Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PENGENALAN PERAN TEKNIK KIMIA DALAM APLIKASI KEAMANAN PANGAN (FOOD SAFETY) DI DUSUN PELEM WULUNG BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL Gusmarwani, Sri Rahayu
JURNAL GAUNG INFORMATIKA Vol 9 No 2 (2016): Jurnal Gaung Informatika Vol. 9 No. 2 Juli 2016
Publisher : JURNAL GAUNG INFORMATIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.297 KB)

Abstract

Three pilars of an university activities are Education and Teaching, Research, and  Community Service. Community was as one of university’s stake holder need some  knowledge and technologies that could be applied for their lives. Community service  was done in order for applicating and publicating of science and technology.  Community service was also done for minimizing gap between university and  community. Chemical Engineering, one of Department in Institute Technology and Science  AKPRIND Yogyakarta, take a role play in food safety management, cause one of curriculum in Chemical Engineering was Food Technology. Food Safety in chemical  engineering mean activities or systems that can be reduce, eliminate or protect food  from food hazardous materials.  
PENGARUH TAWAS DAN ARANG AKTIF DALAM PROSES DETOKSIFIKASI-FERMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KADAR ETANOL Gusmarwani, Sri Rahayu
Jurnal Teknologi Vol 7 No 2 (2014): Jurnal Teknologi
Publisher : Jurnal Teknologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bioetanol merupakan salah satu energi terbarukan yang menjanjikan. Bioetanol dapat diproduksi dari bahan lignoselulosa seperti limbah pertanian yang keberadaannya sangat melimpah dan tidak banyak dimanfaatkan. Sangat penting untuk menghidrolisis limbah biomassa sebelum dilakukan fermentasi. Kadar etanol yang didapatkan dari fermentasi hasil hidrolisis biomasa relatif sangat kecil dikarenakan adanya komponen pengotor yang terbentuk selama proses hidrolisis. Untuk mengurangi komponen pengotor ini dapat dilakukan detoksifikasi-fermentasi. Proses detoksifikasi-fermentasi adalah proses fermentasi yang diawali dengan proses detoksifikasi untuk mengurangi komponen pengotor yang menjadi racun bagi mikroba yang digunakan dalam proses fermentasi. Empat langkah utama dalam proses detoksifikasi-fermentasi, yaitu penambahan basa yang diikuti dengan penambahan tawas, penambahan arang aktif, sterilisasi, dan proses fermentasi. Proses detoksifikasi dilakukan di dalam reaktor yang dilengkapi dengan pemanas. Sebanyak 16.65 gram tawas ditambahkan ke dalam 1 liter hidrolisat (sebutan untuk cairan hasil hidrolisis) pada langkah detoksifikasi flokulasi-adsorpsi dan dihasilkan kadar etanol dalam cairan fermentasi sebesar 2.3%. Ini merupakan hasil yang lebih baik dibandingkan kadar etanol yang didapatkan tanpa penambahan tawas yaitu sebesar 2.1%. Arang aktif diberikan sebagai adsorben untuk menjerap bahan pengotor yang menjadi racun dalam cairan hidrolisat. Sebanyak 2,5 gram arang aktif ditambahkan kedalam 150 mL hidrolisat dan dihasilkan kadar etanol sebesar 2,2154%. Penggabungan penambahan tawas dan arang aktif dalam proses detoksifikasi dapat meningkatkan kadar etanol dari 2.1% menjadi 7.38%. Hal ini menjukkan bahwa proses detoksifikasi-fermentasi dapat meningfkatkan kadar etanol secara signifikan. Kata kunci: , , ,
Pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu reaksi terhadap gula pereduksi terbentuk pada hidrolisis bonggol pisang Sri Rahayu Gusmarwani; M Sri Prasetyo Budi; Wahyudi Budi Sediawan; Muslikhin Hidayat
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 3 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.3.1

