Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Maximizing Religious Capital: Building English Villages Based on Islamic Education around the Campus Muhammad Saifullah; Sofa Muthohar; Sayyidatul Fadlilah
Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam Vol 13, No 2 (2019): Islamic Education and Trancendence
Publisher : FITK UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/nw.2019.13.2.5870

Abstract

Some Islamic groups, especially the traditional Indonesian circles, have a negative view of English. English is considered the language of infidel invaders and the language of hell. This paper aims to describe the development of society in implementing Islamic religious education while eliminating the negative impression of the use of English in Islamic societies to be an important language to be learned as a language of global communication. The research method uses the sociological phenomenological method. The results showed that the Amanah village had six social capital namely human capital, social capital, natural capital, physical capital, and financial capital and religious capital. The development strategy undertaken is to maximize religious capital by establishing religious institutions and carrying out religious activities by being given English language lessons. There are two centers of activity, namely the Baitussalam mosque and the AleC (Amanah Learning Center). Other capital that plays a significant role is social capital that is inclusive and accommodating towards migrants.AbstrakSebagian masyarat Islam terutama kalangan tradisional Indonesia berpandangan negative terhadap bahasa Inggris. Bahsa inggris dianggap sebagai bahasa para penjajah yang kafir dan bahasa neraka. Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan pembangunan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan Agama Islam sekaligus menghilangkan kesan negative penggunaan bahasa Inggris di masyarakat Islam menjadi bahasa penting untuk dipelajari sebagai bahasa komunikasi global. Metode penelitian menggunakan metode fenomenologis sosiologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kampung Amanah memiliki enam modal sosial yaitu human capital, social capital, natural capital, physical capital dan financial capital serta religious capital. Strategi pembangunan yang dilakukan yaitu dengan memaksimalkan modal relgius dengan mendirikan institusi agama dan menjalankan kegiatan-kegiatan agama dengan diberi sisipan pelajaran bahasa Inggris. Pusat kegiatan ada dua yaitu masjid baitussalam dan AleC (Amanah Learning Center). Modal lain yang sangat berperan adalah modal sosial masyarakat yang bersikap inklusif dan akomodatif terhadap para pendatang.  
PENGEMBANGAN POTENSI PESANTREN DALAM MENCETAK SANTRIPRENEUR (Pemberdayaan dan Pendampingan Santripreneur di Pesantren Manahijul Huda Ngagel Dukuhseti Pati) Muhammad Saifullah; Muh. Arif Royyani; Muhammad Shobaruddin
Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan Vol. 15 No. 2 Tahun 2015
Publisher : LP2M of Institute for Research and Community Services - UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.568 KB) | DOI: 10.21580/dms.2015.152.747

Abstract

Pondok Pesantren memiliki peranan penting di masyarakat, khususnya terkait persoalan agama. Saat ini, di tengah perkembangan zaman alumni pondok pesantren dituntut tidak hanya mahir dalam hal keagamaan saja, melainkan juga hal lain salah satunya adalah ekonomi. Pondok Pesantren Manahijul Huda sebagai pondok pesantren yang telah lama eksis di tengah-tengah masyarakat Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati memiliki banyak alumni yang dinantikan kiprahnya di masyarakat. Sebagai upaya untuk memberdayakan para alumnus Pondok Pesantren Manahijul Huda khususnya di bidang ekonomi, maka tim KPD LP2M UIN Walisongo Semarang mendirikan sebuah konveksi penjahitan baju. Di kecamatan Dukuhseti terdapat beberapa lembaga pendidikan yang terdiri dari 3 Madrasah Aliyah, 3 SMK, 6 Madrasah Tsanawiyah, dan 8 Madrasah Ibtidaiyyah, yang memiliki total siswa sekitar 4.000 orang. Selama ini sekolah-sekolah tersebut saat hendak membuat seragam sekolah (Batik, Pramuka, Kaos Olahraga dll) untuk para siswa, selalu pergi jauh ke kecamatan lain, bahkan ada yang ke luar kabupaten Pati. Peluang inilah yang dilihat oleh Tim KPD LP2M UIN Walisongo untuk mendirikan usaha konveksi sebagai upaya untuk memberdayakan alumni sekaligus membantu sekolah-sekolah di kecamatan Dukuhseti dalam menjahitkan seragam para siswanya