Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISIKO KEHAMILAN “4 TERLALU (4-T)” PADA WANITA USIA 10-59 TAHUN (ANALISIS RISKESDAS 2010) H, Puti Sari; Hapsari, Dwi; Dharmayanti, Ika; Kusumawardani, Nunik
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 3 Sep (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.165 KB)

Abstract

Abstrak Tujuan penulisan ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi risiko kehamilan. Desain penelitian cross sectional. Data yang dianalisis merupakan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 yang telah dilaksanakan oleh Badan Litbangkes. Unit analisis adalah ibu atau wanita usia subur (WUS) yang pernah melahirkan minimal 1 anak dalam kurun waktu 5 tahun terakhir sampai dengan saat wawancara. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode logistik regresi untuk mengetahui faktor yang paling dominan. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa variabel yang paling dominan dalam hubungan antara faktor tidak langsung dengan kejadian fisiko kehamilan 4-T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak dan terlalu dekat) adalah variabel tempat tinggal  (desa/kota),  tingkat  pendidikan,  status  ekonomi,  dan  keinginan  hamil.  Ibu  yang  tinggal  di perdesaan berpeluang 1,1 kali berisiko kehamilan 4T, sementara ibu yang berpendidikan rendah (SD ke bawah) berpeluang 1,4 kali untuk mengalami risiko kehamilan. Ibu dari keluarga miskin berpeluang 1,3 kali mengalami risiko kehamilan, sedangkan ibu yang sulit akses ke pelayanan kesehatan berpeluang 1,9 kali berisiko hamil dengan kondisi 4-T, dan ibu yang tidak/belum ingin hamil berpeluang 4,9 kali mengalami risiko kehamilan. Masalah risiko kehamilan lebih mungkin terjadi pada kelompok ibu yang tinggal di perdesaan, dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah, dan kesulitan akses ke fasilitas kesehatan serta belum atau tidak menginginkan kehamilannya. Oleh sebab itu diperlukan pemerataan program jamkesmas agar keluarga tidak mampu dan yang tinggal di perdesaan semakin mudah untuk mendapat  pelayanan  kesehatan.  Selain  itu  memprioritaskan  pembangunan  fasilitas  kesehatan  dan penyediaan tenaga kesehatan di perdesaan, dan juga penyuluhan tentang cara mengatur kehamilan yang sehat.Kata kunci : risiko kehamilan, WUS, 4-TAbstract The purpose of this paper is to identify factors that may indirectly affect the risk of pregnancy. Crosssectional study design. The data is from the Basic Health Research (Riskesdas) in 2010 which has been implemented by the National Health Research, Ministry of Health. The unit of analysis is the mothers or women of childbearing age (WUS) who had delivered at least one child within a period of 5 years up to the time of the interview. The analysis was performed by using logistic regression to determine the most dominant factor. Based on the analysis found the most dominant variable in the relationship between the indirect factors associated with the incidence of pregnancy risk 4-T (too old, too young, too many and too often) is variable residency (rural/urban), level of education, economic status, access to health facility and desire of pregnancy. Mothers who live in rural areas are likely 1.1 times have the chance of pregnancy risk, while mothers with low education (elementary school and below) 1.4 times as likely to experience a pregnancy risk. Then, mothers of poor families having a chance to experience 1.3 times the risk of pregnancy, whereas mothers who have difficult access to health services were likely 1.9 times at risk of pregnancy with 4-T conditions, and women who did not want to get pregnant were likely to experience 4.9 times the risk of pregnancy. Risk of pregnancy problems is more likely to occur in the group of women who live in rural areas, with low levels of education and the economy, and the difficulty of access to health facilities and does not want her pregnancy. Therefore, it requires health insurance or “jamkesmas”in order to provide an equal health services for poor people and those who living in rural areas. In addition to prioritize the provision of health facilities and health workers in rural areas, as well as counseling on how to manage a healthy pregnancy.Keywords : risk of pregnancy, fertility.
