Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Seleksi dan Pengujian Potensi Bakteri Indigenous Air Rendaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Sebagai Bakteri Selulolitik, Pektinolitik, dan Lignolitik Rahayu, Farida; Sudjindro, .; Budi, Untung Setyo
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 2, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Serat sintetik yang selama ini banyak digunakan, dipandang tidak ramah lingkungan karena berpotensi men-jadi pencemar. Untuk itulah, inovasi untuk mendapatkan bahan yang lebih ringan, murah, dan ramah ling-kungan dikembangkan. Pemanfaatan bahan mentah berupa serat tanaman untuk bahan selain tekstil khu-susnya serat kenaf (Hibiscus cannabinus) banyak mendapat perhatian khusus dari berbagai kalangan. Tuju-an dari penelitian ini adalah untuk menyeleksi dan menguji potensi bakteri selulolitik, pektinolitik, dan lignoli-tik indigenous dari air rendaman kenaf sebagai sumber inokulum pada proses retting kenaf. Eksplorasi dila-kukan dengan mengambil sampel air rendaman kenaf di Asembagus. Isolasi bakteri dilakukan dalam media Nutrient Broth (NB) dan Nutrient Agar (NA) yang merupakan media umum untuk bakteri. Isolat bakteri ke-mudian dikulturkan dan dipelihara dalam medium selektif mengandung carboxyl metylcellulase (CMC), pek-tin, atau lignin. Waktu optimal pertumbuhan sel dan nilai indeks selulolitik, pektinolitik, dan lignolitik ditentu-kan berdasarkan nisbah antara diameter zona bening di sekitar koloni dengan diameter koloni bakteri. Hasil eksplorasi didapat 8 isolat bakteri yang berpotensi sebagai bakteri selulolitik, pektinolitik, dan lignolitik; 1 iso-lat berpotensi sebagai bakteri selulolitik dan lignolitik; dan 2 isolat berpotensi sebagai bakteri pektinolitik; ser-ta 1 isolat berpotensi sebagai bakteri selulolitik. Hampir semua isolat memiliki waktu optimal pertumbuhan pa-da jam ke-12–18 dengan jumlah sel 21,9–267 juta sel/ml pada suhu 37oC. Synthetic fiber has been widely used and considered as an environmentally unfriendly product because its po-tency as a contaminant. For this reason, innovation to get lighter, cheaper, and environmentally friendly ma-terials is developed. Utilization of plant fibers for raw materials other than textiles especially kenaf fiber (Hi-biscus cannabinus) has received special attention from various communities. The aim of this research was to isolate indigenous cellulolytic, pectinolytic, and lignolytic bacteria from water retting of kenaf for inoculum sources in retting process of kenaf. Exploration of bacteria was done in Asembagus by collecting retting wa-ter of kenaf. Isolate was done in common media for bacteria, i.e Nutrient Broth (NB) and Nutrient Agar (NA), then the isolate bacteria were selected in a selective medium contained carboxyl metylcellulase (CMC), pectin, or lignin. Determination of optimal time of cell growth and value of index cellulolytic, pectinolytic, and lignolytic activity based on the ratio between the diameter of clear zone around the colony and diameter of the bacterial colony. The isolates collected from this study were 12 numbers, consist of 8 isolates of bacteria with cellulolytic, pectinolytic, and lignolytic ability; 1 isolate of bacteria with cellulolytic and lignolytic ability; 2 isolates of pectinolytic bacterium; and 1 isolate as cellulolytic bacterium. Almost all isolates have optimal time of growth at 12th18th hour with number of cells between 21,9267 million cell/ml at 37oC.
Keragaan Klon-Klon Abaca (Musa Textilis Nee) Hasil Kultur In-Vitro pada Fase Aklimatisasi Parnidi, P; Budi, Untung Setyo
Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) 2016: Prosiding SNPBS (Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.927 KB)

Abstract

Pengadaan bibit pada tanaman abaca secara masal melalui perbanyakan vegetatif lebih sulit dilakukan dibandingkan melalui perbanyakan generatif. Sejalan dengan perkembangan teknik kultur jaringan, pengadaan bibit secara masal melalui perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan mudah. Aklimatisasi merupakan tahapan dalam teknik kultur jaringan guna membantu planlet untuk berdaptasi di lingkungan non steril. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui keragaan klon-klon abaca (Musa textilis nee) hasil kultur in-vitro pada fase aklimatisasi dilakukan di rumah kasa Balittas Malang pada bulan November 2012 - Maret 2013 dengan menggunakan 11 klon abaca. Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok yang diulang 4 kali. Setiap perlakuan dalam satu ulangan terdiri dari 25 planlet. Pengamatan dilakukan terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah tunas, jumlah daun, panjang dan lebar daun. Data yang diperoleh dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji DMRT pada signifikansi 95%. Analisis korelasi dan regresi antara panjang dan lebar daun dengan tinggi dan diameter bibit abaca dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak minitab 15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon Tangongon EMS menghasilkan karakter morfologi (tinggi, lingkar batang,panjang dan lebar daun) yang lebih baik dibandingkan klon-klon lainnya.