Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS Helfrida Situmorang
Indonesian Trust Health Journal Vol 3 No 2 (2020): Indonesian Trust Health Journal
Publisher : STIKes Murni Teguh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37104/ithj.v3i2.57

Abstract

The irreversible risk factors for osteoporosis are age, gender, race, family / hereditary history, body shape and history of fractures. The risk factors for osteoporosis that can be changed are smoking, vitamin and nutritional deficiencies, lifestyle, eating disorders (anorexia nervosa), early menopause, and the use of certain drugs such as corticosteroids, glucocorticosteroids, and diuretics. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of osteoporosis. The research design used was non-experimental, namely a correlational research design, namely research conducted to determine the relationship between two variables. The population in this study were all osteoporosis patients with age. over 45 years old who seek treatment at the Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan District of North Labuhan Batu totaling 45 people. The sampling method used was the total sampling technique, which was the same as the population of 45 people. Data collection used is the method of filling out a questionnaire which includes written questions used to obtain data information from the questionnaire. The data analysis conducted was univariate analysis and bivariate analysis. In this study, researchers still adhere to ethical principles. The results illustrate that the respondents are mostly 51-65 years old as many as 27 people (60%). Most of the sex of respondents were women as many as 37 people (82.2 %%). Most of the respondents had no history of osteoporosis as many as 31 people (68.9%). Most of the body mass index of respondents whose body mass index was over 34 people (75.6%). Most of the respondents in the smoking category did not smoke as many as 32 people (71.7%). Most of the respondents' physical activity in the category of independent physical activity was 38 people (84.4%). The conclusion is that there is no relationship between age, sex, family history, body mass index, and smoking with the incidence of osteoporosis. Meanwhile, physical activity has a relationshipwithosteoporosis. Abstrak Faktor-faktor resiko osteoporosis yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga/keturunan, bentuk tubuh dan sejarah patah tulang. Faktor–faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah adalah merokok, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, gangguan makan (anoreksia nervosa), menopause dini, serta penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid, glukokortikosteroid, serta diuretik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis Rancangan penelitian yang digunakan adalah non eksperimen yaitu rancangan atau desain penelitian yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien osteoporosis dengan usia diatas 45 tahun yang berobat di Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan Kab Labuhan Batu Utara berjumlah 45 orang.Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik total sampling yaitu sama dengan populasi adalah sebanyak 45 orang. Pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengisian kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasidata dari kuesioner.Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip-prinsip etik.Hasil penelitian menggambarkan bahwa responden sebagian besar berumur 51-65 tahun sebanyak 27 orang (60%). Jenis kelamin responden sebagian besar wanita sebanyak 37 orang (82.2%%).Riwayat keluarga responden sebagian besar berstatus tidak ada riwayat osteoporosis sebanyak 31 orang (68.9%).Indeks masa tubuh responden sebagian besar Indeks masa tubuh lebih sebanyak 34 orang (75.6%).Merokok responden sebagian besar kategori tidak merokok sebanyak 32 orang (71.7%).Aktivitas fisik responden sebagian besar kategori aktivitas fisik mandiri sebanyak 38 orang (84.4%).Kesimpulan bahwa tidak ada hubungan umur, jeniskelamin, riwayat keluarga,indeks massa tubuh,dan merokok dengan kejadian osteoporosis. Sedangkan aktivitas fisikada hubungan dengan kejadian osteoporosis.
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS Helfrida Situmorang
Indonesian Trust Health Journal Vol 3 No 2 (2020): Indonesian Trust Health Journal
Publisher : Universitas Murni Teguh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37104/ithj.v3i2.57

