Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PEMANFAATAN KULIT KAYU MANGIUM DARI LIMBAH INDUSTRI PULP UNTUK MEDIA PRODUKSI Ganoderma lucidum Suprapti, Sihati; Djarwanto, Djarwanto; Pasaribu, Ridwan Ahmad
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 3 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.3.263 – 276

Abstract

Media pertumbuhan Canoderma luciduvl dibuat dari serbuk kulit kayu mangium dengan perlakuan diekstrak dan tidak diekstrak taninnya, serbuk gergaji kayu sengon, dan campuran keduanya ditambah dengan dedak 10%, menir jagung SY.>, kapur 2%, gips O,S% dan air bersih secukupnya. Media yang telah steril diinokulasi bibit jamur dalam media serbuk gergaji kayu mangium dan atau sengon. Efisiensi konversi biologi (EB) dihitung berdasarkan bobor jamur dibagi bobot media kering dan dinyatakan dalam persen. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan miselium pada media kultivasi hampir sama yaitu 99,8% (bibit dari kayu mangium) dan 99,7% (bibit dari kayu sengon). Laju pertumbuhan miseliurn pada media kulit kayu yang diekstrak taninnya cenderung lebih cepat (3,85% per hari) dibandingkan dengan laju pertumbuhannya pada media kulit kayu yang tidak diekstrak taninnya (2,94-3,03% per hari). Pemanenan jamur dilakukan apabila tubuh buah telah masak petik yaitu pada umur 62 hari (HHB-322 dan HHB-328) dan pada umur 64 hari untuk HHB-333. Bobot jamur dan nilai EB tertinggi dijumpai pada media F (media yang menggunakan air hangat dan serbuk kayu sengon) yang diinokulasi G. lucidum HHB-328, yaitu 78,72 gram dengan nilai EB 16,79%. Sedangkan bobot dan nilai EB terendah dijumpai pada media kulit kayu mangium yang diekstrak taninnya (mediaD).
KETAHANAN LIMA JENIS KAYU ASAL LENGKONG SUKABUMI TERHADAP BEBERAPA JAMUR PELAPUK Suprapti, Sihati; Djarwanto, Djarwanto; Hudiansyah, Hudiansyah
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 3 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.3.259-270

Abstract

Lima jenis kayu kurang dikenal yaitu ki lubang (Calophyllum grandiflorum JJS), ki kuya (Ficus vasculosa Wall. Ex Miq.), ki bulu (Gironniera subaequalis Planch), ki hantap (Sterculia oblongata R.Br.) dan ki bancet (Turpinia sphaerocarpa Hassk.), diuji ketahanannya terhadap jamur menggunakan metode Kolle-flash. Contoh uji setiap kayu diambil dari bagian tepi dan dalam dolok dari dua tegakan pohon berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu ki lubang, ki bancet dan ki bulu termasuk kelompok kayu agak- tahan (kelas III), sedangkan kayu ki hantap dan ki kuya termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat contoh yang diambil dari tegakan pohon I lebih rendah dibandingkan dengan pohon II, walaupun keduanya termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Sedangkan kehilangan berat kayu bagian dalam umumnya lebih rendah dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok, yang termasuk dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada ke dua bagian tepi dan tengah dolok pohon contoh I dan II kayu ki hantap dan ki kuya yang diuji dengan Pycnoporus sanguineus HHBI-324 yaitu > 40%.
PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAYU MANGIUM UNTUK MEDIA PERTUMBUHAN CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA DAN BIBIT Acacia mangium Willd Suprapti, Sihati; Santoso, Erdy; Djarwanto, Djarwanto; Turjaman, Maman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 30, No 2 (2012):
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2012.30.2.114-123

