Trisna Kumala Satya Dewi
Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan 2A Surabaya

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Kearifan Lokal “Makanan Tradisional”: Rekonstruksi Naskah Jawa dan Fungsinya dalam Masyarakat Dewi, Trisna Kumala Satya
Manuskripta Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Manuskripta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ms.v1i1.419

Abstract

Makanan  tradisional merupakan fenomena kebudayaan. Kebudayaan pun ikut menentukan makanan dapat dimakan atau tidak sekaligus memberi cap atau mengesahkannya.  Dengan demikian, makanan bukan sekedar untuk mempertahankan hidup, melainkan juga untuk mempertahankan kebudayaan sebuah kolektif.  Dalam hal ini, makanan mempunyai arti simbolik yang berkaitan dengan fungsi sosial dan keagamaan (religi). Dalam masyarakat Jawa, makanan tradisional erat hubungannya dengan upacara ritual masyarakat Jawa yang hingga kini masih dilaksanakan. Hal tersebut nampak dalam beberapa naskah Jawa yang berisi tentang makanan tradisional, yaitu Serat Centhini, Serat Goenandrija, Serat Wilujengan, Jumenengan, Kraman, Mangkunegaraan, dan Primbon Lukmanahakim Adammakna. Naskah-naskah tersebut berisi berbagai macam makanan tradisional serta fungsinya dalam masyakat Jawa. Melalui tulisan ini, akan dipaparkan kearifan lokal berupa warisan budaya, yaitu pemikiran-pemikiran nenek moyang mengenai makanan tradisional yang terekam dalam naskah-naskah tersebut.
AROK DEDES DAN PARARATON: TRANSFORMASI DAN DINAMIKA SASTRA DALAM WACANA GLOBALISASI SASTRA Dewi, Trisna Kumala Satya
ATAVISME Vol 16, No 1 (2013): ATAVISME, Edisi Juni 2013
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24257/atavisme.v16i1.87.119-128

Abstract

Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer (1999) merupakan sebuah potret dinamika sastra sebagai akibat transformasinya dari karya terdahulu, yaitu Pararaton karya sastra Jawa Kuna yang termashur. Novel Arok Dedes, dalam hal relevansinya dengan konteks sejarah pun, merupakan suatu gejala sastra yang dinamis sebab dinamika sastra tidak terlepas dari sejarah. Dalam novel Arok Dedes, lewat kepiawaian dan proses kreatifnya, Pramoedya Ananta Toer berusaha mengungkapkan kembali peristiwa pada abad ke-13 sebagai sebuah sindiran untuk peristiwa masa kini, khususnya pada abad 20-an. Arok Dedes mengisahkan perebutan kekuasaan pertama dalam sejarah bangsa Indonesia, yang konon merupakan pengulangan peristiwa masa lalu. Pramoedya Ananta Toer sebagai pengarang Arok Dedes cukup berhasil dalam mengangkat ?mitos? Dedes dan mengungkapkannya dalam wacana globalisasi. Peran Dedes cukup menonjol dalam percaturan politik, kekuasaan, dan negara sebab Dedeslah penyusun strategi pemindahan kekuasaan dari suaminya (Tunggul Ametung) ke tangan Arok. Mitos tentang Ken Dedes yang memiliki kharisma ?kebesaran? atau ?prabawa? (kewibawaan) yang digali oleh Pramoedya Ananta Toer dari Pararaton ini menjadikan Arok Dedes sebagai karya sastra modern yang patut disimak, khususnya dalam wacana globalisasi sekarang ini. Dedes, sebagai sosok perempuan, berkaitan dengan kekuasaan, politik, dan kenegaraan. Abstract: Pramoedya Ananta Toer?s Arok Dedes (1999) is a portrait of literary dynamics as the result of its transformation from the previous work, namely Pararatonan outstanding literary work of old Java. The novel of Arok Dedes, in its relevance with historical context, means a dynamic literary phenomenon because the literary dynamics cannot be separated from history. In the novel Arok Dedes, through his creative sophistication and process, Pramoedya Ananta Tour attempted to retell the 13th century of the event as a satire on present events, especially in the 20th century. Arok Dedes narrated the struggle for the first power in Indonesian history, which is a repetition of preceding events. Pramoedya Ananta Tour, as the author of Arok Dedes, was successful enough in presenting Dedes? myth and expressing it in globalization discourses. The role of Dedes was noteworthy in the political domain, power, and state because Dedes was the mastermind of power transfer from her husband (Tunggul Ametung) to Arok. The myth of Ken Dedes having prestige or wisdom dug by Pramoedya Ananta Tour from Pararaton makes Arok Dedes a significant modern literary work, particularly in the current globalization discourses. Dedes, as woman figure, was related to power, politics, and state. Key Words: transformation, discourse, globalization
Kritik Sastra Feminisme Sastra Lisan Aceh “Putri Jambul Emas” (Strukturalisme Genetik) Istikhomah, Aulia; Widyawati, Shalma; Dewi, Trisna Kumala Satya
Basastra Vol 13, No 2 (2024): BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v13i2.59628

