Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KOMBINASI ROLL DAN BALL MILL REFINER PADA PROSES CONCHING DALAM PEMBUATAN COKELAT BERBAHAN COCOA BUTTER SUBSTITUTE Hasrul Abdi Hasibuan
Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol. 25 No. 3 (2015): Jurnal Teknologi Industri Pertanian
Publisher : Department of Agroindustrial Technology, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was developed with respect to combination of roll and ball mill refiner on conching processon bench scale (10 kg/batch) with the aim of testing the manufacture of milk chocolate made ofcocoa butter substitute. The combination of these two refiner toolswere don eat the same time to soften the chocolate materials as they were related to the time of processing and quality of product. Performance evaluation of conching machine using a combination of roll and ball mill refiner was compared tothat without the ball mill refiner. The results showed that the combination of roll and ball mill refiner provided better quality with particle sizes meet the standard (<20 µm) and contaminant of iron (Fe) still received. The minimum time for production of chocolate at 10 kg/batch with a combination of roll and ball mill refiner was 60 hr, where as without the ball mill refiner it could be up to 100 hr, giving particle size according to standard. Thus, the combination of roll-ball mill refiner can be use as an alternative tool for the manufacture of chocolate on a bench scale.Keywords: ball mill refiner, cocoa butter substitute, chocolate, conching, roll refiner
PROFIL SENSORI ES KRIM BERBAHAN MINYAK SAWIT DAN MINYAK INTI SAWIT SERTA BERANEKA FLAVOR Hasrul Abdi Hasibuan; Aga Prima Hardika; Annisa Fitri
Jurnal Industri Hasil Perkebunan Vol 16, No 1 (2021): Jurnal Industri Hasil Perkebunan
Publisher : BBSPJI Hasil Perkebunan, Mineral Logam, dan Maritim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33104/jihp.v16i1.6860

Abstract

Umumnya, lemak yang digunakan dalam pembentukan tekstur es krim adalah lemaksusu, kemudian berkembang menggunakan lemak terhidrogenasi. Namun, lemak terhidrogenasikemungkinan mengandung asam lemak trans. Penggunaan minyak bebas lemak trans menjadipilihan seperti minyak sawit dan minyak inti sawit. Minyak sawit berpotensi digunakan dalampembuatan es krim karena berbentuk semi padat dan mengandung asam lemak jenuh dan takjenuh seimbang. Sementara itu, minyak inti sawit mengandung medium-chain triacylglycerol(MCT) terdiri atas asam lemak rantai menengah. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasi eskrim dengan memvariasikan jumlah lemak (8-14%), susu bubuk (10-16%), gula (11,6-17,6%),emulsifier (0,25-0,75%), stabilizer (0,25-0,75%) dan jenis minyak (minyak sawit, minyak inti sawitatau campurannya). Penambahan aroma dan rasa alami dalam pembuatan es krim juga dikajimenggunakan kakao bubuk, cokelat susu, santan kelapa, buah durian, naga dan mangga.Formula es krim memiliki kesukaan tertinggi adalah campuran minyak sawit: minyak inti sawit(50:50) 10%, susu bubuk 16%, gula 11,6%, emulsifier 0,25%, stabilizer 0,75%, vanilla 0,1%, danair 61,3%. Penggunaan aroma dan rasa alami menghasilkan es krim bervariasi rasa dan aromayang disukai oleh panelis.
DETERIORATION OF BLEACHABILITY INDEX PADA CRUDE PALM OIL: BAHAN REVIEW DAN USULAN UNTUK SNI 01-2901-2006 Hasrul Abdi Hasibuan
JURNAL STANDARDISASI Vol 18, No 1 (2016)
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v18i1.694

Abstract

Standar mutu Crude Palm Oil (CPO) dalam SNI 01-2901-2006 adalah kadar asam lemak bebas (ALB), air dan kotoran masing-masing maksimum 5%, 0,25% dan 0,25%. Parameter lain yang dapat menentukan mutu CPO adalah deterioration of bleachability index (DOBI) namun belum ditetapkan dalam SNI CPO. Sementara itu, beberapa industri rafinasi di dalam negeri dan negara pengimpor telah mempersyaratkan DOBI sebagai syarat mutu CPO. Makalah ini meneliti tentang DOBI, hubungan DOBI terhadap parameter mutu CPO dan faktor-faktor yang mempengaruhi DOBI. Data sekunder nilai DOBI CPO diperoleh dari beberapa sumber referensi dari negara penghasil CPO yaitu Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai DOBI pada CPO Indonesia masih relatif rendah (< 2). Kadar air memiliki pengaruh terhadap nilai DOBI. DOBI memiliki korelasi searah dan kuat dengan kadar karoten namun berlawanan dan lemah terhadap ALB. DOBI sangat dipengaruhi oleh kematangan dan waktu pengolahan buah serta tahapan proses pengolahan di pabrik yang disebabkan oleh pemanasan berlebih dan kontaminasi. DOBI penting dalam perdagangan CPO sehingga parameter ini perlu ditetapkan dalam SNI CPO. Berdasarkan hasil penelitian mutu CPO Indonesia dan beberapa standar diusulkan nilai DOBI CPO pada SNI minimum 2,2. Penetapan standar ini dapat mendorong produsen untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan mutu CPO agar berdaya saing tinggi.
KAJIAN KANDUNGAN P, Fe, Cu, DAN Ni PADA MINYAK SAWIT, MINYAK INTI SAWIT DAN MINYAK KELAPA SELAMA PROSES RAFINASI hasrul abdi hasibuan; eka nuryanto
JURNAL STANDARDISASI Vol 13, No 1 (2011): Vol. 13(1) 2011
Publisher : Badan Standardisasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31153/js.v13i1.23

Abstract

Kandungan fosfor (P), besi (Fe), tembaga (Cu), nikel (Ni) telah dikaji pada minyak sawit (Crude Palm Oil, CPO), minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil, CPKO) dan minyak kelapa (Crude Coconut Oil,CCNO) selama proses rafinasi. Dalam penelitian ini, proses rafinasi CPO, CPKO dan CCNO disesuaikan dengan kondisi yang umum dilakukan di industri dengan pemakaian asam fosfat 0,05%, bleaching earth 1% dan suhu deodorisasi 260oC (CPO) dan 240o C (CPKO dan CCNO). Hasil analisis menunjukkan bahwa kadar P, Fe dan Cu terdeteksi pada masing-masing sampel namun Ni tidak terdeteksi. Selama proses rafinasi terjadi penurunan kandungan masingmasing unsur tersebut. Laju penurunan kadar P, Fe dan Cu pada CPO, CPKO dan CCNO selama proses rafinasi masing-masing adalah 95,3%; 99,1%; 37,8% (CPO), 56,8%; 96,6%; 37,3% (CPKO) dan 98,2%; 97,6%; 54,3% (CCNO). Kandungan P, Fe, Cu dari sampel setelah rafinasi masing-masing adalah 0,614; 0,037; 0,032 ppm untuk minyak sawit; 0,562; 0,037; 0,012 ppm untuk minyak inti sawit dan 0,538; 0,026; 0,011 ppm untuk minyak kelapa. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3741-2002), ketiga jenis minyak terafinasi tersebut telah memenuhi standar sebagai minyak goreng.