Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Sosialisasi Memerangi Berita Hoaks Kepada Siswa SMA Kartika VIII-1 Jakarta Agus Salim; Djudjur Luciana Radjagukguk; Masnah Masnah
Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 4, No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : LPPM Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.249 KB) | DOI: 10.31294/jabdimas.v4i2.10068

Abstract

Banyaknya informasi yang salah tetapi terlihat begitu meyakinkan kebenarnya, hal demikian dapat terjadi karena banyak informasi yang bias sehingga diperlukan nalar kritis kita dalam memilih informasi yang diterima, mana informasi yang sesuai fakta dan mana informasi yang bias. Pengabdian kepada masyarakat dilakukan di SMA VIII- 1 Kartika dengan tujuan memberikan pemahaman dalam menyeleksi informasi yang diterima para remaja dan upaya menimbulkan nalar kritis terhadap berita-berita yang dibaca oleh para remaja, Pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan metode diskusi dengan pemberian materi lalu para siswa melakukan tanya jawab setelah itu diakhiri dengan menganalisa berita-berita yang tersebar di internet dan memilah dari berita tersebut mana yang berita hoaks dan mana yang termasuk dalam berita benar. Sehingga hasil dari pengabdian kepada masyarakat ini memberikan wawasan dan pegetahuan baru kepada para remaja dalam mengindentifikasi informasi yang beredar di internet serta membangkitkan daya berfikir kritis para remaja terhadap berita yang diterima di branda-beranda media sosial mereka.
Pola Strategi Komunikasi Orang Tua Terhadap Anak Pada Era Digitalisasi (Studi: Warga Malinjo Pasar Minggu Jakarta Selatan) Djudjur Luciana Radjagukguk
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : CV. Ridwan Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.735 KB) | DOI: 10.36418/syntax-literate.v5i3.973

Abstract

Pengawasan kepada anak begitu penting diwujudkan karena perkembangan informasi pada era digitalisasi, di samping itu anak mampu memilah informasi yang sesuai dengan tahap perkembangannya. Dalam proses pendidikan era digital peranan orang tua harus mengetahui cara-cara kemampuan anak untuk menyikapi serta memandang dirinya secara positif dalam menggunakan perangkat digital secara benar. Oleh karena itu, keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama serta utama untuk anak. Karena kedua orang tua yang pertama dikenal serta menerima pendidikan awal dari lingkungan rumah. Bimbingan, perhatian, serta kasih sayang yang terjalin antara kedua orang tua bersama anak-anaknya, adalah basis yang mujarab bagi tumbuh kembang psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memaparkan pola strategi komunikasi orang tua terhadap anak pada era digitailsasi. Metode yang digunakan berupa observasi dan wawancara mendalam terhadap remaja dan oarngtua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan era digital yang semakin berkembang berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak akan berdampak negatif dalam pendidikan sosial serta efek buruk yang ditimbulkan dari perkembangan digitalisasi. Orang tua juga tidak boleh menutup rapat perkembangan era digital bagi anak dikarenakan dibalik perkembangan era digital tersebut ada banyak hal positif yang dapat diraih. Pada titik inilah peran orang tua dalam mendidik anak dalam era digital sangat dibutuhkan guna memilih baik hal positif ataupun negatif dari perkembangan teknologi disamping kendala terberat bagi orang tua yaitu menciptakan “suasana keluarga” yang dekat dengan cara sering mengobrol, bermain dan mendengar curhatan anak-anak. Serta harus ada komitmen antar anggota keluarga dalam penggunaan gadget di era digitalisasi. Kata kunci : Pola Strategi Komunikasi, Era Digitalisasi.
Implementasi Pola Komunikasi Antar Pribadi Pada Remaja Djudjur Luciana Radjagukguk
EKSPRESI DAN PERSEPSI : JURNAL ILMU KOMUNIKASI Vol 1, No 1 (2018): Juli
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.631 KB) | DOI: 10.33822/jep.v1i01.443

