Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

KADAR AIR TANAH, IKLIM MIKRO, DAN HASIL TANAMAN KEDELAI DENGAN WAKTU NAUNGAN DAN PEMBERIAN AIR BERBEDASOIL WATER CONTENT, MICROCLIMATE, AND SOYBEAN YIELD WITH DIFFERENCE SHADING AND IRRIGATION LEVEL Haris Syahbuddin; Irsal Las
Agromet Vol. 16 No. 1 & 2 (2002): December 2002
Publisher : PERHIMPI (Indonesian Association of Agricultural Meteorology)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1594.145 KB) | DOI: 10.29244/j.agromet.16.1 & 2.25-36

Abstract

Abstract is available in the full text (pdf format)
KRITERIA AWAL MUSIM TANAM: TINJAUAN PREDIKSI WAKTU TANAM PADI DI INDONESIA Elza Surmaini; Haris Syahbuddin
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 2 (2016): Juni 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n2.2016.p47-56

Abstract

Keragaman curah hujan yang tinggi secara spasial dan temporal akibat variabilitas iklim berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang efektif dan murah untuk menekan risiko terkait keragaman dan iklim ekstrem adalah menyesuaikan waktu tanam. Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan awal musim tanam padi di Indonesia adalah awal musim hujan (MH), yaitu jika jumlah curah hujan > 50 mm dalam tiga dasarian berturut-turut. Kriteria lain yang disarankan para pakar adalah jumlah curah hujan selama beberapa hari berturut-turut, yang tidak diikuti oleh beberapa hari kering berturut-turut dalam periode setelahnya. Namun, jumlah hari hujan dan hari kering berturut-turut bervariasi. Sistem informasi untuk penentuan waktu tanam padi di Indonesia adalah Kalender Tanam (Katam). Katam memberikan informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam pada tingkat kecamatan untuk setiap musim selama satu tahun. Penentuan waktu tanam pada Katam ber-dasarkan kriteria awal MH. Namun, pertumbuhan tanaman tidak hanya ditentukan oleh curah hujan pada waktu tanam, tetapi juga jumlah dan distribusi hujan selama periode tanam. Oleh karena itu, penentuan waktu tanam perlu pula mempertimbangkan distribusi curah hujan selama musim tanam. Kendala penerapan kriteria tersebut adalah belum tersedianya prediksi curah hujan harian 1-2 bulan ke depan yang diinformasikan 1-2 sebelumnya. Namun, dengan menggunakan Global Circulation Model, prediksi curah hujan harian pada musim tanam yang akan datang dapat diberikan tepat waktu.
KRITERIA AWAL MUSIM TANAM: TINJAUAN PREDIKSI WAKTU TANAM PADI DI INDONESIA Elza Surmaini; Haris Syahbuddin
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 35, No 2 (2016): Juni 2016
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v35n2.2016.p47-56

Abstract

Keragaman curah hujan yang tinggi secara spasial dan temporal akibat variabilitas iklim berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman. Salah satu upaya yang efektif dan murah untuk menekan risiko terkait keragaman dan iklim ekstrem adalah menyesuaikan waktu tanam. Kriteria yang umum digunakan untuk menentukan awal musim tanam padi di Indonesia adalah awal musim hujan (MH), yaitu jika jumlah curah hujan > 50 mm dalam tiga dasarian berturut-turut. Kriteria lain yang disarankan para pakar adalah jumlah curah hujan selama beberapa hari berturut-turut, yang tidak diikuti oleh beberapa hari kering berturut-turut dalam periode setelahnya. Namun, jumlah hari hujan dan hari kering berturut-turut bervariasi. Sistem informasi untuk penentuan waktu tanam padi di Indonesia adalah Kalender Tanam (Katam). Katam memberikan informasi estimasi awal waktu tanam, potensi luas tanam, rotasi tanaman, dan intensitas tanam pada tingkat kecamatan untuk setiap musim selama satu tahun. Penentuan waktu tanam pada Katam ber-dasarkan kriteria awal MH. Namun, pertumbuhan tanaman tidak hanya ditentukan oleh curah hujan pada waktu tanam, tetapi juga jumlah dan distribusi hujan selama periode tanam. Oleh karena itu, penentuan waktu tanam perlu pula mempertimbangkan distribusi curah hujan selama musim tanam. Kendala penerapan kriteria tersebut adalah belum tersedianya prediksi curah hujan harian 1-2 bulan ke depan yang diinformasikan 1-2 sebelumnya. Namun, dengan menggunakan Global Circulation Model, prediksi curah hujan harian pada musim tanam yang akan datang dapat diberikan tepat waktu.
ZONA KESESUAIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT BERBASIS KEUNGGULAN KOMPETITIF KOMODITAS Yanti Rina D; Haris Syahbuddin
SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Vol 10, No 1 (2013): SEPTEMBER
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/sepa.v10i1.14116

Abstract

The research was aimed to engineer the agriculture development model in KTM  tidal  swampland  that  based  on  resources  utilization  optimizing  (land,  human,and  material),  agriculture  technology  amelioration  and  farm  zoning  based  on competitive  advantage.   The  research  was  conducted  in  Cahaya  Baru  KTM,  Barito Kuala  Regency,  South  Kalimantan  whose  land  was  tidal  swampland.  Data  were collected  by  interviewing  160  respondents  that  had  been  chosen  by  the  mean  of purposive  random  sampling.   Data  was  analyzed  by  using  competitive  advantage method. Research result showed that on tabukan (down part of surjan), for potential field tipology    with A, B and C overflow type on wet rice field (surjan available)  was afforded by using cropping pattern with new paddies variety. that turn to be more competitive  than  local  paddy  variety  plant.  Whereas,  on  A  and  B  sulfate  acid  tidal swampland  would be more profitable if were afforded with new paddies  variety and C overflow    type was afforded with local paddy  variety. Vegetable plant above guludan (raise bed) on sulfate acid field typology and potential for  A and B  overflow typology were  using cropping pattern of chili (MH)-  tomato (MKI)-tomato (MKII) which most competitive.  Whereas,  for C  type  of  overflow  typology  the  cropping  pattern  of  chili (MH)  –  tomato (MK I) was the most competitive. These competitive  advantage  were visualized on commodities competitive advantage map on 1 : 55.000 scale.