Sofyan Primulyana
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Gejala awal letusan Gunung Lokon Februari 2011 - Maret 2012 Kristianto Kristianto; Hendra Gunawan; Nia Haerani; Iyan Mulyana; Ahmad Basuki; Sofyan Primulyana; Farid Uskanda Bina
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 3, No 3 (2012)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1400.899 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v3i3.42

Abstract

ABSTRAKGunung Lokon memiliki karakter erupsi yang diawali oleh letusan freatik yang berlangsung beberapa bulan dan biasanya berakhir dengan letusan magmatik yang berlangsung singkat. Aktivitas tahun 2011 diawali oleh letusan freatik pada 22 Februari 2011 dan berulang pada 26 Juni 2011. Pada Juli 2011 kejadianletusan semakin intensif. Sampai dengan Maret 2012 letusan terjadi setiap bulan. Gejala awal setiap periode letusan diamati secara visual serta instrumental dengan menggunakan metoda kegempaan, geokimia, dan deformasi. Pengamatan kegempaan menunjukkan bahwa setiap kejadian letusan selalu diawali oleh peningkatan jumlah gempa vulkanik dangkal dan gempa hembusan serta membesarnya amplituda tremor. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan tekanan fl uida sebelum letusan. Peningkatan tekanan fl uida terjadi akibat proses pelepasan gas yang diikuti proses pembentukan sumbat lava yang menyebabkan kelebihan tekanan dalam konduit, ditandai dengan peningkatan gempa vulkanik dangkal. Erupsi eksplosif terjadi jika tekanan menurun secara tiba-tiba akibat rekahan pada sumbat lava. Hasil pengamatan kegempaan berkorelasi dengan hasil pengukuran deformasi yang menunjukkan adanya pemendekan dan hasil pengukuran nilai fl ux SO2 yang turun menjelang letusan.Kata kunci: letusan, freatik, gempa vulkanik dangkal, gempa hembusanABSTRACTThe characteristics of Lokon eruption is preceded by phreatic eruptions that lasted within several months and usually ends with a short magmatic eruption. The activity in 2011 was preceded by phreatic eruption on 22 February and repeated on 26 June. In July 2011, the eruptions occurred more intensively. As of March 2012 the eruption occured every month. The precursor of each eruption period was observed visually and instrumentally using seismicity, geochemistry and deformation methods. Seismicity observation showed that every eruption event was preceded by the increase in number of shallow volcanic and gasemission earthquakes and enlargement of tremor amplitude. These phenomena indicated that an increase in fluid pressure occurred prior to eruptions. The increase in fl uid pressure occurred due to gas release process followed by lava plug formation that causes over pressure of the magma in the conduit, whichwas characterized by the increase in shallow volcanic earthquakes. Explosive eruption occurs when the pressure decreases suddenly due to lava plug cracking. The results of seismicity observation correlate
Letusan Gunung Kelud pada 690 ± 110 tahun yang lalu merupakan letusan yang sangat dahsyat dan sangat berdampak pada Kerajaan Majapahit Akhmad Zaennudin; Sofyan Primulyana; Darwin Siregar
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3614.458 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v4i2.53

