Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

MOTIVASI PETANI APEL BERALIH DARI BUDIDAYA ANORGANIK KE BUDIDAYA RAMAH LINGKUNGAN DI DESA BULUKERTO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU Ikko Novia; IGN Mudita; Arum Pratiwi
Agrisocionomics: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol 4, No 1 (2020): Mei 2020
Publisher : Faculty of Animal and Agricultural Science, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.671 KB) | DOI: 10.14710/agrisocionomics.v4i1.5399

Abstract

Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri sendiri maupun dari luar yang menyebabkan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi petani apel beralih dari budidaya anorganik ke budidaya ramah lingkungan. Metode penelitian ini adalah kuantitatif yang menggunakan analisis data Korelasi Rank Spearman dengan bantuan program komputer SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan (1) faktor yang paling kuat hubungannya dengan motivasi petani adalah faktor tingkat pendidikan dengan nilai koefisien korelasi 0,467, pendapatan 0,457 dan peran penyuluh 0,536, (2) tingkat motivasi petani masuk dalam kategori sangat tinggi yaitu 40%.Kata kunci: analisis korelasi, motivasi , petani apel, ramah lingkungan, tingkat motivasi
ANALISIS PENDORONG ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI KARANGLO) Seto Sugianto Prabowo Rahardjo; Arum Pratiwi
Jurnal Ilmiah Media Agrosains Vol 1 No 1 (2014): Edisi November
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Politeknik Banjarnegara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (74.549 KB)

Abstract

Regional Irrigation Irrigation Area Karanglo a trend of decreasing quantity and extent of paddy rice crop area or in other words the alleged land conversion, need to be aware that the national food supply of the province of East Java remains unfulfilled, according to the planned targets. To know further on the allegations of land use, study or analysis of these allegations should dilakukan.Salah one location that can be simulated in Irrigation Area is Karanglo Lumajang. Research examined using analysis of a wide range of technical and non-technical aspects. Where from a few aspects will be analyzed in accordance with a separate discussion. Analysis on the Legal Aspects will be brought closer to the Government Regulation no. 20 in 2006 and 82 and 83 of Article XII. Hydrology Aspect Analysis on will be analyzed on a regional water availability and irrigation needs. Analysis on the Agricultural Aspects will be analyzed for changes in the extent of irrigated area from 2001 to 2005. Analysis on the Social Aspects of culture will be brought closer to the results of field data collection through Quitioner. Analysis on the Economic Aspects will be brought closer to the results of field data collection through Quitioner and direct observation. From the legal aspect, the area irihasi Karanglo still not able to switch the function of aspects of hydrology, irrigation area Karanglo not a driver of land use because it has very adequate to discharge the availability of planting pattern of disesuaikan.Dari aspects of agriculture, indicated that the agricultural land, especially paddy fields experienced penurunan.Dari socio-cultural aspects, is a potential cause of land conversion irigasi.Dari economic aspects, the irrigation area Karanglo only indicated that the sugar cane and citrus commodities began to emerge as a result of the sugar factory Karanglo. The dominant factor that could potentially lead to conversion of irrigated land is economic, social and cultural aspects of each continuous with Indonesian law aspects that are not so tegas.Diharapkan with this study, the factors that may indicate the Irrigation land conversion, can be prevented
KAJIAN PENERAPAN JARWO PADA SISTEM MINAPADI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI DAN IKAN NILA Arum Pratiwi; Seto Sugianto P.R.
AGRIEKSTENSIA Vol 18 No 1 (2019): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.421 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v18i1.27

Abstract

Minapadi merupakan salah satu subsistem usahatani padi-ikan di lahan sawah irigasi. Sistem Jajar Legowo (Jarwo) yaitu meningkatkan populasi tanaman dengan cara mengatur jarak tanam dan memanipulasi lokasi dari tanaman yang seolah-olah tanaman padi berada di pinggir (tanaman pinggir). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis seberapa besar pengaruh i sistem tanam jajar legowo dan populasi ikan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi dan ikan nila. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bedali, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor yaitu: Faktor pertama : sistem tanam jajar legowo terdiri dari 4 taraf yaitu: tegel (control), (jajar legowo2 : 1), (jajar Legowo 3 : 1), (Jajar Legowo 4 : 1). Dan faktor kedua kepadatan populasi ikan nila yang digunakan terdiri dari 4 taraf yaitu:(tanpa ikan), (1 ekor bibit ikan/m²), (2ekor bibit ikan/m²), dan (3 ekor bibit ikan/m²). Hasil penelitian menunjukan bahwa sisten tanam jajar legowo 2 : 1 memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman umur 60 HST, panjang malai, berat malai perumpun, berat bulir perpetak, produksi padi ton/ha. Sedangkan sistem jajar legowo 4 : 1 memberikan hasil tertinggi pada parameter jumlah anakan produktif, dan berat 1000 bulir gabah. Dan kepadatan populasi ikan nila 3 ekor/m2 memberikan hasil bobot ikan terbaik, sedangkan kepadatan populasi ikan 2 ekor/m2 memberikan hasil terbaik pada parameter tingkat kelangsungan hidup ikan dan bobot ikan per ekor.
Keefektifan Pupuk Hayati sebagai Upaya Peningkatan Produktivitas Kedelai (Glicyne max) dan Unsur Hara Tanah Arum Pratiwi; Sovia Sega
AGRIEKSTENSIA Vol 17 No 1 (2018): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (560.855 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v17i1.73