Abstract

Berkomunikasi secara terbuka dan luwes pada diri remaja dengan   seseorang akan sangat terbantu dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang dialami. Komunikasi bagian terpenting dalam kehidupan, sebagai mahkluk sosial tentu saja semua manusia yang ada di muka dunia ini akan besosialisasi melalui  komunikasi.  Dengan komunikasi seseorang akan sangat terbantu dalam menyelesaikan persoalan-persoalannya. Banyak kasus, komunikasi lebih didominasi dalam bentuk  verbal (kata-kata) dibanding dengan non verbal (simbolik).  Beberapa penelitian di Amerika, menegaskan bahwa  waktu manusia di luar waktu tidur 70% digunakan untuk berkata-kata. Artinya,  bilaseseorang  mampu membangun kata-kata yang baik, orang itu  telah menggunakan 70% waktunya untuk membangun sebuah kebaikan. Sebaliknya bila 70% itu digunakan untuk hal-hal yang jelek jelas orang itu  sedang membuat kubangan bagi  kegagalannya sendiri. Ketakutan dan kecemasan berkomunikasi menjadikan  batu sandungan yang besar dalam diri  seorang remaja. Sehingga, dapat menghilangkan kepercayaan diri. Kecemasan berkomunikasi amat mempengaruhi kredebilitas anak remaja. Pada kehidupan sehari-hari komunikasi antarpribadi merupakan suatu proses komunikasi (penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan)  adalahhal yang paling efektif  dapat  dilakukan secara sederhana. Tujuan penelitian ingin mengetahui dan mengdeskripsikan implemtasikan pola komunikasi antarpribadi pada anak remaja.  Metode yang digunakan melalui observasi dan wawancara mendalam kepada Ketua Karang Taruna dan Remaja RW 04 Kelurahan Sukmajaya Depok. Hal ini sangat diharapkan remaja memiliki  kemampuan dalam berkomunikasi dalam menuangkan ide dan gagasannya, terlebih jika dilihat remaja adalah  generasi penerus, sehingga mereka patut diberikan cara berkomunkasi antarpribadi secara baik. Hasil yang  terlihat pada  remaja Karang Taruna  dan Remaja RW 04 Kelurahan Sukmajaya Depok para remaja  mampu diajak untuk mengevaluasi diri dari setiap tindakan baik secara kelompok maupun individu.
The Pelatihan Public Speaking Berbasis Storytelling Sebagai Bagian Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Di SD BPI Bandung Yayu Sriwartini; Djudjur Luciana Radjagukguk
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.482 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1148

Abstract

Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tengah gencar melakukan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Dalam mewujudkan tujuan literasi di tingkat sekolah dasar (SD), perlu ada metode sederhana dalam mendorong siswa menceritakan kembali apa yang dialaminya. Namun tidak semua siswa SD memiliki keberanian bercerita di kelas. Perasaan malu, minder, takut dan tidak percaya diri menjadi alasannya. Kondisi itu pun terjadi pada siswa/i SD BPI Bandung. Oleh karena itu diperlukan pelatihan public speaking dasar yang sederhana, dan salah satu bentuknya adalah self-storytelling. Sasaran dari kegiatan ini adalah siswa-siswi kelas V SD BPI, Jl. Halimun No. 40, Lengkong Bandung, Jawa Barat. Pada saat pelatihan siswa yang hadir berjumlah 27 orang. Adapun metode pelatihan yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab, praktek dengan cara bercerita serta diskusi dan diakhiri dengan validasi. Hasil kegiatan menunjukkan meski masih terdapat kekurangan, tetapi terlihat ada perubahan pada pengelolaan komunikasi verbal dan non-verbal yang diperlihatkan para siswa yang mendapat kesempatan untuk mempraktekkan penyampaian cerita pribadinya di depan kelas. Selain itu para siswa yang menjadi pendengar pun dapat mengidentifikasi nilai-nilai positif dalam kehidupan sebagai bagian dari pengetahuan baru. Kesimpulannya adalah bahwa pelatihan public speaking berbasis self-storytelling ini cukup berhasil menstimuli para siswa untuk berpikir dan berpendapat.