Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Analisis Kinerja Fisik Bendung Irigasi Menggunkan Metode Analytic Hirarchy Process Vionadwiuchtia Idrat; Darwizal Daoed; Nurhamidah Nurhamidah
Jurnal Ilmiah Rekayasa Sipil Vol 18 No 2 (2021): Oktober 2021
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (P3M), Politeknik Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30630/jirs.v18i2.566

Abstract

Dams aim to raise water from the average water level to the higher water level to be into rice fields located far from the river. Dams like this are called irrigation dams. An Irrigation dam with a small service scale of 3000 ha is a dam with a medium service level, and the function is the same as a large dam, but the physical and facilities are simpler. Moreover, the number of dams and remote locations makes it difficult to monitor, and it is necessary to make a priority scale for repairs. It can be made more accessible by prioritizing the restoration of each dam and ranking. Based on the above, research was conducted using the Analytical Hierarchy Process (AHP) on the components and sub-components of the dam. This study analyzes several dams in West Sumatra, namely Gunung Nago Dam in Kuranji District, Padang City, Banda Gadang Dam in Gunung Talang District, Solok Regency, Paneh Gadang Dam in Gunung Talang District, Solok Regency. Data collection techniques are carried out by direct observation to the field and questionnaires to resource persons who are water experts. The survey results and analysis showed a dam performance index from 1,2% to 2,7% with a low to moderate dam category and a level of vulnerability to dams from vulnerable - to moderately vulnerable. This result is an indication that higher performance values should be on priority for improvement. This method can be developed and used by policymakers to pay attention to dam performance.
KAJIAN KINERJA FISIK JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI BATANG ANTOKAN DENGAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS Liza Sartika; Darwizal Daoed; Nurhamidah Nurhamidah
CIVED Vol 9, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/cived.v9i1.116463

Abstract

Daerah Irigasi Batang Antokan membawahi 13 Daerah Irigasi yang memiliki saluran primer 4.200 Ha, sehingga rentan terhadap penurunan kinerja jaringan irigasi.Penentuan bobot setiap komponen dan sukomponen dengan menggunakan Metoda Analitychal Hierarchy Process (AHP) dengan melakukan perbandingan berpasangan. Setelah itu melakukan penilaian indeks kinerja dengan penilaian kerusakan irigasi dengan 5 skala penilaian.Hasil penelitian ini menunjukan komponen saluran pembawa merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap kinerja jaringan irigasi yang saling terkait kepada subkomponen yaitu saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan bagi dan bangunan sadap, dimana sub komponen yang paling perlu perhatian yaitu saluran primer dengan bobot 33,03%, urutan kedua saluran sekunder dengan bobot 17,90%, bangunan sadap 17,36%, bangunan bagi 16,19% dan saluran tersier 15,52%. Sehingga pada penilaian indeks kinerja sub komponen bangunan sadap merupakan subkomponen dengan indeks kinerja terendah dengan indeks kinerja 2,0 berada pada kategori Buruk dan saluran Tersier yang berada pada kategori sedang dengan indeks kinerja 2,70.
ANALISIS KINERJA BENDUNG ANTOKAN PADA ASPEK STRUKTUR BANGUNAN DENGAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ozzy Pratiwi; Darwizal Daoed; Nurhamidah Nurhamidah
CIVED Vol 9, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/cived.v9i1.116467

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan indeks kinerja bendung terhadap aspek struktur bangunannya pada Bendung Antokan di Kabupaten Agam berdasarkan kondisi bangunannya. Studi ini mengambil lokasi di Bendung Antokan yang terletak di Desa Siguhung, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Untuk mengetahui bobot komponen bendung dengan menggunakan metode Analtic Hirarchy Process (AHP).  Pembobotan diperoleh dengan membuat kuisioner perbandingan secara berpasangan dari komponen yang ada pada bendung dan membagikan kuisioner kepada para ahli dibidangnya. Pemberian indeks kinerja bendung dibagi menjadi 5 kategori yaitu sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat buruk. Dari hasil dari perhitungan Analytic Hirarchy Process dan penilaian dilapangan diperoleh indeks kinerja bendung 3,43 yang termasuk kedalam kategori baik.
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN LAJU SEDIMENTASI MENGGUNAKAN ArcSWAT Herol Herol; Nurhamidah Nurhamidah; Andriani Andriani
CIVED Vol 9, No 1 (2022): Maret 2022
Publisher : Universitas Negeri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24036/cived.v9i1.115798

