p-Index From 2020 - 2025
0.444
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JOGED
Sri Hastuti
ISI Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : JOGED

MARHAROAN BOLON: KOREOGRAFI YANG TERINSPIRASI DARI PESTA ADAT MASYARAKAT BATAK SIMALUNGUN Sri Hastuti; Desy Wulan Pita Sari Damanik; Dindin Heryadi
Joged Vol 18, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v17i2.6346

Abstract

RINGKASANMarharoan Bolon diambil dari bahasa Batak Simalungun yaitu Marharoan yang berarti bekerja, kata Bolon adalah besar. Jika diartikan keduanya Marharoan Bolon berarti bekerjasama atau gotong royong. “Marharoan Bolon” merupakan karya tari yang terinspirasi dari pesta Rondang Bittang, yaitu Pesta adat masyarakat Simalungun setelah musim panen untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan panen raya dengan menggunakan berbagai tata cara ritual sebelum pesta dimulai. Pesta Rondang Bittang memiliki nilai kerja sama dan saling gotong royong. Sama seperti halnya makna yang terkandung dalam motif gerak mangunje mangodak, dan nahei kaki yaitu gerak yang menyilangkan tangan dan kaki. Silang memiliki makna persatuan, kerjasama dan saling gotong royong. Karya Marharoan Bolon merupakan koreografi kelompok yang terdiri dari delapan orang penari perempuan, jumlah delapan penari kerena akan tetap genap jika dibagi menjadi dua kelompok. Busana dalam koreografi ini menggunakan bahan Hiou dan pilihan warna lebih pada warna merah, hitam dan putih, ketiganya merupakan warna yang digunakan dalam setiap kegiatan adat Batak. Musik tari diformat MIDI dengan pola-pola hasil pengembangan Gondrang parrahot dan Gondrang Sipitu-pitu Batak Simalungun. Metode penciptaan dalam karya ini menggunakan metode eksplorasi sebagai bagian awal dalam pengembangan kreativitas proses penciptaan, improvisasi untuk menemuan gerak secara kebetulan atau spontan, komposisi untuk melakukan penyusunan gerak gerak yang telah didapat, serta evaluasi mengoreksi secara berkala terhadap proses. Pesan yang ingin disampaikan dalam karya ini adalah sebagai manusia yang hidup di jaman sekarang tetaplah mempertahankan rasa saling membantu dan bekerja sama terhadap orang lain. ABSTRACTMarharoan Bolon is a term of Batak Simalungun’s language, Marharoan means work and Bolon means big. So Marharoan Bolon has a meaning of work together or cooperate. "Marharoan Bolon" is a works of dance inspired by the Rondang Bittang party, the traditional thanks giving party of Simalungun’s indigenous to the god on successed in harvest season, and it requires some kind of rituals before be held. The Rondang Bittang party has the value of mutual cooperation. As well as it is contained in mangunje mangodak and nahei kaki motion motive, the motion of of cross the legs and arms. The cross motion has the meaning of union and cooperation. This meaning was raised to be dance a performance based on Batak Simalungun’s tradition. Marharoan Bolon is the choreography in a group from consists of eight female dancers. It will be still even when divided into two groups. The costume is made by Hiou material in red, black and white, as dominant selected colour. Those three of colour are always used in any Batak Simalungun’s tradition. The music is made by MIDI programe with the development Gondrang parrahot and Gondrang Sipitu-pitu patterns. The method of this creation is using an exploration method as the beginning part creativity development of the creation process, the improvisations for discovering motions spontaneously, and the composition for arranging the discovered. The message motions of this dance performance remind us as human being for preserving the value of mutual cooperate in nowadays era.
RUNGSIT: KOREOGRAFI YANG MENGINTERPRETASI TOKOH KARNA Denta Sepdwiansyah Pinandito; Darmawan Dadijono; Sri Hastuti
Joged Vol 19, No 1 (2022): APRIL 2022
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/joged.v18i1.6972

Abstract

RINGKASAN RUNGSIT merupakan karya tari yang merepresentasikan hati tokoh Karna yang tetap mempunyai ketegaran hati terhadap kekecewaan kepada ibu kandungnya, Dewi Kunti. RUNGSIT berarti penuh liku sebagaimana kisah kehidupan tokoh pewayangan Karna dalam epos Mahabharata. Karna mewakili orang yang terbuang, karena kelahirannya tidak dikehendaki karena membawa aib dari seorang putri kerajaan bernama Dewi Kunti yang harus menjaga marwah kerajaan. Di sisi lain Karna juga bisa mewakili orang-orang yang hidup tanpa kasih sayang seorang ibu kandung, sehingga dalam pengembaraanya Karna belajar dari alam dan belajar dari kehidupan yang ia lalui, hal itu yang membuat keteguhan Karna tidak punya tanding, dia bisa belajar dari alam dan orang-orang yang ia temui semuanya ia anggap menjadi guru. Maka diceritakan Karna mempunyai banyak guru. Karna yang sangat angkuh tetap tak bisa memungkiri bahwa Kunti adalah Ibu yang melahirkannya. Mungkin Karna tampak membenci, namun sisi bathin jiwanya tak dapat memungkiri “rasa cinta” pada ibunya. RUNGSIT diungkapkan menggunakan pola garap koreografi tunggal dengan menggunakan pengambilan gambar video tari dengan teknik one shoot serta black box sebagai tempat pertunjukan, setiap penata memilikimetode yang berbeda-beda dalam membuat karya. Selain itu, setiap penata memiliki ciri maupun ketubuhan yang berbeda, sehingga karya yang diciptakan memiliki ciri khasnya masing-masing.ABSTRACT "Rungsit" means "full of obstacles", and the term is portrayed by a characterin Wayang (puppet) called "Karna" from the Mahabarata story. Karna was the sonof princess Dewi Kunti. As a member of the kingdom, Kunti had to maintain her pride and dignity, and therefore his birth was despised and shunned by society. Onthe other hand, Karna also represents people who live without a mother's care. Throughout his journey, Karna learned a lot from nature and all the people he came across; so it was said that he had hundreds of teachers, and that his tenacity was incomparable. Despite his arrogance, he couldn’t deny the fact that deep down, hetruly loved his mother Kunti. Choreographer wants to portray Karna’s toughness in enduring all the disappointment he felttowards his own mother. “Rungsit” is a solo choreography that is recorded with a One-Shot techniqueand uses Black Box as the stage. Every choreographer has different needs and methods in executing their pieces, hence the different signature styles that made each and every one of them unique and authentic.