Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Estimasi Koefisien Transfer Oksigen (KLa) Pada Metode Aerasi Fine Bubble Diffuser. Studi Kasus : Pengolahan Air Lindi TPA Manggar Kota Balikpapan Muhammad Ma'arij Harfadli; M. Nur Ibnu Luthfi Saud; Indah Chairun Nikmah
JST (Jurnal Sains Terapan) Vol 5, No 2 (2019): JST (Jurnal Sains Terapan)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Balikpapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32487/jst.v5i2.662

Abstract

Leachate is a liquid from the decomposition of waste material in landfills. Leachate can be dangerous if it flows into the ground, consequently making pollution on soil and groundwater. Due to its harmful to the environment, therefore treatment of the leachate is needed. The increase in dissolved oxygen is one of the aerobic treatment processes needed for leachate. In this study, the method of increasing dissolved oxygen (DO) uses a fine bubble diffuser. According to the problem, the purpose of this study is to determine the effect of using a fine bubble diffuser in leachate water treatment by calculating the amount of DO and the oxygen transfer coefficient (KLa) that occurs. In this study, using variations of diameter nozzle diffuser 1.5 mm, 2 mm and 3 mm. The results from this study are the DO concentration to increase based on aeration time. DO concentration with maximum aeration time of 20 minutes at nozzle diameter 1,5 mm, 2 mm, 3 mm, respectively are 1.4 mg/l; 0.7 mg/l; 0.8 mg/l. The results of KLa at nozzle diameter 1.5 mm, 2 mm, 3 mm sequentially are 0.65 / hour; 0.34 / hour; 0.34 / hour. These results indicate that the KLa value decreased. In conclusion, decreased KLa indicates that the oxygen condition in leachate approaches saturated conditions or in other words that the DO concentration is relatively increased with time during aeration.Keywords: Aeration, Dissolved Oxygen, Fine Bubble Diffuser, Oxygen Transfer CoefficientABSTRAKAir lindi merupakan cairan hasil dekomposisi material sampah yang ada di landfill. Air lindi dapat menjadi berbahaya jika meresap ke dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah. Dikarenakan sifatnya yang berbahaya bagi lingkungan maka diperlukan pengolahan terhadap air lindi tersebut. Peningkatan oksigen terlarut merupakan salah satu proses pengolahan aerobik yang diperlukan bagi air lindi. Pada penelitian ini metode peningkatan oksigen terlarut (DO) menggunakan fine bubble diffuser sehingga tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penggunaan fine bubble diffuser dalam pengolahan air lindi dengan menghitung jumlah DO dan koefisien transfer oksigen (KLa) yang terjadi. Dalam penelitian ini menggunakan variasi lubang/nozzle diffuser yaitu 1,5 mm, 2 mm dan 3 mm untuk mengolah air lindi TPA Manggar Kota Balikpapan. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan konsentrasi DO semakin meningkat berdasarkan waktu aerasi, sementara konsentrasi maksimum DO dengan waktu aerasi 20 menit pada diameter nozzle 1,5 mm adalah 1,4 mg/, diameter nozzle  2 mm adalah 0,7 mg/l dan diameter nozzle 3 mm adalah 0,8 mg/l. Adapun hasil KLa pada 1,5 mm adalah 0,65/jam; 2 mm adalah 0,34/jam; 3 mm 0,34/jam. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KLa mengalami penurunan. KLa yang semakin menurun meindikasikan bahwa kondisi oksigen dalam air lindi mendekati kodisi jenuh atau dengan kata lain bahwa konsentrasi DO relatif meningkat terhadap waktu pada saat aerasi.Kata Kunci : Aerasi, Oksigen Terlarut, Fine Bubble Diffuser, Koefisien Transfer Oksigen
Pengaruh Luas Permukaan Elektroda terhadap Produksi Biolistrik dengan Metode Sediment Microbial Fuel Cells (SMFCs) menggunakan Substrat Lumpur Instalasi Pengolahan Air Lindi Umi Sholikah; Eka Masrifatus Anifah; Muhammad Nur Ibnu Lutfi Saud; Indah Chairun Nikmah
SPECTA Journal of Technology Vol. 6 No. 2 (2022): SPECTA Journal of Technology
Publisher : LPPM ITK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.932 KB) | DOI: 10.35718/specta.v6i2.743

Abstract

Air Lindi merupakan salah satu permasalahan yang timbul di dalam pengolahan sampah. Air lindi tersebut diolah di Instalasi Pengolahan Air Lindi yang menghasilkan lumpur yang mengandung bahan organik tinggi tetapi belum dimanfaatkan dengan baik. Lumpur yang mengandung bahan organik tinggi dapat dimanfaatkan sebagai substrat dalam menghasilkan biolistrik dengan metode Sediment Microbial Fuel Cells (SMFCs). Metode SMFCs memanfaatkan aktivitas mikroorganisme dengan konversi zat organik menjadi biolistrik. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh luas permukaan elektroda dalam menghasilkan biolistrik dimana elektroda tersebut dapat berperan sebagai transfer proton dan elektron. Penelitian ini menggunakan sistem batch reactor yang dioperasikan secara aerob selama 20 hari. Elektroda yang digunakan adalah seng dan karbon dengan variasi luas permukaan 20 cm2 dan 40 cm2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai power density maksimal sebesar 488 mW/m2 pada luas permukaan elektroda 20 cm2. Luas permukaan elektroda yang menghasilkan power density optimal adalah 20 cm2 akibat besaran nilai daya listrik terhadap luas permukaan anoda yang digunakan. Nilai power density optimal pada luas permukaan yang kecil dapat dijadikan sebagai acuan dalam efisiensi penggunaan material.