Alfi Inayati
Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Tanggap Genotipe Kacang Tanah Terhadap Penyakit Bercak Daun Cercospora dan Karat Daun Puccinia Alfi Inayati; Eriyanto Yusnawan
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 12 No 1 (2016)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.51 KB) | DOI: 10.14692/jfi.12.1.9

Abstract

Leaf spot and rust are two important diseases on groundnut. Both diseases are frequently found at the same time that influence the growth and reduce the yield of groundnut. This study was conducted to evaluate thirteen groundnut genotypes resistance to leaf spot and rust disease.  The experiment was conducted using a split plot design and three replications, with inoculated and uninoculated treatment as main plot, and  groundnut genotypes as the sub plot.  Disease assessment was conducted by counting number of pustules per leaf, the number of spots per leaf, rust disease intensity, the intensity of leaf spot disease, and leaf area index. Yield components including stover weight, number of pods per plant, number of empty pods, number of chipo pods, and weight of pods per plant were recorded for both inoculated and uninoculated plants. The result showed that leaf spot disease developed earlier than rust disease. Only one genotype was susceptible to rust and the other 12 genotypes were very susceptible, whereas all genotypes tested were very susceptible to leaf spot. The intensity of rust and leaf spot diseases was negatively correlated with yield (r = - 0.1 – (0.4)). Rust and leaf spot diseases reduced the yield components including stover weight (73.2%), number of pods (68%), and weight of pods (72.5%). The number of empty pods and chipo pods were increase to 81% and 56.4% respectively. 
POTENSI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin UNTUK MENGENDALIKAN HAMA BOLENG Cylas formicarius F. PADA TANAMAN UBIJALAR Tantawizal Tantawizal; Alfi Inayati; Yusmani Prayogo
Buletin Palawija No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n29.2015.p46-53

Abstract

Potensi Cendawan Entomopatogen Beauveria Bassiana (Balsamo) Vuillemin untuk Mengendalikan Hama Boleng Cylas formicarius F. (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman ubijalar. Ubijalar merupakan salah satu tanaman umbi yang memiliki keunggulan sebagai alternatif penghasil karbohidrat. Hama boleng, Cylas formicarius, merupakan salah satu hama penting pada ubijalar yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas umbi antara 10–80%. Cendawan entomopatogen, Beauveria bassiana, berpotensi sebagai salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang dapat digunakan mengendalikan hama C. formicarius. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa cendawan B. bassiana dapat menyebabkan kematian pada C. formicarius hingga 90% dan efektif mengurangi kehilangan hasil sebesar 5%. Efektivitas cendawan entomopatogen B. bassiana dipengaruhi oleh kerapatan konidia, stadia serangga yang dikendalikan, waktu aplikasi, cara aplikasi serta frekuensi aplikasi. Oleh karena itu, pemanfaatan B. bassiana untuk mengendalikan C. formicarius dengan formulasi yang tepat sertadapat meningkatkan patogenisitas perlu dikaji lebih lanjut.
KULTUR TEKNIS SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL Bemisia tabaci Genn. PADA TANAMAN KEDELAI Alfi Inayati; Marwoto Marwoto
Buletin Palawija No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n29.2015.p14-25

Abstract

Kultur Teknis Sebagai Dasar Pengendalian Hama Kutu Kebul Bemisia tabaci Genn. pada Tanaman Kedelai. Salah satu gangguan dalam meningkatkan produksi kedelai adalah serangan hama kutu kebul Bemisia tabaci Gennadius. Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini dapat mencapai 80%, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso (gagal panen). Sebagian besar pengendalian hama kutu kebul pada tanaman kedelai di tingkat petani sampai kini masih mengandalkaninsektisida, namun demikian masih sering gagal karena tidak atau kurang efektif. Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Prinsip operasional yang digunakan dalam pelaksanaan PHT salah satunya adalah: Budidaya tanaman sehat. Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Pengendalian kultur teknis merupakan tindakan preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan sasaran agar populasi tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Pengendalian hama kutu kebul secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara: (a) penanaman kedelai lebih awal, (b) penanaman varietas toleran, (c) penanaman tanaman penghalang, misalnya jagung di antara kedelai, (d) sistem pengairan yang teratur misalnya pengairan curah (springkler), (e) pergiliran tanaman bukan inang, dan (f) sanitasi. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian secara bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik-teknik pengendalian hama lainnya sesuai dengan prinsipprinsip PHT.
KULTUR TEKNIS SEBAGAI DASAR PENGENDALIAN HAMA KUTU KEBUL Bemisia tabaci Genn. PADA TANAMAN KEDELAI Alfi Inayati; Marwoto Marwoto
Buletin Palawija No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bulpa.v0n29.2015.p14-25

