I.B. Dharma Giri
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH NACL DAN MGSO4 TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BATU PADAS BUATAN Ngk. Md. Anom Wiryasa; I.B. Dharma Giri; I Dewa Gede Muliartha
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 10, No. 1 Januari 2006
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.967 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh NaCl dan MgSO4 terhadap kuat tekan dan kuat tarik belah batu padas buatan yang memiliki karakteristik menyerupai batu padas alam khususnya batu padas alam Kelating dan Kerobokan. Dasar pertimbangan penelitian ini adalah upaya mempertahankan arsitektur tradisional Bali dan pemanfaatan pozzolan alam sebagai bahan utama dalam pembuatan batu padas buatan. Penelitian ini menggunakan pozzolan alam, tanah liat, kapur dan semen sebagai bahan dasar. Pemilihan bahan dasar tersebut berkaitan dengan karakteristiknya yang hampir sama dengan batu padas alam Kelating dan Kerobokan. Benda uji dibuat sebanyak 360 buah yang terdiri dari batu padas alam dan batu padas buatan. Benda uji sebanyak 180 buah berbentuk kubus ukuran 8x8x8 cm untuk uji kuat tekan dan 180 buah berbentuk silinder ukuran 7,5x15 cm untuk uji kuat tarik belah. Benda uji dibuka dari cetakannya pada umur 1 hari kemudian dibiarkan mengering selama 2 hari. Pada umur 3 hari benda uji direndam dalam air biasa sampai umur 28 hari. Kemudian pada umur 29 hari benda uji direndam dalam larutan NaCl dan MgSO4 sampai umur 60 hari dan 90 hari. Perendaman benda uji dilakukan secara terpisah antara asli, buatan, dan juga jenisnya untuk diteliti lebih lanjut kandungan kimia yang lepas dan terlarut dalam larutan perendam. Bahan kimia NaCl dan MgSO4 dicampur dengan air biasa sampai mencapai konsentrasi yang telah ditetapkan yaitu 0%, 1%, 2%, dan 3%. Pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah dilakukan pada umur benda uji 28 hari, umur 60 hari setelah perendaman selama 31 hari dan umur 90 hari setelah perendaman selama 61 hari dengan larutan NaCl dan MgSO4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kuat tekan batu padas buatan baik batu padas sejenis Kelating maupun Kerobokan lebih rendah dari batu padas aslinya. Sedangkan kuat tarik belahnya lebih tinggi pada batu padas buatan dibandingkan dengan batu padas aslinya. Penurunan kuat tekan tersebut disebabkan karena tingkat reaktifitas butiran penyusun batu padas buatan yang rendah dan teknis perawatan benda uji pada umur 3 hari sudah direndam dalam air dimana pada saat itu kondisi benda uji masih basah. Perendaman dengan larutan NaCl dan MgSO4 dengan konsentrasi 0%, 1%, 2%, dan 3% selama 61 hari menunjukkan pengaruh yang kecil terhadap kekuatan batu padas. Hal ini dapat disebabkan karena konsentrasi larutan yang rendah, serta NaCl dan MgSO4 bereaksi lambat dengan pasta semen yang dapat berlangsung dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun untuk mencapai keadaan yang membahayakan.
KUAT TARIK BELAH DAN LENTUR BETON DENGAN PENAMBAHAN STYROFOAM (STYROCON) I.B. Dharma Giri; I Ketut Sudarsana; N.L.P. Eka Agustiningsih
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Vol. 12, No. 2 Juli 2008
Publisher : Department of Civil Engineering, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.97 KB)

Abstract

Application of lightweight material as former structure will reduce total weight of a building. Lightweight concrete is one of the lightweight structural former materials. In making of lightweight concrete, one of alternative material that used is styrofoam. Styrofoam generally used as materials that covering electronic things. Styrofoam use in lightweight concrete can be as air voids. The advantages of styrofoam than air void in lightweight concrete are that styrofoam have tensile strength. According to those, the aims of this research were to obtain the influence of adding styrofoam to volume of weight, splitting tension and modulus of rupture. The specimens for splitting test were cylinders with dimension of 150 mm in diameter and 300 mm in height and specimens for modulus of rupture were beam with dimension of 150 x 150 x 600 mm. Seven specimens were used for splitting test and 3 for modulus rupture test for any variation of percentage increased of styrofoam. Concrete was made by weight comparison of 1 : 2 : 3. The amount of cement in 1 m3 concrete mixture was 400 kg. Variation of percentage increased styrofoam were 0%, 10%, 20%, 30%, 40% to volume of mixture. The range diameter granular styrofoam are 3 – 10 mm with volume of weight of 22,89 kg/m3. Slump test is done to fresh concrete, volume of weight measurement, splitting and modulus rupture test were done after 28 days. Result showed that increased of styrofoam increased the slump value. Volume of weight and splitting tension decreased linearly. The adding of 10% granular styrofoam decreased the volume of weight and splitting tension by 81,08 kg/m3 (4,01%) and 0,34 MPa (12,19%), respectively. The change of modulus rupture value at 10% adding of styrofoam was 22,67% and at 20% adding of styrofoam was 29,62% to concrete without adding of Styrofoam. However at 30% adding of Styrofoam, modulus rupture increased by 1,21% to concrete with 20% adding of styrofoam.