Kadar Debu Partikulat (PM2,5) dalam Rumah dan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kayuringin Jaya, Kota Bekasi Tahun 2014 Azhar, Khadijah; Dharmayanti, Ika; Mufida, Ida
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 26, No 1 Mar (2016)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.582 KB)

Abstract

AbstrakInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyebab utama kematian balita di Indonesia danberkaitan erat dengan polusi udara. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kadar debupartikulat (PM2,5) dan hubungannya dengan ISPA pada balita. Survei menggunakan kuesioner terstrukturdilakukan terhadap 106 balita di Kelurahan Kayuringin Bekasi pada bulan Maret hingga Oktober 2014.Data yang dikumpulkan berupa gejala ISPA, pengukuran antropometri, riwayat imunisasi balita, kondisirumah, dan hasil pengamatan terhadap kondisi jalan terdekat. Pengukuran kadar PM2,5 dilakukan diruang keluarga, kamar tidur balita menggunakan alat Haz-Dust EPAM 5000 selama 12 jam. Desainpenelitian adalah potong lintang dan dianalisis secara deskriptif maupun analitik. Hasil yang diperolehsebanyak 69,9% balita dengan gejala ISPA tinggal di rumah berventilasi kurang dan 74,2% balita tinggaldi rumah dengan dapur menyatu dengan ruangan lain. Kadar rata-rata PM2,5 dalam rumah 70 μg/m3.Ada perbedaan bermakna antara kadar rerata PM2,5 dalam rumah di wilayah yang ramai lalu lintasdengan wilayah yang tidak ramai (p=0,02). Kesimpulan yang didapat kadar rerata PM2,5 udara dalamrumah mencapai dua kali lipat dari baku mutu.Kata Kunci : PM2,5, infeksi saluran pernafasan akut, balitaAbstractAcute Respiratory Infection (ARI) is the leading cause of death for children under five years old inIndonesia and have been associated with air pollution. The objective of the study was to identify indoorfine particles (PM2,5) concentration and its relationship with ARI among children under five years. Aquestionnaire-based survey of 106 children was conducted in Kayuringin village, Bekasi city from Marchto October 2014. Data collected were ARI related symptoms, anthropometry, immunization, housing andtraffic density. Assessment of 12-hour PM2,5 level was done using Haz-Dust EPAM 5000 in living roomor children’s room. This research was a cross-sectional study using univariate and bivariate analysis.Most of children had ARI related symptoms during 3 months before study. Most of children with ARI(69,9%) lived in poor ventilated houses. More over, the houses had family room that fully integrated withthe kitchen (74,2%). The indoor average level of PM2,5 was 70 μg/m3 among 46 households. Statistically,there was a significant difference in PM2,5 average level indoor between houses in high and low trafficdensity area (p=0,02). The indoor average level of PM2,5 was two times higher than EPA’s standard level(35 μg/m3).Keywords: PM2,5, ARI, children under five years old
Hubungan Tempat Ibu Bersalin Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Bawah Dua Tahun (Analisis Data Riskesdas 2013) Nainggolan, Olwin; T, Dwi Hapsari; Dharmayanti, Ika
Publikasi Penelitian Terapan dan Kebijakan Vol 9 No 2 (2015): Jurnal Pembangunan Manusia
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sumatera Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia Anwar, Athena; Dharmayanti, Ika
Kesmas Vol. 8, No. 8
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang merupakan penyebab utama kematian pada balita di dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa kematian balita di Indonesia mencapai 15,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor determinan terjadinya pneumonia pada balita di Indonesia. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan menggunakan data Riskesdas 2013. Kriteria sampel adalah balita (0 – 59 bulan) yang menjadi responden Riskesdas 2013. Variabel dependen adalah kejadian pneumonia balita, sedangkan variabel independennya adalah karakteristik individu, lingkungan fisik rumah, perilaku penggunaan bahan bakar, dan kebiasaan merokok. Penetapan kejadian pneumonia berdasarkan hasil wawancara, dengan batasan operasional diagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan dan/atau dengan gejala pneumonia dalam periode 12 bulan terakhir. