This Author published in this journals
All Journal Shautut Tarbiyah
Badarwan Badarwan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Kendari

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Mewujudkan Keadilan Distributif (Distributive Justice) Sebagai Upaya dalam Mengatasi Kemangkiran (Abseenteism) Pegawai Badarwan Badarwan; Syamsuddin Syamsuddin
Shautut Tarbiyah Vol 22, No 2 (2016): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (635.226 KB) | DOI: 10.31332/str.v22i2.488

Abstract

This article was prepared with the aim to assess the steps that can be taken to realize distributive justice as countermeasures for employee absenteeism. Distributive justice in general diandang as perceptions about the fairness perceived by a person based on the ratio of the individual results obtained for his contribution as compared to the ratio of the result of the contributions of others. Employee perceptions is strongly associated with the comparison an employee of the results obtained for the work that has been accomplished with the results obtained other employees who generally had a load and performance are considered equivalent. If the result is obtained after dikomparasikan with others differ primarily considered inferior it will bring the perception of unfair behavior towards leadership. The results of employee perceptions is what can menimbulkann correlations and relationships with other employees work behavior is very important in maintaining the effectiveness and efisiens agencies. One aspect that could be affected is absenteeism. In the sense that if an employee discount perssepsi good against distributive justice better then kemangkirannya level will be low and vice versa pleasan.Key Words: Distributive Justice, Absenteeism
Dokumen Mutu dan Penyelenggaraan Lembaga Pendidikan Ardin Ardin; Badarwan Badarwan
Shautut Tarbiyah Vol 23, No 1 (2017): Pendidikan dan Sosial Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.395 KB) | DOI: 10.31332/str.v23i1.577

Abstract

Abstrak            Pengelolaan lembaga pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan. Lembaga pendidikan yang ingin kompetitif berupaya merumuskan langkah-langkah strategis dalam penataan lembaganya, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Dokumen mutu merupakan bentuk perangkat lunak yang mesti disediakan oleh lembaga sebagai wujud terkelolanya lembaga secara baik dan terorganisir. Tujuannya adalah membangun keyakinan publik, membangun kepercayaan pengguna pendidikan, dan peningkatan layanan lembaga pendidikan. Dokumen mutu yang baik dalam penyelenggaran lembaga pendidikan sejatinya mencakup manual mutu, prosedur mutu, instruksi kerja, dan record kegiatan yang telah dilakukan.Kata Kunci: Dokumen Mutu, Lembaga Pendidikan, ISO
Perilaku Sukarela di Pesantren: Karakter Langka di tengah Pusaran Pragmatisme SDM Lembaga Pendidikan Badarwan Badarwan
Shautut Tarbiyah Vol 24, No 1 (2018): Pendidikan, Ilmu Sosial, dan Keagamaan
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (84.607 KB) | DOI: 10.31332/str.v24i1.921

Abstract

Pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di nusantara memiliki berbagai kearifan yang tetap relevan dalam menjawab persoalan pada lembaga pendidikan. Tumbuhnya berbagai lembaga pendidikan, yang mengusung tema-tema kemajuan, membuat pesantren mendapat stigma sebagai pendidikan masyarakat pinggiran atau disebut juga fenomena desa. Tetapi secara perlahan pesantren dapat beradaptasi dengan perkembangan terkini, dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lain. Bahkan muncul fenomena "arus balik" masyarakat modern yang berlomba menitipkan anak mereka ke pesantren ataupun sekolah sehari penuh. Sisi lain pesantren yang unik dan menarik adalah sikap sukarelawan yang banyak ditunjukkan oleh pengelola pondok maupun lulusan pondok. Hal ini dapat dilihat paling tidak pada dua pesantren di Sulawesi Tenggara, yakni PM Gontor 7 Putera Riyadhatul Mujahidin dan Pondok Pesantren Darul Mukhlisin. PM Gontor 7 yang mengusung tema modernitas yang dipersepsikan  kalangan terntu sebagai pesantren "mahal", tetap menunjukkan jati diri sebagai pesantren yang memiliki tanggungjawab memajukan umat Islam dan mencari ridha Allah. Sikap sederhana ditunjukkan oleh pimpinan pondok dan jajaran guru, dan terutama dalam kajian ini adalah semangat menyerahkan diri untuk mengabdi kepada pesantren, dengan imbalan yang tidak menentu. Hal ini juga diamalkan oleh Pesantren Darul Mukhlisin. Dalam kondisi penuh sahaja, segenap pengasuh pesantren berupaya memberikan kinerja terbaik dalam melayani santri. Sikap dari dua pesantren ini terbangun di atas nilai dasar yang kuat, yaitu nilai teo-sosiologis. Nilai-nilai itu terus direproduksi dari generasi ke generasi, sehingga berdampak sikap empati pada pekerjaan, kinerja terbaik, terlibat penuh, dan menerima keterbukaan.   Kata Kunci: Perilaku Sukarela, Pengelolaan PesantrenPesantren as the oldest educational institution in the archipelago has various wisdom that remains relevant in answering the problems at educational institutions. The growth of various educational institutions, which carries the themes of progress, make pesantren get stigma as suburban society education or also called village phenomenon. But slowly pesantren can adapt to the latest developments, and able to compete with other educational institutions. Even emerging phenomenon of "backflow" modern society who race to entrust their child to boarding school or school all day. The other side of the unique and interesting pesantren is the volunteer attitude shown by the cottage managers and the cottage graduates. This can be seen in at least two pesantren in Southeast Sulawesi, namely PM Gontor 7 Putera Riyadhatul Mujahidin and Pondok Pesantren Darul Mukhlisin. PM Gontor 7, which carries the theme of modernity perceived by terntu as an "expensive" pesantren, still shows identity as a boarding school which has the responsibility of advancing Muslims and seeking Allah's approval. Simple attitude is shown by the leadership of the hut and the ranks of teachers, and especially in this study is the spirit of surrender to serve pesantren, with uncertain rewards. It is also practiced by Darul Mukhlisin Pesantren. In full condition, all pesantren caregivers strive to provide the best performance in serving students. Attitudes of these two pesantrens awakened on a strong foundation value, namely the theo-sociological value. Those values are continuously reproduced from generation to generation, impacting empathy on work, best performance, full engagement, and openness.Keywords: Voluntary behavior, Pesantren Management