Prima Hariyanto
Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KORESPONDENSI BUNYI BAHASA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Prima Hariyanto
Aksara Vol 31, No 2 (2019): AKSARA, EDISI Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (340.521 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v31i2.340.269-283

Abstract

AbstrakPenelitian ini akan menguraikan korespondensi bunyi dalam bahasa-bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi yang bertujuan untuk membuat gambaran bentuk serta kecenderungan korespondensi bunyi dan membuat deskripsi perbedaan dialektal atau subdialektal pada tataran fonologi kosakata bahasa-bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori korespondensi bunyi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan analisis, terdapat 34 pasangan fonem yang memiliki potensi sebagai korespondensi bunyi dan tiga belas di antaranya dapat dipastikan sebagai bentuk korespondensi bunyi karena muncul berulang. Dari ketiga belas fonem tersebut, terdapat dua belas garis yang menghubungkan tiga belas fonem di dalam peta korespondensi bunyi. Akan tetapi, tidak semua pasangan fonem tersebut memiliki kedekatan dalam hal kesamaan artikulator, daerah artikulasi, ataupun posisi glotis. Beberapa pasangan hanya memiliki perbedaan dalam salah satu faktor, seperti sama artikulator dan daerah artikulasi beda posisi glotis, atau sebaliknya.Kata kunci: korespondensi bunyi, bahasa daerah Sulawesi Tenggara, pasangan fonem AbstractThis study describes sound correspondence in regional languages in the Southeast Sulawesi Province. This research is a dialectology study which aims to describe the shape and tendency of sound correspondence and make a description of dialectal or subdialectal differences at the phonology level of the vocabulary of regional languages in the Southeast Sulawesi Province. This study uses sound correspondence theory. The approach used is quantitative, while the method used is the descriptive method. Based on the analysis, there are 34 phoneme pairs which have the potential as sound correspondence and 13 of which can be ascertained as a form of sound correspondence because it appears repeatedly. Of the thirteen phonemes, there are 12 lines that connect 13 phonemes in the sound correspondence map. However, not all phoneme pairs have closeness in terms of the similarity of articulators, articulation areas, or glottic positions. Some couples only have differences in one factor, such as the articulator and the articulation area of the glottic position, or vice versa.Keywords: sound correspondence, regional languages of Southeast Sulawesi, phoneme pair
PENOKOHAN DALAM KITAB OMONG KOSONG KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA Prima Hariyanto
Sirok Bastra Vol 5, No 2 (2017): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.408 KB) | DOI: 10.37671/sb.v5i2.106

Abstract

Pada umumnya, hal yang menonjol dalam wayang adalah tokoh-tokohnya. Karakter tokoh berkaitan dengan lakon dalam kisah tersebut. Oleh karena itu, jika orang melihat sebuah pertunjukan wayang, sebenarnya yang dilihat adalah pertunjukan lakon.Seiring dengan perkembangan zaman, cerita wayang banyak diadaptasi menjadi prosa, puisi, maupun drama modern. Salah satu karya yang mengambil cerita Ramayana adalah Kitab Omong Kosong karya Seno Gumira Ajidarma. Dalam makalah ini, penulis membahas penokohan dalam Kitab Omong Kosong. Dalam novel ini, pengarang mengubah pola cerita. Tokoh sentral dalam cerita ini bukan lagi Rama dan Sinta, tetapi Maneka dan Satya. Ceritanya bukan lagi kisah cinta Rama dan Sinta, tetapi kisah perjalanan Maneka dan Satya dalam mencari Kitab Omong Kosong ciptaan Hanoman. Tokoh Rama tidak lagi diceritakan sebagai kesatria yang baik, tetapi sebagai raja yang membawa bencana bagi rakyat di muka bumi.
KATA BERINFIKS -ER- DALAM BAHASA INDONESIA Prima Hariyanto
Sirok Bastra Vol 2, No 1 (2014): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (786.707 KB) | DOI: 10.37671/sb.v2i1.36

Abstract

Dalam makalah ini, dibahas kata berinfiks -er- dalam bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis kepustakaan. Korpus data penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan 62 kata berinfiks -er- yang terdiri dari 14 jenis kelompok makna. Selain memaparkan kata berinfiks yang ada, penelitian ini juga mencoba memaparkan metode pendefinisian lema kata berinfiks yang -er- bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.
WACANA RUBRIK INTIMATE DI MAJALAH DIGITAL INTERAKTIF MALE Prima Hariyanto
Sirok Bastra Vol 1, No 2 (2013): Sirok Bastra
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (592.968 KB) | DOI: 10.37671/sb.v1i2.22