Abstract

ABSTRAKGunung Kelud adalah gunung api tipe A berada di Kabupaten Kediri, Blitar, dan Malang, Provinsi Jawa Timur. Karakter letusannya didominasi oleh letusan-letusan eksplosif cukup kuat sampai sangat kuat, baik yang terjadi pada pra sejarah maupun dalam masa sejarah manusia menghasilkan endapan-endapan freatik, freatomagmatik, aliran piroklastika, dan jatuhan piroklastika di sekitarnya. Salah satu letusan yang terbilang besar yang terjadi pada 690 ± 110 tahun yang lalu menghasilkan material yang cukup tebal, tersebar luas, danberdampak besar. Dampak yang nyata melanda Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahan kerajaan ini terletak di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, sekitar 40 km timur laut Gunung Kelud. Tanah yang semulasubur makmur berubah seketika menjadi kering dan tandus, sarana dan prasarana yang ada porak poranda tertimbun oleh material. Lahar sebagai bahaya sekunder pasca letusan telah merusak dan mengukur bangunandan fasilitas lainnya yang ada saat itu. Pusat Kerajaan Majapahit yang ada di sekitar gunung api ini terkena dampaknya secara langsung. Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani tidak dapat mempergunakanlahannya lagi untuk bertani karena kekeringan yang melanda. Begitu juga semua fasilitas yang ada telah hancur dan tertimbun oleh endapan jatuhan piroklastika dan lahar, sehingga dapat melumpuhkan semua sendi-sendikehidupan masyarakat dan pemerintahan kerajaan sebelum masuknya pengaruh Islam yang datang kemudian.Kata kunci: Gunung Kelud, Endapan Piroklastika, Kerajaan Majapahit, letusan eksplosifABSTRACTKelud volcano is an A type volcano which is located in Kediri, Blitar, and Malang Districts, East Java Province. The characteristic of these eruptions are dominated by moderate to strong explosive to produce phreatic, phreatomagmatic, pyroclastic flow, fall, and lahar deposits which are widely deposited around the volcano either in pre historic or historic times.The eruption of 690 ± 110 years ago produced thick materials which widely distributedto the surrounding area with a big impact to its environment, include the Majapahit Kingdom. The capital city of Majapahit Kingdom located in Trowulan, Mojokerto District, East Java Province is only 40 km to the north east ofKelud volcano. The fertile of used to land become waste and dry, and also all facilities were damaged and buried by  these deposits of this eruption. Even lahar is as secondary hazard after the eruption broke and buried buildings and other facilities at that time. The capital city of Majapahit Kingdom which was present in around Kelud volcano was directly affected. Farmers could not work to grow their plants due to dryness. Also these facilities were damaged and buried by pyroclastic fall and lahar deposits that affected their life and government become weak before intervention of Islamic religion.Keywords: Mt. Kelud, Pyroclastic deposits, Majapahit Kingdom, explosive eruption.
Erupsi Semeru 1 Desember 2020: Kronologi Kejadian Aliran Piroklastik, Kondisi Pre-Eruptif, dan Laju Ekstrusi Material Volkanik Banggur, Wilfridus F S; Nareswari, Ratika Benita; Saina, Nazirah; Astyka Pamumpuni; Mirzam Abdurrachman; Estu Kriswati; Liswanto; Mukdas Sofian; Yadi Yuliandi; Kristianto; Sofyan Primulyana; Idham Andri Kurniawan
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 25 No. 3 (2024): JURNAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERAL
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v25i3.796

Abstract

Semeru merupakan gunungapi paling aktif di Jawa dengan tipe erupsi strombolian-vulkanian yang disertai pertumbuhan kubah lava. Erupsi eksplosif Semeru dapat menghasilkan guguran lava pijar dan runtuhan kubah lava yang disertai aliran piroklastik dengan jarak luncur mencapai 5-12 km ke arah selatan (Besuk Kembar dan Besuk Bang) atau tenggara (Besuk Kobokan) dari pusat erupsi. Pada 1 Desember 2020, terjadi aliran piroklastik dengan jarak luncur 11.5 km, yang merupakan jarak luncur terjauh sejak erupsi 2002. Rekonstruksi terhadap kronologi kejadian dan sebaran endapan aliran piroklastik 1 Desember 2020 secara detil dilakukan menggunakan data CCTV, press release, citra satelit, foto drone, portal berita, dan kanal media sosial. Kondisi pre-eruptif jangka pendek dikaji menggunakan citra satelit SAR Sentinel-1, Sentinel-2 dari MIROVA, dan frekuensi kegempaan. Algoritma MODVOLC digunakan untuk mengkaji laju ekstrusi produk material volkanik sebagai gambaran kondisi pre-eruptif jangka panjang. Rekonstruksi kejadian aliran piroklastik menunjukkan bahwa erupsi dimulai dengan guguran lava yang diikuti awan panas dengan beberapa perulangan dan kekuatan yang meningkat. Kondisi pre-eruptif sepanjang tahun 2020 menunjukkan perubahan morfologi bukaan kawah pusat, posisi titik runtuh guguran lava, serta posisi akumulasi material guguran di sekitar puncak yang menyebabkan arah luncuran aliran piroklastik lebih mengarah ke Besuk Kobokan. Sementara itu, peningkatan akumulasi volume dan laju ekstrusi material volkanik mengindikasikan kemungkinan peningkatan jarak luncuran ke depannya.