation of the problem in this research is how is the cultural code in the Acehnese fable? To describe the cultural code in the Acehnese fable. The benefit of this research for the researchers themselves is that they can add insight into the literary codes contained in the Acehnese fable and as an input in studying and studying literature, especially fables. Sources of research data are the Acehnese fable, namely (1) Shearing Abang Gajah (Gayo), and (2) Carito Sang Nago Jo Tuanku Tapa (Jamee), (3) Origin of Monkeys (Simeulue), and (4) White Buffalo (Buffalo) ( Simeulue), and (5) Palandok (The Mouse Deer). The method used in this research is descriptive method. The data collection technique used in this study is the documentation technique. The data in this study were obtained from the book Collection of Oral Literature by Budiman Sulaiman in the 2000 issue. Based on the data processing and analysis, it was concluded that in the five fables analyzed there were various cultural codes, namely icons, symbols and indexes. An icon is a physical object (two or three dimensions) that resembles what it represents, a symbol is something or a condition that leads the subject's understanding of the object, while an index is a sign that is present sociatively due to the presence of a fixed characteristic reference relationship. Cultural codes in the Acehnese fable are very important, especially in shaping the character of children. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kode budaya dalam masyarakat Aceh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.Data penelitian ini bersumber dari buku Kumpulan Fabel Masyarakat Acehyang ditulis oleh Budiman Sulaiman. Fabel yang dipilih berjumlah lima judul yang terdapat di Aceh, yaitu (1) Geser Geser Abang Gajah (Gayo), dan (2) Carito Sang Nago Jo Tuanku Tapa (Jamee), (3) Asal Mula Monyet (Simeulue), dan (4) Kerbau Putih (Simeulue), dan (5) Palandok (Si Kancil).Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh simpulan bahwa dalam dalam kelima fabel yang dianalisis tersebut terdapat bermacam-macam kode budaya, yaitu ikon, simbol, dan indeks.Ikon adalah sesuatu benda fisik yang menyerupai apa yang dipresentasikannya, simbol adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si subjek kepada objek, sedangkan indeks adalah tanda yang hadir secara asosiatif akibat terdapatnya hubungan ciri acuan yang sifatnya tetap.Kode budaya dalam fabel masyarakat Aceh sangat bermanfaat dalam membentuk karakter anak baik sebagai individu, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga negara yang baik. Kata Kunci : Kode, Budaya, Fabel
REDUPLIKASI BAHASA PAK-PAK BOANG Yulsafli Yulsafli
JURNAL SERAMBI ILMU Vol 17, No 3 (2016): Jurnal Serambi Ilmu
Publisher : UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32672/si.v26i1.516

Abstract

Penelitian yang berjudul “Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang” ini mengangkat masalah sebagai berikut: (1) Bagaimanakah jenis reduplikasi bahasa Pak-Pak Boang, (2) bentuk apa sajakah yang ditimbulkan oleh reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang, penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan jenis dan bentuk reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang. Sumber data penelitian ini adalah data lisan dan data tulisan, data lisan bersumber dari penutur asli Bahasa Pak-Pak Baong yang bermukim di desa Rundeng, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Provinsi Aceh. data tulisan bersumber dari buku-buku Pak- Pak Boang yang telah terbit. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam, Studi dokumenter, dan introspeksi. Langkah analisis data dilakukan dengan seleksi data, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa reduplikasi Bahasa Pak- Pak Boang adalah sebagai berikut: (1) Reduplikasi Bahasa Pak-Pak Boang terdiri dari empat jenis yaitu (a) reduplikasi fonologis (b) reduplikasi sintaksis (c) reduplikasi semantis (d) reduplikasi morfologis. (2) bentuk reduplikasi terdiri dari 5 bentuk (a) dwilinga atau pengulangan utuh.(b) dwipurwa atau pengulagan sebagian.(c) dwilinga salin suara (d) dwiwasana.(e) trilinga. Proses dari pembentuk reduplikasi terdiri dari tujuh pembentuk (a) pembentuk verba, (b) pembentuk ajektifa, (c) pembentuk nomina, (d) pembentuk pronomina, (e) pembentuk adverbia, (f) pembentuk interogativa, dan (g) Pembentuk numeralia. Bahasa Pak-Pak Boang adalah bahasa daerah kota Subulussalam yang banyak mengalami proses reduplikasi.
Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Simeulue Provinsi Aceh Yulsafli Yulsafli
Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton Vol 8 No 3 (2022): Sang Pencerah: Jurnal Ilmiah Universitas Muhammadiyah Buton
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Buton

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.815 KB) | DOI: 10.35326/pencerah.v8i3.2516

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan rakyat Simeulue. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini dari cerita rakyat Simeulue. Cerita rakyat Simeulue tersebut adalah cerita Fatu Malayal, Mahawali Tigo Kalimat, dan Muntiko Betuah. Teknik pegumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa nilai budaya yang terdapat dalam kelima cerita rakyat Simeulue tersebut adalah: (1) nilai budaya terkait hubungan manusia dengan Tuhan yaitu berdoa, percaya kepada Tuhan, percaya kepada takdir, percaya akan kebenaran. (2) nilai budaya terkait hubungan manusia dengan alam yaitu memanfaatkan alam, mencintai alam atau menyanyangi binatang. (3) nilai budaya terkait hubungan manusia dengan manusia lain yaitu kasih sayang, musyawarah, membela orang tua, sikap suka menolong, pemberian nasihat, rela berkorban, membalas budi, berbakti kepada orang tua, menjalankan amanah. (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat yaitu bijaksana, persatuan dalam masyarakat, mengadakan kenduri, bekerja sama. (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri yaitu bekerja keras, keberanian, berguru, cerdas, pantang menyerah dan keikhlasan.
KESULITAN MAHASISWA DALAM BELAJAR KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INGGRIS VIA ONLINE SELAMA PANDEMIK COVID-19 Sariakin Sariakin; Yulsafli Yulsafli; Budi Rizka; teuku mahmud
Jurnal Metamorfosa Vol 11 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/metamorfosa.v11i1.2059

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan mahasiswa dalam belajar berbicara secara daring selama pandemi COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dan rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Iskandar Muda semester 2 sampai semester 8. Jumlah populasi adalah 53 siswa. Karena populasi penelitian ini hanya 53 siswa maka semua mahasiswa diambil sebagai sampel penelitian ini dan sampel tersebut dinamakan total sampling atau sampel jenuh. Dengan demikian, total sampel penelitian ini adalah 53 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan mahasiswa Iskandar Muda Banda Aceh dalam belajar berbicara bahasa Inggris via online adalah: (1) kesulitan dalam belajar berbicara via online karena koneksi internet yang tidak stabil, (2) kesulitan untuk lancar belajar berbicara speaking karena via online, (3) kesulitan menguasai kosa kata dalam pembelajaran berbicara speaking karena via online, (4) kesulitan menguasai tata bahasa dalam pembelajaran berbicara karena mempelajarinya via online, (5) kesulitan mengucapkan kosa kata bahasa Inggris dalam pembelajaran berbicara karena mempelajarinya via online, dan (6) kesulitan dalam berbicara via online karena kurangnya latihan. Berdasarkan hasil penelitian, dosen harus fokus mengatasi kesulitan dengan mempersiapkan perangkat internet lebih baik sehingga koneksi internet lebih kuat, belajar berbicara melalui blended learning atau tatap muka langsung di kelas, mengajar tata bahasa Inggris kepada mahasiswa secara tatap muka, melakukan pengajaran pengucapan kosa kata bahasa Inggris secara tatap muka, dan berlatih berbicara bahasa Inggris melalui online lebih intens.