Abstract

Kedelai (Glycine Max) merupakan salah satu tanaman komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Fosfor (P) dibutuhkan sebagai nutrisi oleh tanaman. Fosfat dapat mempercepat pembungaan dan pematangan buah, biji atau biji-bijian. Kandungan fosfor dalam tanah sangat rendah karena dibatasi oleh koloid tanah. Tanaman tidak bisa diserap langsung di tanah. Karenanya, pemanfaatan pupuk hayati dapat mengatasi masalah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk hayati terhadap tanaman pertumbuhan dan ketersediaan P di tanah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi pupuk hayati dengan media pembawa dan Bacillus sp. Perhitungan TPC (Total Plate Count), budidaya Glycine hypogeal selama 20 hari, dan pengukuran parameter pertumbuhan tanaman, seperti panjang tanaman, jumlah daun, panjang akar, dan berat kering. Penelitian menunjukkan P2 menghasilkan tertinggi angka rata-rata dan angka rata-rata terendah P5 di setiap parameter. Pupuk hayati bisa meningkatkan ketersediaan P di tanah. Kata kunci: Bacillus sp., Biofetilizer, Kedelai, Phosporus Soybean (Glycine Max.) is one of the commodity crops which has high economic value. Phosphorus (P) is needed as nutrients by crops. Phosphate can accelerate flowering and ripening fruit, seeds or grains. The content of phosphorus in the soil is very low because it is bounded by soil colloids. Crops cannot be absorbed directly P in soil. Therefore, the utilization of biological fertilizer can overcome this problem. This study aimed to determine the effect of biological fertilizer on plant growth and P availability in soil. The method used in this study is the production of biological fertilizers with the carrier media and Bacillus sp. The calculation of TPC (Total Plate Count), cultivation of Glycine Max for 20 days, and measurement of plant growth parameters, such as crops length, leaves number, root length, and dry weight. The result of this research shows P2 produce the highest average number and P5 produce the lowest average number in each parameter. Biofertilizer can increase P availability in soil. Keywords: Bacillus sp., Biofertilizer, Soybean, Phosphorus
Optimalisasi Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum, L) Pada Musim Penghujan Di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu Yustina E.W Lea; Abdul Farid; Arum Pratiwi
AGRIEKSTENSIA Vol 17 No 2 (2018): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.36 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v17i2.90

Abstract

Rendahnya produksi bawang merah pada musim penghujan yang diakibatkan oleh meningkatnya serangan hama dan penyakit karena kondisi tanah yang terlalu lembab menjadi permasalahan utama yang dihadapi petani saat ini. Tujuan dari kajian ini untuk mengetahui jarak tanam yang optimal terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum, L) padamusimpenghujandi Desa Torongrejo. Pelaksanaan kajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT pada taraf 5%. Perlakuan yang diberikan adalah jarak tanam 15x15, 20x20, 25x25 dan 30x30cm dengan parameter tinggi tanaman, jumlah daun, bobot umbi dan persentase serangan hama penyakit. Hasil kajian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah pada musim penghujan dengan jarak paling optimal 20x20 cm.
Peningkatan Mutu Beras Giling Menggunakan Zeolit Pada Berbagai Ketebalan Lapisan Pengeringan Gabah Niken Rani Wandansari; Arum Pratiwi; Dwi Purnomo; Latarus Fangohoy
Rona Teknik Pertanian Vol 15, No 1 (2022): Volume No. 15, No. 1, April 2022
Publisher : Department of Agricultural Engineering, Syiah Kuala University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17969/rtp.v15i1.24818

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas gabah yang dihasilkan pada berbagai kombinasi ketebalan tumpukan gabah dan penambahan jumlah zeolit pada proses pengeringan, serta kualitas beras giling yang dihasilkan berdasarkan persentase kadar air, butir beras kepala dan butir beras patah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimental menggunakan box dryer, sedangkan design penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan tiga kali ulangan pada setiap kombinasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tipis lapisan gabah, maka proses pengeringan menjadi lebih cepat. Demikian pula dengan semakin banyak zeolit yang ditambahkan, maka proses pengeringan membutuhkan waktu yang lebih singkat. Perlakuan lapisan gabah 30 cm dan komposisi zeolit 10% mampu memberikan waktu pengeringan tercepat, yaitu sembilan jam dengan rerata kadar air gabah 13,5%. Ketebalan lapisan gabah dan penambahan zeolit secara signifikan mempengaruhi kualitas fisik beras giling, meliputi persentase kadar air, butir beras kepala, beras patah, beras menir dan butir gabah. Perlakuan ketebalan lapisan gabah 30 cm dengan persentase komposisi zeolit 10% memberikan nilai persentase butir beras kepala tertinggi, yaitu 92,5% dan butir beras patah terendah, yaitu 4,1%. Sebagian besar perlakuan menghasilkan beras dengan kualitas komersial dengan mutu menengah.Improving The Quality Of Milled Rice Using Zeolite At Various Levels Of Paddy Drying Layer Thickness.Abstract. The aim of this study was to determine the quality of the grain produced at various combinations of the paddy pile thickness and the addition of the amount of zeolite in the drying process, as well as the quality of milled rice produced based on the percentage of water content, head rice grains, and broken rice grains. The method used in this research is an experimental method using a box dryer. While the research design used was a factorial randomized block design with three replications for each treatment combination. The results showed that the thinner the layer of paddy, the faster the drying process. Likewise, the more zeolite was added, the drying process took a shorter time. Treatment of 30 cm paddy layer and 10% zeolite composition was able to provide the fastest drying time, which was nine hours with an average grain moisture content of 13.5%. The thickness of the paddy layer and the addition of zeolite significantly affected the physical quality of milled rice, including the percentage of moisture content, head of rice grains, broken rice, groats, and grain. Treatment of the thickness of the 30 cm grain layer with 10 % zeolite composition percentage gave the highest grain percentage value of rice heads, namely 92.5%, and the lowest broken rice grains, namely 4.1%. Most of the treatments produced rice of medium quality commercial quality.