Abstract

Pertumbuhan penduduk dari waktu ke waktu semakin meningkat sehingga kebutuhan akan lahan untuk membangun semakin tinggi. Akibatnya perubahan penggunaan lahan tidak dapat dihindarkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan dan laju sedimentasi. DAS Batang Air Dingin bagian hulu dan tengah tahun 2011 dan 2019 menjadi kajian dalam penelitian ini. Pemodelan hidrologi dalam penelitian ini menggunakan model soil and water assessment tool (SWAT). Perubahan penggunaan lahan dari tahun 2011 hingga 2019 didominasi oleh perubahan hutan menjadi semak belukar. Pengaruh perubahan penggunaan lahan tahun 2011 dan 2019 terhadap aliran permukaan relatif kecil yaitu hanya 2%, dengan koefisien aliran permukaan (C) sebesar 0,35 dengan kriteria sedang. Nilai tersebut menunjukkan bahwa DAS Batang Air Dingin cukup baik dalam merespon air hujan sehingga hanya sebagian kecil air hujan yang menjadi limpasan permukaan. Pengaruh perubahan penggunaan lahan tahun 2011 dan 2019 terhadap laju sedimentasi cukup besar dengan nilai perubahan terbesar 300%, dan terjadi peningkatan kriteria dari ringan menjadi sedang.
Tinjauan Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Limpasan Permukaan. Kasus : DAS Batang Arau Padang Nurhamidah Nurhamidah; Ahmad Junaidi; Muhammad Kurniawan
Jurnal Rekayasa Sipil (JRS-Unand) Vol 14, No 2 (2018)
Publisher : Civil Engineering Departement, Andalas University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.282 KB) | DOI: 10.25077/jrs.14.2.131-138.2018

Abstract

Perubahan tata guna lahan dari tutupan  lahan tidak terbangun seperti hutan, sawah dan ladang menjadi tutupan lahan terbangun akan mengakibatkan peningkatan debit banjir. Pengelolaan tata guna lahan di daerah perkotaan sangat diperlukan dalam upaya menekan laju limpasan permukaan. Semakin besar lahan terbangun maka koefisien limpasannya akan semakin besar juga. Koefisien limpasan berbanding lurus dengan laju limpasan permukaan, semakin besar koefisen limpasan maka semakin besar laju limpasan permukaannya. Oleh karena itu banyak sekali hal hal yang harus diperhatikan oleh pemerintahan setempat  dalam mengatasi masalah perubahan alih fungsi lahan di DAS Batang Arau. Tinjauan perubahan dilakukan terhadap perubahan  tata guna lahan yang terjadi di DAS Batang Arau pada tahun 2006 dan pada tahun 2012. Tinjauan ini berdasarkan gambaran dari pantauan citra  satelit kota Padang pada  tahun 2006 dan 2012, serta mengestimasi besarnya luas lahan yang ada di DAS Batang Arau menggunakan analisa spasial Sistem Informasi Geografis (SIG). Estimasi luas dimaksudkan agar dapat menghitung perubahan koefisien limpasan yang terjadi pada tahun 2006 dan  juga 2012. Koefisien limpasan permukaan pada tahun 2006 sebesar 0.39 dan tahun 2012 adalah sebesar 0.41. Hal ini membuktikan bahwa perubahan tata guna lahan yang terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2012 berpengaruh terhadap koefisien limpasan permukaan DAS Batang Arau. Berdasarkan koefisien limpasan, intensitas hujan rencana dan luas DAS Batang Arau didapatkan debit limpasan pada tahun 2006 adalah 327.20 m3/detik dan pada tahun 2012 adalah 339.51 m3/detik. Dapat kita lihat perubahan limpasan permukaan dari tahun 2006 sampai tahun 2012 di DAS Batang Arau adalah 12.31 m3/detik
EVALUASI KEBUTUHAN AIR IRIGASI DENGAN APLIKASI CROPWAT 8.0 DAERAH IRIGASI AMPING PARAK Dasril Dasril; Bambang Istijono; Nurhamidah Nurhamidah
Rang Teknik Journal Vol 4, No 2 (2021): Vol. 4 No. 2 Juni 2021
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (696.832 KB) | DOI: 10.31869/rtj.v4i2.2656

Abstract

The prediction of water requirement is important in planning and managing irrigation system. Based on this case, this study aims to evaluate water requirement of irrigation to obtain the prediction of maximum value of water requirement. The research took place in Irrigation Area of Ampiang Parak at Pesisir Selatan Regency with the area was 2,363 hectares. The descriptive qualitative analysis approach was used to collect the data by using observation, interview and taking of primer and secondary data. The tabulation of data used Cropwat version 8.0 software to analyze water requirement values. The result of this research the calculation of water requirement values using Cropwat version 8.0 software are 4.772 m3/sec in MT 1, 4.770 m3/sec in MT 2, and 5.05 m3/sec in MT 3. The data shows that irrigation area may not have dryness. However, there is some area that is rainfed. Based on observation at Irrigation Area of Amping Parak there are leaking lines, and there are area irrigations that have not connected according to irrigation area of Amping Parak scheme.
Validasi Data Satelit Tropical Rainfall Measurement Missiondengan Menggunakan Pengamatan Curah Hujan Rafika Andari; Nurhamidah
Jurnal Serambi Engineering Vol. 9 No. 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Faculty of Engineering, Universitas Serambi Mekkah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The availability of hydrological data poses a challenge in water infrastructure development. Common issues in this domain often arise due to the lack of comprehensive data availability. Utilizing high-resolution satellite-based rainfall measurements covering extensive areas presents a potential solution. However, variations in the observed rainfall data resolution may impact the accuracy of the data. This study employs Tropical Rainfall Measurement Mission (TRMM) rainfall data and compares it with rainfall data from observation stations to assess the suitability of TRMM as a hydrological data source. Validation analysis is conducted using the Root Mean Squared Error (RMSE), Nash-Sutcliffe Efficiency (NSE), Correlation Coefficient (R), and relative bias (RB) methods. Validation results indicate that corrected TRMM data yields better outcomes compared to uncorrected TRMM data, with lower RMSE, higher NSE, and increased RB values. The most favorable findings occur at the Batu Busuk station, with RMSE = 22.554, NSE = 0.181, R = 0.95, and RB = 0.413. These findings suggest thatcorrected TRMM data can be effectively used as a hydrological data source in water infrastructure development
Evaluasi Keakuratan Data Curah Hujan Satelit TRMM dan GPM terhadap Data Stasiun Hujan di DAS Kuranji Rafika Andari; Nurhamidah Nurhamidah
G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan Vol 8 No 2 (2024): G-Tech, Vol. 8 No. 2 April 2024
Publisher : Universitas Islam Raden Rahmat, Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33379/gtech.v8i2.4118