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 82.666 orang. Hasil menunjukkan bahwa faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian pneumonia balita adalah jenis kelamin balita (OR = 1,10; 95% CI = 1,02 – 1,18), tipe tempat tinggal (OR = 1,15; 95% CI = 1,06 – 1,25), pendidikan ibu (OR = 1,20; 95% CI = 1,11 – 1,30), tingkat ekonomi keluarga/kuintil indeks kepemilikan (OR = 1,19; 95% CI = 1,10 – 1,30), pemisahan dapur dari ruangan lain (OR = 1,19; 95% CI = 1,05 – 1,34), keberadan/ kebiasaan membuka jendela kamar (OR = 1,17; 95% CI = 1,04 – 1,31), dan ventilasi kamar yang cukup (OR = 1,16; 95% CI = 1,04 – 1,30). Disimpulkan bahwa faktor sosial, demografi, ekonomi dan kondisi lingkungan fisik rumah secara bersama-sama berperan terhadap kejadian pneumonia pada balita di Indonesia. Pneumonia is an infectious disease which is a major cause of mortality in children under five years of age in the world. National Basic Health Research 2007 reported that infant mortality in Indonesia has reached 15.5%. The objective of the study was to identify the determinant factors related to Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia Pneumonia among Children Under Five Years of Age in Indonesia Athena Anwar, Ika Dharmayanti the incidence of pneumonia in children under five years of age in Indonesia. The research design was cross sectional, using National Basic Health Research 2013 data. Sample criteria were children under five years of age (0 – 59 months). The dependent variable was the incidence of pneumonia among children under five years of age, while the independent variables were individual characteristics, physical environment of house, types of fuel used, and smoking habit. There were 82,666 samples that fulfilled the study criteria. The result showed that determinant factors contributing to the incidence of pneumonia in children were sex (OR = 1.10; 95% CI = 1.02 – 1.18), residence (urban/rural) (OR = 1.15; 95% CI = 1,06 – 1,25), maternal education (OR = 1.20; 95% CI = 1.11 – 1.30), household poverty index quintile (OR = 1.19; 95% CI = 1.10 – 1.30) , kitchen separation (OR = 1.19; 95% CI = 1.05 – 1.34), window availability in bedroom (OR = 1.17; 95% CI = 1.04 – 1.31), and bedroom ventilation (OR = 1.16; 95% CI = 1.04 – 1.30). This study concluded that social factors, demographic, economic levels and the physical environment of house simultaneously contributed to the incidence of pneumonia in children under five of age.
Asma pada anak Indonesia: Penyebab dan Pencetus Dharmayanti, Ika; Hapsari, Dwi; Azhar, Khadijah
Kesmas Vol. 9, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asma merupakan penyakit kronis yang dapat mengganggu kualitas hidup. Hingga saat ini, jumlah penderita asma semakin meningkat termasuk di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian asma dan pencetus asma pada anak usia 6 - 14 tahun di Indonesia. Metode penelitian adalah desain potong lintang dengan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di 33 provinsi di Indonesia. Variabel bebas adalah karakteristik responden, faktor lingkungan, dan perilaku merokok anak dan orangtua. Hasil analisis menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki, kondisi sosial ekonomi rendah, riwayat asma pada orangtua, anak yang merokok atau pernah merokok, dan orangtua yang merokok atau pernah merokok adalah faktor risiko yang berhubungan secara signifikan dengan tinggi kejadian asma pada anak (nilai p < 0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan secara bermakna (nilai p > 0,05) adalah usia, kepadatan hunian, bahan bakar memasak, penerangan dalam rumah, dan penanganan sampah. Lima pencetus utama asma pada anak adalah udara dingin, flu dan infeksi, kelelahan, debu, dan asap rokok. Oleh karena itu, orangtua harus mendorong anak untuk bergaya hidup sehat agar anak terhindar dari serangan asma. Asthma is a chronic disease that can disrupt quality of life. Up to now, the number of asthma is more increasing including in Indonesia. This study aimed to identify factors related to the incidence and triggers of asthma among 6 - 14 year-old children in Indonesia. Method of study was cross sectional design using 2013 Basic Health Research data in 33 provinces over Indonesia. Independent variables were characteristics of respondents, environmental factors and smoking behavior of children and parents.The analysis result showed that male sex, low socio-economic status, parental asthma record, children and parental smoking were the risk factors significantly related to the increasing prevalence of asthma incidence among children (p value < 0.05). Meanwhile, age, housing density, cooking fuel, home lighting and waste handling were the other variables significantly not related (p value > 0.05). Five potential triggers of asthma in children are cold weather, flu and infections, fatigue, dust and tobacco smoke. Therefore, parents should encourage their children to get a healthy lifestyle in order to prevent them from asthma attack.