Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu reaksi terhadap gula pereduksi terbentuk pada hidrolisis bonggol pisang Sri Rahayu Gusmarwani; M Sri Prasetyo Budi; Wahyudi Budi Sediawan; Muslikhin Hidayat
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.1

Abstract

One of the promising biofuel is bioethanol which can be produced from agricultural waste cellulosic biomass such as banana plant waste. Production of banana rhizome waste in Indonesia is about 107.5 Mton annually. Banana rhizome contains 58.89% cellulose material that can be processed to produce bioethanol through biological and chemical processes. Sulfuric acid can be used in hydrolysis of cellulose material in banana plant waste to produce sugars, and Saccharomyces cereviseae can be used to convert  sugars into  bioethanol. This paper presents the result of studies on effects of solid ratio and time in hydrolysis of banana plant waste to produce sugars at 120 oC. One litre of water and 10 mL of sulfuric acid was mixed with various weight of banana plant waste then heated in an autoclave. The liquid samples were taken at various time and its sugar contents were analyzed by Lane and Eynon Methode. The  solid ratio was varied between 1:6.25, 1:5.88, 1:5.55, 1:5.25, 1:5, 1:4.75, 1:4.54, and 1:4.375 and the time was varied between 0 minute and 90 minutse with 10 minutes interval. The highest yield of glucose of 13.08 g/100 mL was achieved in 80 minutes and 1:5 of solid ratio.Keywords: Bioethanol, banana rhizome, hydrolysisAbstrakBioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang menjanjikan. Sumber energi bioetanol dapat berasal dari limbah pertanian yang jarang dimanfaatkan seperti bonggol pisang. Produksi bonggol pisang di Indonesia mencapai 107,5 Mton per tahun. Selulosa yang terkandung dalam bonggol pisang mencapai 58,89% dapat diubah menjadi etanol melalui proses biologi dan kimia (biokimia). Untuk mengubah selulosa menjadi glukosa (gula) diperlukan proses hidrolisis dengan bantuan asam, misalnya asam sulfat (H2SO4), sedangkan untuk mengubah gula menjadi bioetanol dipergunakan ragi Saccharomyces cereviseae. Dalam makalah ini disampaikan pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu hidrolisis terhadap glukosa yang terambil pada reaksi hidrolisis untuk mengubah selulosa pada bonggol pisang menjadi glukosa yang dilakukan pada suhu 120oC. Satu liter aquades dan 10 mL larutan asam sulfat pekat ditambahkan pada padatan dengan perbandingan (padatan:air) yang bervariasi dari 1:6,25, 1:5,88, 1:5,55, 1:5,25, 1:5, 1:4,75, 1:4,54, dan 1:4,375. Selanjutnya campuran dipanaskan dalam autoclave sampai suhu yang diinginkan tercapai (120 oC) dan dijaga konstan. Sampel diambil sebanyak 6 mL setiap 10 menit sampai waktu 90 menit tercapai. Analisis glukosa yang terbentuk dilakukan dengan metode Lane-Eynon. Hasil glukosa yang paling baik sebesar 13,08 g/100 mL didapatkan pada suhu 1200C dalam waktu 80 menit dengan perbandingan padatan:aquadest 1:5.Kata Kunci: Bioetanol, bonggol pisang, hidrolisis
BIOLOGICAL HAZARD CONTROL BY USED OF MECHANICAL AIR VENTILATION WITH ANTIBACTERIAL FILTER M Sri Prasetyo Budi; Sri Rahayu Gusmarwani; Muhammad Rauf
KURVATEK Vol 7 No 2 (2022): Energy Management and Sustainable Environment
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v7i2.3751

Abstract

Kualitas udara dalam ruangan dengan udara bersih sebagai salah satu faktor dasar dapat diperoleh dengan ventilasi yang memadai. Penggunaan mesin ventilasi yang dilengkapi dengan bio filter akan meningkatkan pengendalian polutan biologis. Mesin ventilasi udara mekanik yang dibuat berukuran 32 cm x 3,25 cm x 60 cm dengan menggunakan exhaust fan bertegangan 220 Volt, frekuensi 50Hz, putaran motor 1250 RPM, volume angin (CFM) speed keluar 450 CFM dengan suhu 25 OC, dilengkapi 2 filter AC cabin mobil dengan cairan bio antibakteri dari filtrat daun sirih hijau dan mesin pengkabut cairan. Berdasarkan hasil uji kualitas kimia dan uji kualitas biologi udara pada mesin ventilasi udara mekanik dengan 2 lapis filter terdapat perbedaan kadar CO2 yang dihasilkan sangat signifikan dan jumlah koloni pada udara keluar dibawah ambang batas 1000 CFU/m3 untuk jamur dan 700 CFU/m3 untuk bakteri.