Abstract

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, media massa pun berkembang dengan pesat. Kehadiran majalah digital memberi ruang kreasi baru bagi para pekerja media dan ruang informasi serta rekreasi baru bagi konsumennya. Majalah digital interaktif Male muncul sebagai majalah pria dewasa dengan ciri khas sensual. Artikel yang terdapat dalam rubrik Intimate memiliki struktur visual dan wacana yang menarik. Penelitian ini membahas struktur wacana teks rubrik Intimate di majalah digital interaktif Male. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik pengumpulan data menggunakan analisis kepustakaan. Penelitian ini membahas suprastruktur dan makrostruktur yang membangun wacana serta hubungan semantis antarunsur penyusun wacana yang menghasilkan kohesi dalam wacana tersebut.
KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TULISAN GURU SD (INEFFECTIVE SENTENCE IN ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS’ WRITINGS) Prima Hariyanto
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 16, No 1 (2018): Metalingua Edisi Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.092 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v16i1.117

Abstract

Untuk dapat menyampaikan pesan atau berita dengan tepat, diperlukan sarana komunikasi yang efektif. Dalam komunikasi tulis, keberadaan kalimat efektif mutlak diperlukan. Untuk memenuhi tuntutan karier, guru juga disyaratkan menghasilkan tulisan sehingga harus memiliki kemampuan untuk menulis dengan menggunakan kalimat efektif agar tulisannya mudah dipahami dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Makalah ini membahas ketidakefektifan kalimat dalam tulisan guru SD di Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah. Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan persentase kalimat tidak efektif dan menjabarkan penyebab ketidakefektifannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data dianalisis menggunakan metode kualitatif yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif. Teori yang digunakan adalah Alwi (2003), Arifin dan Tasai (1989), serta Mustakim (1994). Berdasarkan analisis, diketahui bahwa 45,17% kalimat yang digunakan merupakan kalimat efektif dan 54,83% kalimat tidak efektif. Berdasarkan sintesis ketiga teori di atas, ditemukan lima belas penyebab ketidakefektifan kalimat dalam data.
KORESPONDENSI BUNYI BAHASA DAERAH DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA Prima Hariyanto
Aksara Vol 31, No 2 (2019): AKSARA, EDISI Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29255/aksara.v31i2.340.269-283

Abstract

AbstrakPenelitian ini akan menguraikan korespondensi bunyi dalam bahasa-bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian dialektologi yang bertujuan untuk membuat gambaran bentuk serta kecenderungan korespondensi bunyi dan membuat deskripsi perbedaan dialektal atau subdialektal pada tataran fonologi kosakata bahasa-bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori korespondensi bunyi. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Berdasarkan analisis, terdapat 34 pasangan fonem yang memiliki potensi sebagai korespondensi bunyi dan tiga belas di antaranya dapat dipastikan sebagai bentuk korespondensi bunyi karena muncul berulang. Dari ketiga belas fonem tersebut, terdapat dua belas garis yang menghubungkan tiga belas fonem di dalam peta korespondensi bunyi. Akan tetapi, tidak semua pasangan fonem tersebut memiliki kedekatan dalam hal kesamaan artikulator, daerah artikulasi, ataupun posisi glotis. Beberapa pasangan hanya memiliki perbedaan dalam salah satu faktor, seperti sama artikulator dan daerah artikulasi beda posisi glotis, atau sebaliknya.Kata kunci: korespondensi bunyi, bahasa daerah Sulawesi Tenggara, pasangan fonem AbstractThis study describes sound correspondence in regional languages in the Southeast Sulawesi Province. This research is a dialectology study which aims to describe the shape and tendency of sound correspondence and make a description of dialectal or subdialectal differences at the phonology level of the vocabulary of regional languages in the Southeast Sulawesi Province. This study uses sound correspondence theory. The approach used is quantitative, while the method used is the descriptive method. Based on the analysis, there are 34 phoneme pairs which have the potential as sound correspondence and 13 of which can be ascertained as a form of sound correspondence because it appears repeatedly. Of the thirteen phonemes, there are 12 lines that connect 13 phonemes in the sound correspondence map. However, not all phoneme pairs have closeness in terms of the similarity of articulators, articulation areas, or glottic positions. Some couples only have differences in one factor, such as the articulator and the articulation area of the glottic position, or vice versa.Keywords: sound correspondence, regional languages of Southeast Sulawesi, phoneme pair