Nurul Ilmiyah
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

CARA BERPIKIR SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PERKALIAN Nurul Ilmiyah
Journal of Mathematics Education and Science Vol. 1 No. 1 (2018): Journal of Mathematics Education and Science
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.038 KB) | DOI: 10.32665/james.v1iApril.16

Abstract

Multiplication is one of the important materials taught in elementary school because it is very often found its application in everyday life. In addition, mathematical topics for higher levels still use multiplication operations. In essence the plot is a recurrent sum, but not necessarily the multiplication concept is taught in a way that depends only on repeated summations. Students need to be trained to shift from thinking adding (additive thinking) to multiplicative thinking. Multiplicative Thinking is a prerequisite for being able to solve problems involving fractions, decimal numbers, percent numbers, and comparisons. The purpose of writing this article is to identify and describe the way of thinking elementary school students, especially students in grade 3 and 4 in solving multiplication counting problems. The classification of students into the form of multiplicative or additive ways of thinking seen from the work of students then grouped based on its characteristics. Perkalian merupakan salah satu materi penting yang diajarkan pada jenjang sekolah dasar karena amat sering dijumpai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, topik-topik matematika untuk jenjang ynag lebih tinggi masih menggunakan operasi perkalian. Pada dasarnya perklaian merupakan penjumlahan yang berulang, namun tidak seharusnya konsep perkalian diajarkan dengan cara hanya bergantung pada penjumlahan berulang semata. Siswa perlu dilatih untuk bergeser dari berpikir penjumlahan (additive thinking) ke berpikir perkalian (multiplicative thinking). Multiplicative Thinking adalah prasyarat untuk untuk dapat menyelesaikan permasalahann yang melibatkan pecahan, bilangan desimal, bilangan persen, dan perbandingan. Tujuan penulisan artikel ini adalah mengidentifikasi dan mendeskripsikan cara berpikir siswa sekolah dasar terutama siswa kelas 3 dan 4 dalam menyelesaikan soal operasi hitung perkalian. Adapun pengklasifikasian siswa ke dalam bentuk cara berpikir multiplicative atau additive dilihat dari hasil pekerjaan siswa kemudian dikelompokkan berdasarkan ciri-cirinya.
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO Nurul Ilmiyah; Anisa Fitri
Journal of Mathematics Education and Science Vol. 3 No. 1 (2020): Journal of Mathematics Education and Science
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.838 KB) | DOI: 10.32665/james.v3i1.135

Abstract

This study aims to describe the mathematical problem solving ability of students at the University of Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro. This study is a qualitative study with research subjects of the Nahdlatul Ulama University Mathematics Education Study Program Sunan Giri Bojonegoro odd semester 2019 - 2020, namely semester 1 students of class 2019. Determination of research subjects using purposive sampling. Data collection techniques using written tests and interviews. Data analysis techniques used include data collection, data reduction, data presentation and verification. The validity of the data used in this study uses time triangulation that compares written data and interviews. The results showed that students 'mathematical problem solving abilities were still low, it was seen from the percentage of students' problem solving abilities where students who were unable to solve problems still occupied the highest presentations and students who were able to solve problems very well occupied the lowest percentage. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Univesitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro semester ganjil tahun akademik 2019 – 2020, yaitu mahasiswa semester 1 angkatan 2019. Penentuan subjek penelitian menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi waktu yang membandingkan antara data tertulis dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis mahasiswa masih rendah, hal tersebut terlihat dari presentase kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dimana mahasiswa yang tidak mampu memecahkan masalah masih menduduki presentasi tertinggi dan mahasiswa yang mampu memecahkan masalah dengna sangat baik menduduki presentase paling rendah.
ANALISIS BERPIKIR KRITIS PADA MASA PANDEMI (COVID-19) DITINJAU DARI GENDER Astrid Chandra Sari; Nurul Ilmiyah; Intan Yuli Lestari
Journal of Mathematics Education and Science Vol. 4 No. 2 (2021): Journal of Mathematics Education and Science
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (221.502 KB) | DOI: 10.32665/james.v4i2.246

Abstract

Knowing how to think critically of fellow students in solving math problems on the circle material and knowing how to think critically on male students and students during the pandemic is the goal of this research. This study used the descriptive qualitative method. The research sample consisted of 6 students consisting of 1 male student with high scores, one male student with moderate grades, one male student with low scores and one female student with high scores, one female student with moderate scores, one female student with low scores. They were then followed by interviews to determine the critical thinking skills of each subject. Including (1) Focus, (2) Reason, (3) Inference, (4) Situation, (5) Clarity, and (6) Overview, which can be abbreviated as (FRISCO).  Based this study shows that male students and female students as a whole are included in the category of students with high critical thinking skills because more than 70% of students meet the criteria for high critical thinking skills.  However, male students have higher critical thinking skills than female students. This is evidenced by the fulfillment of all indicators of critical thinking by male students, while female students are only in Clarity, which means that the Overview indicator has not been fulfilled. Abstrak Mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi lingkaran dan mengetahui bagaimana perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan pada masa pandemi merupakan tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sampel penelitian berjumlah 6 peserta didik yang terdiri dari 1 peserta didik laki-laki dengan nilai tinggi, 1 peserta didik laki-laki dengan nilai sedang, 1 peserta didik laki-laki dengan nilai rendah dan 1 peserta didik perempuan dengan nilai tinggi, 1 peserta didik perempuan dengan nilai sedang, 1 peserta didik perempuan dengan nilai rendah. Indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian adalan indikator  (1) Focus, (2) Reason, (3) Inference, (4) Situation, (5) Clarity, and (6) Overview yang biasanya disingkat dengan istilah (FRISCO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik laki-laki dan peserta didik perempuan secara keseluruhan termasuk dalam kategori peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi, karena lebih dari 70% peserta didik memenuhi kriteria kemampuan berpikir kritis tinggi. Namun peserta didik laki-laki memiliki kemampuan berpikir kritis lebih tinggi dibandingkan peserta didik perempuan. Hal itu dibuktikan dengan terpenuhinya semua indikator berpikir kritis oleh peserta didik laki-laki, sedangkan peserta didik perempuan hanya pada Clarity yang artinya indikator Overview belum terpenuhi.