Mohamad Ramdhan
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Rekonstruksi Model Bawah Permukaan Sesar Palu Berdasarkan Hasil Relokasi Hiposenter Mohamad Ramdhan; Priyobudi Priyobudi
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Badan Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.918 KB) | DOI: 10.34126/jlbg.v11i1.293

Abstract

Relokasi hiposenter merupakan teknik umum yang digunakan untuk memahami kondisi tektonik di suatu area. Studi ini menggunakan hasil relokasi hiposenter dari katalog gempabumi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hiposenter-hiposenter tersebut digunakan untuk merekontruksi kondisi bawah permukaan di bawah Sesar Palu-Koro (PK) pada segmen Palu-Donggala. Rekonstruksi bawah permukaan menunjukkan bahwa Sesar Palu terdiri dari satu sesar utama dan dua sesar sintetik. Sesar utama menempati sisi timur lembah Palu. Sesar ini berupa bidang lurus berarah utara-selatan dari utara Donggala hingga Kota Palu. Pada sesar utama inilah gempabumi dengan magnitudo 7,5 Mw terjadi. Sesar sintetik berupa bidang lengkung berarah barat laut-tenggara membentuk sudut terhadap sesar utama. Hasil rekonstruksi juga menunjukkan adanya beberapa flower structure yang umum terjadi dalam sebuah sistem sesar mendatar.
Struktur Kecepatan Seismik di Bawah Gunung Merapi dan Sekitarnya Berdasarkan Studi Tomografi Seismik Waktu Tempuh Mohamad Ramdhan; Said Kristyawan; Andry Syaly Sembiring; D Daryono; P Priyobudi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 29, No 2 (2019)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2019.v29.1047

Abstract

Periode erupsi Gunung Merapi yang relatif pendek menjadi penyebab banyaknya ahli ilmu kebumian meneliti proses yang terjadi, baik di bawah permukaan maupun di bagian puncak gunung api tersebut. Jaringan seismik DOMERAPI yang terdiri dari 53 stasiun seismik digunakan  untuk memahami karakteristik reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi  dengan periode perekaman data dari bulan Oktober 2013 sampai pertengahan bulan April 2015. Sejumlah 464 gempa berhasil dideteksi oleh jaringan seismik DOMERAPI dengan mayoritas gempanya berada di luar jaringan seismik tersebut karena Gunung Merapi pada saat itu  berada dalam keadaan tidak aktif. Gempa-gempa yang berada di luar jaringan seimik tersebut digunakan untuk mendeliniasi reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi. Reservoir magma utama di bawah Gunung Merapi teridentifikasi pada kedalaman sekitar 15 km di bawah permukaan laut (MSL) yang dicirikan dengan Vp dan rasio Vp/Vs yang tinggi serta Vs yang rendah. Keberadaan reservoir magma dangkal yang berkaitan dengan fluid percolation juga teridentifikasi dengan jelas pada studi ini yang berada pada kedalaman kurang dari 5 km di bawah MSL yang dicirikan dengan Vp yang rendah, rasio Vp/Vs yang tinggi dan Vs yang rendah. Adapun keberadaan reservoir magma dalam Gunung Merapi tidak berhasil diidentifikasi pada studi ini karena keterbatasan resolusi data seismik.The relatively short eruption period of Merapi volcano is the reason for many earth scientists to investigate the processes that occur both beneath the surface and at the top of the volcano. The DOMERAPI seismic network consisting of 53 seismic stations was installed to understand the characteristics of the main magma reservoir under the volcano with a period of data recording from October 2013 to mid-April 2015. A total of 464 earthquakes were detected by DOMERAPI seismic network with the majority of the earthquake occured outside the seismic network because the volcano was inactive at that time. The earthquakes are used to delineate the main magma reservoir beneath the volcano. The main magma reservoir was identified at a depth of 15 km below mean sea level (MSL,) which is characterized by high Vp, a high Vp/Vs ratio and low Vs. The existence of shallow magma reservoirs related to fluid percolation was also clearly identified in this study which was at a depth of less than 5 km below MSL which was characterized by low Vp, a high Vp/Vs ratio and low Vs. The existence of deep magma reservoir was not identified in this study because of the limited resolution of seismic data.
Uji Resolusi Tomografi Seismik Waktu Tempuh Lokal Menggunakan Dua Input Model Sintetik Mohamad Ramdhan; Said Kristyawan; Andry Syaly Sembiring; Daryono Daryono; Priyobudi Priyobudi
Limits: Journal of Mathematics and Its Applications Vol 16, No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.103 KB) | DOI: 10.12962/limits.v16i2.6043

Abstract

Uji resolusi dalam tomografi seismik telah diterapkan secara luas pada berbagai skala. Uji tersebut digunakan untuk mengetahui kehandalan data seismik yang digunakan pada suatu area penelitian. Checkerboard resolution test (CRT) merupakan salah satu teknik uji resolusi yang diterapkan secara luas pada data tomografi seismik. Uji resolusi dilakukan untuk mengetahui secara spasial area mana saja yang bisa diinterpretasi dari suatu tomogram seismik. Pada penelitian ini akan menguji resolusi dengan input model CRT dan Non-CRT. Area yang memiliki kemiripan pola antara input model dan hasil inversinya menunjukkan area tersebut bisa diinterpretasi baik secara geologi maupun dari properti fisika batuannya. Pada uji resolusi model Non-CRT juga ditambahkan random noise untuk mengetahui sejauh mana pengaruh noise terhadap data seismik. Hasil uji resolusi pada kedua input model tersebut menunjukan konsistensi pada area-area yang bisa diinterpretasi ataupun tidak. Hal ini menunjukkan data seismik yang digunakan pada penelitian ini memiliki kualitas yang cukup baik sehingga hasil studi tomografinya bisa menjelaskan kondisi geologi di bawah permukaannya