Herri Susanto
Kelompok Keahlian Energi dan Sistem Pemroses Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Penghematan konsumsi katalis dalam proses hidrolisis tandan kosong sawit untuk produksi furfural Diyah Fadjarwaty; Herri Susanto
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 4, No 3 (2005)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2005.4.3.3

Abstract

One of possible utilizations of abundant agricultural solid waste such as palm oil empty fruit bunches is the conversion furfural via acid hydrolysis and followed by azeotrope distillation. With the aim to reduce the consumption of H2SO4 in the furfural production from oil palm empty fruit bunches, acid hydrolysis was accomplished using the spent acid left as the bottom product of distillation during furfural recovery. The use of spent acid could reduce the need of H2SO4 from 42 at the first cycle to 17 mL/kg at the second cycle, while the need of H2SO4 in the third cycle was 29 mL/kg. Furfural yields in these cycles were up to 16.8, 16.1 and 10.7 g/kg respectively. The use of spent acid at the fourth cycle was not effective anymore. Keywords: Oil Palm Empty Fruit Bunches, Furfural, Acid Hydrolysis AbstrakSalah satu pemanfaatan biomassa limbah padat pertanian dan perkebunan adalah produksi furfural melalui proses hidrolisis dan distilasi azeotrop. Hidrolisis TKS (tandan kosong sawit) dilaksanakan dalam suasana asam yang umumnya dengan H2SO4 sebagai katalis. Pada operasi distilasi pengambilan furfural, H2SO4 bekas hidrolisis tertinggal bersama air sebagai produk bawah. Untuk mengurangi konsumsi H2SO4 dalam hidrolisis, produk bawah distilasi ini terbukti dapat digunakan sebagai cairan hidrolisis berulang sampai 3 kali. Pada hidrolisis dengan cairan segar, kebutuhan H2SO4 (98% teknis) adalah 42 mL/kg bahan baku. Tetapi pada hidrolisis dengan produk bawah ulangan pertama, kebutuhan H2SO4 tambahan untuk menyesuaikan pH cairan pemasak hanya 17 mL/kg TKS kering. Pada hidrolisis dengan produk bawah ulangan kedua, kebutuhan H2SO4 29 mL/kg. Perolehan furfural dari ketiga ulangan hidrolisis berturut-turut adalah 16,8; 16,1 dan 10,7 g/kg. Penggunaan produk bawah distilasi untuk hidrolisis ulangan keempat memberi hasil yang kurang memuaskan.Kata Kunci: TKS, Furfural, Hidrolisis Asam
Pengukuran konstanta henry toluen dan benzen dalam minyak dan air dengan kolom gelembung S Suhartono; Herri Susanto; Dwiwahju Sasongko; Azis Trianto
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 9, No 2 (2010)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2010.9.2.2

Abstract

Determination of Henry’s constant for toluene and benzene in oils and water were carried out in a bubbling bottle with diameter of 3 cm. Air containing toluene vapour or benzene vapour was bubbled through 50 mL absorbing liquid. The gas flow rate was 13.6 mL/min. By measuring the concentration of toluene or benzene in the inlet and outlet gas stream, we were able to calculate their concentrations in absorbing liquid. We found that the value of Henry’s constant of toluene in lubrication oil and palm oil at 30 oC were 155 and 145 respectively (H= CG/CL, with CG in mol/L and CL in mol/L). We also found that the absorption capacities were in the order (from the highest) of: lubrication oil, palm oil, and sunflower oil. Henry’s constant of toluene in water was at about 4 which was much lower than those of oils.Keyword: absorption, Henry’s constant, toluene, benzene, producer gas AbstrakPengukuran konstanta Henry sistem toluen dan benzen dalam minyak dan air dilakukan melalui percobaan absorpsi di dalam sebuah kolom gelembung dengan diameter 3 cm. Minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak pelumas dan air digunakan sebagai absorben. Toluen dan benzen dipilih sebagai tar model. Gas model yang tersusun dari udara dan uap toluen atau benzen digelembungkan ke dalam absorben 50 mL. Absorpsi dilakukan pada suhu 30 dan 60 oC dan laju alir gas model 13,6 mL/min. Analisa dilakukan terhadap konsentrasi aliran gas model sebelum dan sesudah absorpsi. Analisa tersebut dilakukan dengan kromatografi gas Shimadzu GC-8APF. Konstanta Henry dihitung sebagai H=CG/CL dan H=P/CL. Nilai 1/H sistem toluen-minyak pelumas dan toluen-minyak sawit pada suhu 30 oC dan laju alir gas 13,6 mL/min berturut-turut adalah 155 dan 145 (untuk CG dalam mol/L dan CL dalam mol/L). Merujuk pada nilai-nilai konstanta Henry hasil percobaan, minyak pelumas dan minyak sawit merupakan cairan penyerap yang paling cocok untuk toluen dan benzen sebagai representasi tar dalam gas hasil gasifikasi. Urutan besarnya kapasitas absorpsi cairan penyerap terhadap toluen dan benzen adalah sebagai berikut (berturut-turut dari yang besar): minyak pelumas, minyak sawit, minyak bunga matahari dan air. Konstanta Henry toluen dalam air berada pada kisaran 4, yang menunjukkan bahwa kapasitas absorpsi toluen dalam air lebih rendah dibandingkan kapasitas absorpsi toluen dalam minyak.Kata Kunci: absorpsi, konstanta Henry, toluen, benzen, gas produser