Abstract

Kultur Teknis Sebagai Dasar Pengendalian Hama Kutu Kebul Bemisia tabaci Genn. pada Tanaman Kedelai. Salah satu gangguan dalam meningkatkan produksi kedelai adalah serangan hama kutu kebul Bemisia tabaci Gennadius. Kehilangan hasil akibat serangan hama kutu kebul ini dapat mencapai 80%, bahkan pada serangan berat dapat menyebabkan puso (gagal panen). Sebagian besar pengendalian hama kutu kebul pada tanaman kedelai di tingkat petani sampai kini masih mengandalkaninsektisida, namun demikian masih sering gagal karena tidak atau kurang efektif. Pengendalian hama kutu kebul dapat dilakukan dengan penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Prinsip operasional yang digunakan dalam pelaksanaan PHT salah satunya adalah: Budidaya tanaman sehat. Tanaman yang sehat mempunyai ketahanan ekologi yang tinggi terhadap gangguan hama. Pengendalian kultur teknis merupakan tindakan preventif, dilakukan sebelum serangan hama terjadi dengan sasaran agar populasi tidak meningkat sampai melebihi ambang kendalinya. Pengendalian hama kutu kebul secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara: (a) penanaman kedelai lebih awal, (b) penanaman varietas toleran, (c) penanaman tanaman penghalang, misalnya jagung di antara kedelai, (d) sistem pengairan yang teratur misalnya pengairan curah (springkler), (e) pergiliran tanaman bukan inang, dan (f) sanitasi. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengendalian secara bercocok tanam perlu dipadukan dengan teknik-teknik pengendalian hama lainnya sesuai dengan prinsipprinsip PHT.
POTENSI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin UNTUK MENGENDALIKAN HAMA BOLENG Cylas formicarius F. PADA TANAMAN UBIJALAR Tantawizal Tantawizal; Alfi Inayati; Yusmani Prayogo
Buletin Palawija No 29 (2015): Buletin Palawija No 29, 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.895 KB) | DOI: 10.21082/bulpa.v0n29.2015.p46-53

Abstract

Potensi Cendawan Entomopatogen Beauveria Bassiana (Balsamo) Vuillemin untuk Mengendalikan Hama Boleng Cylas formicarius F. (Coleoptera: Curculionidae) pada tanaman ubijalar. Ubijalar merupakan salah satu tanaman umbi yang memiliki keunggulan sebagai alternatif penghasil karbohidrat. Hama boleng, Cylas formicarius, merupakan salah satu hama penting pada ubijalar yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas umbi antara 10–80%. Cendawan entomopatogen, Beauveria bassiana, berpotensi sebagai salah satu komponen pengendalian hama terpadu (PHT) yang dapat digunakan mengendalikan hama C. formicarius. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa cendawan B. bassiana dapat menyebabkan kematian pada C. formicarius hingga 90% dan efektif mengurangi kehilangan hasil sebesar 5%. Efektivitas cendawan entomopatogen B. bassiana dipengaruhi oleh kerapatan konidia, stadia serangga yang dikendalikan, waktu aplikasi, cara aplikasi serta frekuensi aplikasi. Oleh karena itu, pemanfaatan B. bassiana untuk mengendalikan C. formicarius dengan formulasi yang tepat sertadapat meningkatkan patogenisitas perlu dikaji lebih lanjut.