Nurlita Endah Karunia
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN KONFLIK KERJA-KELUARGA DAN KETIDAK-AMANAN KERJA DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS Ronaa Zahiidah; Artiawati Mawardi; Nurlita Endah Karunia
CALYPTRA Vol. 7 No. 2 (2019): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesejahteraan psikologis merupakan penilaian atau evaluasi individu selama masa hidupnya. Apabila individu merasa kehidupannya dan fungsi psikologisnya telah berjalan dengan optimal, maka dapat dikatakan bahwa individu tersebut memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi. Kesejahteraan psikologis dapat terganggu apabila terjadi masalah, satunya adalah adanya konflik dari peran-peran yang dijalani oleh individu. Apabila terjadi konflik yang mengganggu perannya di keluarga maupun pekerjaan, hal tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan psikologis individu. Selain adanya konflik kerja-keluarga yang dialami individu, adanya perasaan terancam atau tidak aman dari pekerjaan yang sedang dijalani juga dapat mengganggu kesejahteraan psikologis seseorang. Rasa tidak aman ini disebut juga ketidak-amanan kerja atau job insecurity, yaitu persepsi atau rasa takut individu akan kehilangan pekerjaannya saat ini. Subjek penelitian merupakan guru dan pegawai Yayasan Sekolah Nasional KPS yang berstatus menikah dan memiliki anak minimal 1 dengan usia maksimum 21 tahun yang tinggal bersama orangtua, sejumlah 52 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan kerja secara bersamaan terhadap kesejahteraan psikologis (nilai Fhitung=4,831, Ftabel=3,19; R2=0,165; p=<0,005). Nilai korelasi konflik kerja-keluarga dengan kesejahteraan psikologis sebesar - 0,397 (p<0,005) yang menunjukkan nilai korelasi negatif. Semakin tinggi konflik kerja- keluarga, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis; begitu pula sebaliknya. Nilai korelasi ketidak-amanan kerja dengan kesejahteran psikologis sebesar -0,272 (p<0,005) yang juga menunjukkan nilai korelasi negatif. Semakin tinggi ketidak-amanan kerja, maka semakin rendah kesejahteraan psikologis; begitu pula sebaliknya. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kesejahteraan psikologis memiliki hubungan yang berbanding terbalik dengan konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan kerja. Apabila kesejahteraan psikologis ingin ditingkatkan, maka konflik kerja-keluarga dan ketidak-amanan psikologis harus rendah. Untuk menekan konflik kerja-keluarga dapat diadakan family gathering secara berkala. Untuk menekan ketidak-amanan kerja dapat dilakukan pemberian informasi yang jelas terkait masa depan organisasi dari pihak manajemen. Saran untuk penelitian selanjutnya agar peneliti mencari sampel yang lebih banyak dan lebih memenuhi kriteria konflik kerja-keluarga serta ketidak-amanan kerja. Gunakan variabel lain sebagai prediktor atau moderator untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi kesejahteraan psikologis.
STUDI KASUS: PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP SELF-COMPASSION INDIVIDU DENGAN ORANGTUA BERCERAI Wella Ayu Cahaya; Hartanti Hartanti; Nurlita Endah Karunia
CALYPTRA Vol. 7 No. 2 (2019): Calyptra : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya (Maret)
Publisher : Perpustakaan Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study is to see the impact of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) on self-compassion of individual with divorced parents. The research approach uses mixed methods with concurrent triangulation strategy. Quantitative research used a single case experimental method involving single subject who is a female at the age of emerging adulthood, having divorced parents since subject on adolescent age, and having low self-compassion. ACT intervention were given 6 sessions over 2 weeks. The results show that ACT improves subject’s self-compassion. Common humanity and mindfulness increase after intervention and self-kindness increases in 2 weeks after intervention. There’s also a decrease in all negative aspects of self-compassion. ACT raises subject’s awareness to do self-compassion and increase ability to overcome negative thoughts and emotions through the techniques taught. On the other hand, qualitative result show that ACT hasn’t been able to completely eliminate negative thoughts and emotions. The influencing factor is the nature of the ACT that doesn’t aim to eliminate negative thoughts and emotions instead exercises the ability to overcome them. Family support and personality also affect the process and outcome of the intervention.