Abstract

One of the promising biofuel is bioethanol which can be produced from agricultural waste cellulosic biomass such as banana plant waste. Production of banana rhizome waste in Indonesia is about 107.5 Mton annually. Banana rhizome contains 58.89% cellulose material that can be processed to produce bioethanol through biological and chemical processes. Sulfuric acid can be used in hydrolysis of cellulose material in banana plant waste to produce sugars, and Saccharomyces cereviseae can be used to convert  sugars into  bioethanol. This paper presents the result of studies on effects of solid ratio and time in hydrolysis of banana plant waste to produce sugars at 120 oC. One litre of water and 10 mL of sulfuric acid was mixed with various weight of banana plant waste then heated in an autoclave. The liquid samples were taken at various time and its sugar contents were analyzed by Lane and Eynon Methode. The  solid ratio was varied between 1:6.25, 1:5.88, 1:5.55, 1:5.25, 1:5, 1:4.75, 1:4.54, and 1:4.375 and the time was varied between 0 minute and 90 minutse with 10 minutes interval. The highest yield of glucose of 13.08 g/100 mL was achieved in 80 minutes and 1:5 of solid ratio.Keywords: Bioethanol, banana rhizome, hydrolysisAbstrakBioetanol adalah salah satu bentuk energi terbarukan yang menjanjikan. Sumber energi bioetanol dapat berasal dari limbah pertanian yang jarang dimanfaatkan seperti bonggol pisang. Produksi bonggol pisang di Indonesia mencapai 107,5 Mton per tahun. Selulosa yang terkandung dalam bonggol pisang mencapai 58,89% dapat diubah menjadi etanol melalui proses biologi dan kimia (biokimia). Untuk mengubah selulosa menjadi glukosa (gula) diperlukan proses hidrolisis dengan bantuan asam, misalnya asam sulfat (H2SO4), sedangkan untuk mengubah gula menjadi bioetanol dipergunakan ragi Saccharomyces cereviseae. Dalam makalah ini disampaikan pengaruh perbandingan berat padatan dan waktu hidrolisis terhadap glukosa yang terambil pada reaksi hidrolisis untuk mengubah selulosa pada bonggol pisang menjadi glukosa yang dilakukan pada suhu 120oC. Satu liter aquades dan 10 mL larutan asam sulfat pekat ditambahkan pada padatan dengan perbandingan (padatan:air) yang bervariasi dari 1:6,25, 1:5,88, 1:5,55, 1:5,25, 1:5, 1:4,75, 1:4,54, dan 1:4,375. Selanjutnya campuran dipanaskan dalam autoclave sampai suhu yang diinginkan tercapai (120 oC) dan dijaga konstan. Sampel diambil sebanyak 6 mL setiap 10 menit sampai waktu 90 menit tercapai. Analisis glukosa yang terbentuk dilakukan dengan metode Lane-Eynon. Hasil glukosa yang paling baik sebesar 13,08 g/100 mL didapatkan pada suhu 1200C dalam waktu 80 menit dengan perbandingan padatan:aquadest 1:5.Kata Kunci: Bioetanol, bonggol pisang, hidrolisis
PENYULUHAN HASIL UJI SAMPEL AIR SUMUR SESUAI BAKU MUTU DAN PENGELOLAANNYA BAGI WARGA DUSUN SEDAYU 1, DESA SEDAYU, MUNTILAN, MAGELANG Dewi Wahyuningtyas; Sri Rahayu Gusmarwani
DHARMA BAKTI Dharma Bakti-Vol 3 No 2-Oktober 2020
Publisher : LPPM IST AKPRIND Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/dharma.v3i2.3123

Abstract

Water is a vital need for human life. As a country that is rich in minerals, groundwaterin Indonesia often contains high levels of iron (Fe) and manganese (Mn). In water, these twometals are always together. For humans both metals are important, but can also be toxic(poisonous). Their presence in water can be detected laboratorally and can be recognizedorganoleptically. With Fe or Mn concentration of at least 1 mg/L, the water tastes bittersour,smells bad and is brownish yellow in color. In Sedayu 1 Hamlet, Sedayu Village,Muntilan, residents complained about the appearance of brownish water in their wells. Thiswas suspected because of the Fe and Mn metals content which exceed the standard quality.Therefore, water sample testing was carried out in three locations (well water 1, well water2, and pond water) in the area. Some of the parameters tested were hardness, pH, Fe andMn metal content. The test results then were socialized to 30 residents. The value ofhardness, Fe and Mn metals in several locations were still above the permitted qualitystandards. The residents were motivated to be more wary in the water treatment. The simplemethod for processing of water contaminated with metals were by adding activated carbonadsorbents and a heating process before it can consumed directly by residents.
BIOLOGICAL HAZARD CONTROL BY USED OF MECHANICAL AIR VENTILATION WITH ANTIBACTERIAL FILTER M Sri Prasetyo Budi; Sri Rahayu Gusmarwani; Muhammad Rauf
KURVATEK Vol 7 No 2 (2022): Energy Management and Sustainable Environment
Publisher : Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvtk.v7i2.3751

Abstract

Kualitas udara dalam ruangan dengan udara bersih sebagai salah satu faktor dasar dapat diperoleh dengan ventilasi yang memadai. Penggunaan mesin ventilasi yang dilengkapi dengan bio filter akan meningkatkan pengendalian polutan biologis. Mesin ventilasi udara mekanik yang dibuat berukuran 32 cm x 3,25 cm x 60 cm dengan menggunakan exhaust fan bertegangan 220 Volt, frekuensi 50Hz, putaran motor 1250 RPM, volume angin (CFM) speed keluar 450 CFM dengan suhu 25 OC, dilengkapi 2 filter AC cabin mobil dengan cairan bio antibakteri dari filtrat daun sirih hijau dan mesin pengkabut cairan. Berdasarkan hasil uji kualitas kimia dan uji kualitas biologi udara pada mesin ventilasi udara mekanik dengan 2 lapis filter terdapat perbedaan kadar CO2 yang dihasilkan sangat signifikan dan jumlah koloni pada udara keluar dibawah ambang batas 1000 CFU/m3 untuk jamur dan 700 CFU/m3 untuk bakteri.
OPTIMIZATION OF BIOGAS PRODUCTION FROM TOFU WASTEWATER Purwanti, Ani; Muchlis, Muchlis; Arbintarso, Ellyawan Setyo; Rahayu, Suparni Setyowati; Gusmarwani, Sri Rahayu; Pangestu, Muhammad Puri Dwi; Prayogo, Wisnu
Journal of Environmental Engineering and Sustainable Technology Vol 9, No 01 (2022)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jeest.2022.009.01.4