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan eksistensi cerita rakyat ini kepada masyarakat yang lebih luas, mempertahankan keberadaan cerita Putri Jambul Emas sebagai suatu cerita rakyat dan bagian dari identitas budaya Aceh, serta mengungkap isu-isu feminis yang terdapat dalam kisah Putri Jambul Emas yang relevan dengan latar belakang sosial perempuan Aceh. Cerita rakyat Aceh ini dikaji dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menerapkan teknik simak dan catat dalam proses pengumpulan data. Data dan informasi yang terhimpun dianalisis menggunakan teori strukturalisme genetik untuk menganalisis isu feminisme dalam cerita rakyat tersebut. Pembahasan dalam penelitianini mengarahkan pada tiga sub pembahasan, yaitu struktur internal cerita Putri Jambul Emas, latar belakang sosial perempuan Aceh pada abad ke-17 Masehi, dan genetik teks dalam cerita Putri Jambul Emas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita ini adalah Putri Jambul Emas yang digambarkan sebagai perempuan yang berani, cerdas, dan berjiwa kepemimpinan. Tokoh Putri Jambul Emas merupakan penggambaran Ratu Safiatuddin, tokoh Lila Bangguna adalah penggambaran mengenai undang-undang pemberian rumah untuk anak perempuan yang diusulkan serta ditetapkan pada masa pemerintahan Ratu safiatuddin. Sementara itu, Raja Cina menjadi penggambaran atas intervensi pihak asing dan simbolisasi masyarakat patriarki yang melakukan penolakan kepemimpinan Ratu Safiatuddin karena gender. Penelitian ini penting untuk mengenal salah satu cerita rakyat Aceh dengan latar belakang sosial yang melatarbelakangi penciptaan karya tersebut.
Kritik Sastra Feminisme Sastra Lisan Aceh œPutri Jambul Emas (Strukturalisme Genetik) Istikhomah, Aulia; Widyawati, Shalma; Dewi, Trisna Kumala Satya
BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Vol. 13 No. 2 (2024): BASASTRA: JURNAL KAJIAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Publisher : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/bss.v13i2.59628

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan eksistensi cerita rakyat ini kepada masyarakat yang lebih luas, mempertahankan keberadaan cerita Putri Jambul Emas sebagai suatu cerita rakyat dan bagian dari identitas budaya Aceh, serta mengungkap isu-isu feminis yang terdapat dalam kisah Putri Jambul Emas yang relevan dengan latar belakang sosial perempuan Aceh. Cerita rakyat Aceh ini dikaji dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menerapkan teknik simak dan catat dalam proses pengumpulan data. Data dan informasi yang terhimpun dianalisis menggunakan teori strukturalisme genetik untuk menganalisis isu feminisme dalam cerita rakyat tersebut. Pembahasan dalam penelitianini mengarahkan pada tiga sub pembahasan, yaitu struktur internal cerita Putri Jambul Emas, latar belakang sosial perempuan Aceh pada abad ke-17 Masehi, dan genetik teks dalam cerita Putri Jambul Emas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh utama dalam cerita ini adalah Putri Jambul Emas yang digambarkan sebagai perempuan yang berani, cerdas, dan berjiwa kepemimpinan. Tokoh Putri Jambul Emas merupakan penggambaran Ratu Safiatuddin, tokoh Lila Bangguna adalah penggambaran mengenai undang-undang pemberian rumah untuk anak perempuan yang diusulkan serta ditetapkan pada masa pemerintahan Ratu safiatuddin. Sementara itu, Raja Cina menjadi penggambaran atas intervensi pihak asing dan simbolisasi masyarakat patriarki yang melakukan penolakan kepemimpinan Ratu Safiatuddin karena gender. Penelitian ini penting untuk mengenal salah satu cerita rakyat Aceh dengan latar belakang sosial yang melatarbelakangi penciptaan karya tersebut.