Abstract

The irreversible risk factors for osteoporosis are age, gender, race, family / hereditary history, body shape and history of fractures. The risk factors for osteoporosis that can be changed are smoking, vitamin and nutritional deficiencies, lifestyle, eating disorders (anorexia nervosa), early menopause, and the use of certain drugs such as corticosteroids, glucocorticosteroids, and diuretics. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of osteoporosis. The research design used was non-experimental, namely a correlational research design, namely research conducted to determine the relationship between two variables. The population in this study were all osteoporosis patients with age. over 45 years old who seek treatment at the Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan District of North Labuhan Batu totaling 45 people. The sampling method used was the total sampling technique, which was the same as the population of 45 people. Data collection used is the method of filling out a questionnaire which includes written questions used to obtain data information from the questionnaire. The data analysis conducted was univariate analysis and bivariate analysis. In this study, researchers still adhere to ethical principles. The results illustrate that the respondents are mostly 51-65 years old as many as 27 people (60%). Most of the sex of respondents were women as many as 37 people (82.2 %%). Most of the respondents had no history of osteoporosis as many as 31 people (68.9%). Most of the body mass index of respondents whose body mass index was over 34 people (75.6%). Most of the respondents in the smoking category did not smoke as many as 32 people (71.7%). Most of the respondents' physical activity in the category of independent physical activity was 38 people (84.4%). The conclusion is that there is no relationship between age, sex, family history, body mass index, and smoking with the incidence of osteoporosis. Meanwhile, physical activity has a relationshipwithosteoporosis. Abstrak Faktor-faktor resiko osteoporosis yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga/keturunan, bentuk tubuh dan sejarah patah tulang. Faktor–faktor resiko osteoporosis yang dapat diubah adalah merokok, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, gangguan makan (anoreksia nervosa), menopause dini, serta penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid, glukokortikosteroid, serta diuretik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis Rancangan penelitian yang digunakan adalah non eksperimen yaitu rancangan atau desain penelitian yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel.Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien osteoporosis dengan usia diatas 45 tahun yang berobat di Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan Kab Labuhan Batu Utara berjumlah 45 orang.Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik total sampling yaitu sama dengan populasi adalah sebanyak 45 orang. Pengumpulan data yang digunakan yaitu metode pengisian kuesioner yang meliputi pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasidata dari kuesioner.Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Dalam penelitian ini peneliti tetap berpedoman pada prinsip-prinsip etik.Hasil penelitian menggambarkan bahwa responden sebagian besar berumur 51-65 tahun sebanyak 27 orang (60%). Jenis kelamin responden sebagian besar wanita sebanyak 37 orang (82.2%%).Riwayat keluarga responden sebagian besar berstatus tidak ada riwayat osteoporosis sebanyak 31 orang (68.9%).Indeks masa tubuh responden sebagian besar Indeks masa tubuh lebih sebanyak 34 orang (75.6%).Merokok responden sebagian besar kategori tidak merokok sebanyak 32 orang (71.7%).Aktivitas fisik responden sebagian besar kategori aktivitas fisik mandiri sebanyak 38 orang (84.4%).Kesimpulan bahwa tidak ada hubungan umur, jeniskelamin, riwayat keluarga,indeks massa tubuh,dan merokok dengan kejadian osteoporosis. Sedangkan aktivitas fisikada hubungan dengan kejadian osteoporosis.
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA PERAWAT DI RSU SUNDARI MEDAN Budiana Yazid; Helfrida Situmorang
JURNAL KELUARGA SEHAT SEJAHTERA Vol 19, No 2 (2021): JURNAL KELUARGA SEHAT SEJAHTERA
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jkss.v19i2.32417

Abstract

ABSTRACTMusculoskeletal disorders are one of the diseases that occur due to excessive muscle contraction due to giving a workload that is too heavy with a long duration of loading. On the other hand, muscle complaints do not occur when muscle contractions are only around 15-20% of maximum muscle strength. However, if the muscle contraction exceeds 20%, the blood circulation to the muscles is reduced so that the oxygen supply to the muscles decreases. The purpose of this study was to determine the relationship between physical activity and musculoskeletal disorders in nurses at Sundari General Hospital Medan. Bivariate analysis test using Spearman Rho. Where the p-value is 0.003 <0.05, which means that there is a relationship between physical activity and nurses' musculoskeletal disorders. Keywords: Physical Activity, Musculoskeletal Disorders ABSTRAKGangguan muskuloskletal merupakan salah satu penyakit yang terjadi karena adanya kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang sebaliknya keluhan otot tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 % maka peredaran darah ke otot berkurang sehingga suplai oksigen ke otot menurun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan gangguan muskuloskletal pada perawat di RSU Sundari Medan. Uji analisis bivariat menggunakan spearman rho. Dimana nilai p-value sebesar 0,003 <0,05 yang  artinya terdapat hubungan aktivitas fisik dengan gangguan muskuloskletal perawat Kata Kunci: Aktvitas Fisik, Gangguan Muskuloskletal
SENAM BUGAR LANSIA INDONESIA TERHADAP KADAR GULA DARAH DIABETES MELLITUS TIPE 2 Helfrida Situmorang; Fitriani Nasution
Jurnal Kesehatan - STIKes Prima Nusantara Vol 11 (2020): JURNAL KESEHATAN - Special Issue Hari Kesehatan Nasional 2020
Publisher : LPPM Universitas Prima Nusantara Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35730/jk.v11i0.443

Abstract

Salah satu latihan jasmani yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus adalah senam kesehatan jasmani diabates melitus. Senam diabetes adalah senam fisik yang dirancang khusus untuk pasien diabetes melitus dan merupakan bagian dari pengobatan diabetes melitus. Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh senam bugar lansia Indonesia terhadap Penurunan kadar gula darah  penderita diabates melitus. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen, Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang menderita diabetes melitus berjumlah 39 orang. penelitian ini dilakukan di Puskesmas Gunting Saga Kec. Kualuh Selatan Kab Labuhan Batu Utara. Pengumpulan data dilakukan pada Nopember-Desember 2019. Penelitian ini dilakukan dengan pengukuran KGD pada kelompok sebelum dan sesudah latihan. Data dianalisis dengan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan setelah dilakukan senam bugar lansia. Dengan uji Wilcoxon, diperoleh nilai kemaknaan 0.000 (p <0.05), dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan GDS yang bermakna antara sebelum latihan jasmani dengan sesudah dilakukan senam bugar Indonesia. Rata-rata kadar gula darah  sebelum dilakukan intervensi senam bugar Indonesia 280.08 ml/dl dan setelah dilakukan intervensi senam bugar Indonesia 240.68 ml/dl.