Abstract

The Seyegan tofu industry has increased the output of tofu wastewater, which has not yet been put to good use. Biogas can be created by mixing wastewater from the tofu business with waste from the cow feces industry. In this study, we measure the time of fermentation, the composition variation, and the rate of increase in gas pressure from the biogas generation process. Three versions with three repetitions each were used in this investigation. Three different variations were tested: one with a ratio of 20% cow excrement and 80% wastewater tofu industry, one with a ratio of 35% cow feces and 65% wastewater tofu industry, and one with a ratio of 50% cow feces and 50% wastewater tofu industry. Using a biogas reactor consisting of 120 L plastic drums, the experiment was conducted. Gas pressure (mm) was monitored with a water column and fermentation duration using a digital timer (hours). To ascertain the viscosity variance of each variation composition, a level test was conducted. By using the gravimetric approach, water. According to the study's findings, a 2.5 mm water column containing a mixture of 50% cow feces and 50% wastewater from the tofu business had the maximum gas pressure. The ideal ratio of mixed materials within 7 days has a significant impact on optimal biogas production.
Pelatihan Pembuatan Pestisida Alami Untuk Asosiasi Kelompok Wanita Tani Kecamatan Gabus Pati Jawa Tengah Gusmarwani, Sri Rahayu; Noviana Pratiwi
JNANADHARMA Vol. 2 No. 2 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas AKPRIND Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34151/jafst.v2i2.4633

Abstract

Berdasarkan undang undang nomor 18 tahun 2012 mengenai ketahanan pangan, definisi ketahanan pangan adalah terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif, secara berkelanjtan. Pemenuhan pangan dengan kriteria sebagaimana tercantum dalam UU nomor 18 tahun 2012 salah satunya ditentukan oleh pertanian yang baik. Pertanian yang baik dan aman dapat dicapai salah satunya dengan penggunaan pestisida alami atau nabati yang sangat ramah lingkungan tetapi memiliki kemampuan yang baik. Pelatihan dilakukan selama satu hari di kecamatan Gabus Kabupaten Pati Propinsi Jawa Tengah yang berjarak sekitar 147 KM dari IST AKPRIND Yogyakarta. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota asosiasi kelompok wanita tani dalam membuat dan mengaplikasikan pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan pathogen tanaman khususnya tanaman sayur yang banyak ditanam di sawah, kebun, maupun pekarangan rumah. Pelatihan diikuti oleh 23 anggota asosiasi, nara sumber, dan perwakilan anggota 3GO. Materi yang disampaikan dalam pelatihan ini adalah pembuatan pestisida nabati dari berbagai tanaman yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar, kelemahan dan kelebihan pestisida nabati, proses pembuatan, dan bagaimana mengaplikasikan pestisida nabati di tanaman. Hasil pelatihan ini dapat dilihat dari ketertarikan dan kemampuan peserta dalam mengikuti, membuat, serta mengaplikasikan pestisida nabati.
Pelatihan Pembuatan LIPBALM dari Bahan yang Aman untuk Kesehatan Gusmarwani, Sri Rahayu
Kurvamas Vol 1 No 2 (2025): Jurnal Kemitraan, Kewirausahaan dan Pengabdian Masyarakat
Publisher : LPPMI Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33579/krvms.v1i2.5826

Abstract

Awareness increasing of health and environmental sustainability is the background to the choice of natural lip balm which is certainly healthier and more responsible for users. Hazardous chemicals that used in cosmetic products were still not widely understood by the public, so it was necessary to socialize the use of chemicals that were safe for health as well as how to make them. Natural lip balm was needed for several main reasons, including: safety and health, naturally moisturizing, avoiding the risk of allergies and irritation, environmentally friendly, additional nutrition for the lips, does not contain toxic ingredients. Lip balm training activity was carried out as part of community service activities that are members of the GaGeGo Organic (3GO) community in Pati Regency, Central Java. The benchmark for the success of the activity could be seen from the number of participants who attended, the questions asked, and the activeness of participants during the lecture (explanation) and practice. The questions were grouped into 5, namely: The importance of natural lip balm and its effects on the user's body, lip balm ingredients, equipment, manufacturing methods, and economic calculations for sales. The challenge experienced during the implementation of the service was the duration of the training time was too short so that the explanation was done while practicing.