Abstract

Hydrological analysis require accurate rainfall data, which can be challenging. High-resolution satellite data on rainfall can be a solution. This study examines the accuracy of rainfall data in the Kuranji watershed by comparing it with satellite rainfall data from TRMM and GPM. Uncorrected and corrected data were assessed using validation techniques such as RMSE, NSE, R, and RB. The results show that rainfall can be accurately detected using GPM and TRMM satellite data. With the largest correlation value of 0.962, the GPM IMERG-F data shows superior performance. Therefore, this study recommends that GPM IMERG-F data be used for hydrological studies in the Kuranji watershed, especially in areas that do not have observational rainfall data.
The KOMPARASI DAN EVALUASI PRODUK SATELIT GPM IMERG DALAM MENGESTIMASI CURAH HUJAN DI DAS KURANJI Rafika Andari; Nurhamidah Nurhamidah
Jurnal Teknik SILITEK Vol. 4 No. 02 (2024)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pasifik Morotai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51135/jts.v4i02.150

Abstract

Penelitian ini mengevaluasi akurasi data curah hujan satelit GPM IMERG sebelum dan setelah kalibrasi di DAS Kuranji. Tujuannya adalah untuk menentukan ketepatan data satelit dalam merepresentasikan kondisi curah hujan aktual dan mencari metode untuk meningkatkan akurasinya. Hasil validasi menunjukkan bahwa data GPM IMERG dalam kondisi mentah memiliki korelasi yang moderat dengan data pengamatan di lapangan, namun nilai RMSE yang tinggi dan NSE yang negatif mengindikasikan akurasi yang rendah. Setelah dilakukan kalibrasi menggunakan analisis regresi, korelasi antara data satelit dan data pengamatan meningkat secara signifikan. Meskipun demikian, nilai NSE masih belum optimal, menunjukkan bahwa model satelit belum sepenuhnya mampu mereproduksi pola variabilitas curah hujan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa data GPM IMERG memiliki potensi yang besar dalam analisis hidrologi, namun memerlukan proses kalibrasi yang cermat untuk meningkatkan akurasinya. Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan metode pemanfaatan data satelit untuk mendukung berbagai aplikasi hidrologi, terutama di daerah dengan keterbatasan data pengamatan.
Development of Guo Tourism Village through the Restoration of Ba Atok Bridge as an Effort to Preserve Minangkabau Cultural Wisdom Nurhamidah Nurhamidah; Ahmad Junaidi; Rudy Ferial; Masril Syukur
Warta Pengabdian Andalas Vol 31 No 2 (2024)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jwa.31.2.403-410.2024

Abstract

Bridge infrastructure is critical in connecting one region with other areas separated by rivers or ravines. In Minangkabau, a type of bridge is built using the Ba Atok Bridge roof. This bridge structure is characterised by pointed roof-like buffalo horns, where the Minangkabau people are known as Gonjong. The remaining Ba Atok Bridge is located in Padang City, specifically in Guo Village, Jalan Lubuak Tampuruang, Kuranji Village, Kuranji District, Padang City, with a bridge length of 16 meters. The community needs the Ba Atok Bridge as a bridge to cross the river to gardens, schools, madrasas, mosques, and other villages. Its unique shape has charm, and this is one of the cultural heritage assets that must be maintained as a characteristic bridge between the nuances of traditional Minangkabau culture. Therefore, the Community Service Team of the Faculty of Engineering, Andalas University, is also collaborating with the Tourism Awareness Group (POKDARWIS), which also has the same initiative, namely carrying out bridge restoration with traditional Minangkabau cultural nuances. Restoration begins with identifying damage, discussing it with community groups, making an architectural design, submitting a proposal to Bank Nagari, and repairing the bridge's upper frame. The Ba Atokini bridge restoration activities impact crossing access and have become characteristic of the Guo Tourism Village, which POKDARWIS manages.