Abstract

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit kayu mangium yang disterilkan dantidak disterilkan ditambah aktivator kemudian dikomposkan selama 30 hari. Kompos kulit kayumangium tersebut digunakan sebagai media tanam cendawan mikoriza dan bibitAcacia mangium. Tingkat degradasi kompos dievaluasi berdasarkan perubahan kandungan karbon organik, nitrogen total, kadar hara, dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasilnya menunjukkan bahwa penambahan aktivator pada proses pengomposan kulit kayu mangium menurunkan nisbah C/N masing-masing menjadi 21,90 (disterilkan) dan 25,30 (tidak disterilkan). Penambahan aktivator tersebut dapat meningkatkan unsur hara N 0,82-1,09%, P 0,22-0,36%, dan K 0,36-1,12%, dan meningkatkan nilai KTK 31,3-32,7 me/100 g. Kolonisasi mikoriza pada media tanam kompos kulit kayu mangium, menunjukkan bahwa kompos tersebut dapat digunakan sebagai media tumbuh sekaligus media pembawa cendawan mikoriza. Persentase koloni yang tinggi (45%) dijumpai pada media kulit kayu mangium yang disterilkan, ditambah aktivator yang diinokulasiGlomussp. Pertumbuhan bibitA. mangiumpada media kulit kayu mangium yang disterilkan dan ditambah aktivator cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditanam pada media yang tidak disterilkan. Pertumbuhan bibit tertinggi dijumpai pada media tanam yang diinokulasiGigasporasp., sedangkan pertumbuhan diameter batang paling besar terjadi pada media yang diinokulasiGlomussp.
DEKOMPOSISI DAUN DAN RANTING MANGIUM DAN EKALIPTUS OLEH DELAPAN ISOLAT FUNGI PELAPUK Djarwanto, Djarwanto; Suprapti, Sihati; Pasaribu, Ridwan Achmad
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.303-313

Abstract

Studi dekomposisi daun dan ranting mangium (Acacia mangium) dan ekaliptus (Eucalyptus sp.) yang disterilkan, menggunakan delapan isolat fungi pelapuk yaitu HHBI-204 (Schizophyllum commune), HHBI-302, HHBI-341, HHBI-346-350, dan diinkubasikan selama 30 hari secara laboratoris. Tingkat degradasi contoh uji dievaluasi berdasarkan perubahan kandungan karbon organik, nitrogen total, kadar unsur hara, dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasilnya menunjukkan bahwa inokulasi fungi berpengaruh terhadap kandungan kimia contoh uji tersebut. Nisbah C/N berkisar antara 24,3-33,4 (untuk mangium) dan 19,5-27,6 (untuk ekaliptus). Nisbah C/N yang rendah dijumpai pada mangium yang diinokulasi HHBI-341, HHBI-346 dan HHBI-350 yaitu masing-masing 25,9; 25,0 dan 24,3; dan pada ekaliptus yang diinokulasi HHBI-302, HHBI-341, HHBI-346 dan HHBI-350 berturutturut yaitu 20,1; 19,8; 19,5 dan 20,9. Pada mangium, kandungan unsur hara berkisar antara: N 0,52-0,86%; P 0,32-0,38% dan K 0,16- 0,21%. Pada ekaliptus, kandungan unsurnya berkisar antara: N 0,66-0,94%; P 0,32-0,38% dan kadar K 0,2-0,30%. Nilai KTK contoh uji masing-masing adalah 23,48 - 28,71 me/100 g (mangium) dan 25,73 - 29,11 me/100 g (ekaliptus).
PEMBUATAN BIOETANOL DARI EMPULUR SAGU (Metroxylon spp.) DENGAN MENGGUNAKAN ENZIM Komarayati, Sri; Winarni, Ina; Djarwanto, Djarwanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3057.044 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.1.20-32

Abstract

Sagu (Metroxylonspp.) merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol. Penelitian pembuatan etanol berbahan dasar sagu dilaksanakan dengan menggunakan dua jenis enzim yaitu amilase dan glukoamilase dan bahan baku berupa pati, empulur dan serat pada skala laboratorium dan skala usaha kecil. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan jenis enzim efektif dalam produksi etanol dari pati (tepung), empulur dan serat sagu. Metode penelitian terdiri dari proses liquifikasi dengan penambahan enzim alpha amilase, sakarifikasi diikuti penambahan enzim glukoamilase, fermentasi pada suhu 28 - 30C, pH 5-5,5 berlangsung selama 3 hari dan distilasi pada suhu 78 - 80C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada skala laboratorium penggunaan enzim alpha amilase 0,18 mL dan enzim glukoamilase 0,15 mL, ragi 0,48 g menghasilkan kadar etanol paling tinggi yaitu 65,55% untuk pati sagu. Kadar etanol yang paling tinggi diperoleh dari kombinasi enzim alpha amilase 0,13 mL dan glukoamilase 0,11 mL, ragi 0,33 g yaitu sebesar 44,84% untuk empulur dan kombinasi enzim alpha amilase 0,13 mL dan glukoamilase 0,11 mL, ragi 0,33 g sebesar 8,26% untuk serat. Hasil penelitian pada skala usaha kecil menunjukkan persentase perolehan etanol dari pati, empulur dan serat sagu berturut-turut 24,00%; 11,00% dan 4,00% dengan kadar etanol masing-masing 91,00%, 71,00% dan 2,68% dan dengan rendemen masing- masing 6,00%; 2,75% dan 0,25%.
SIFAT PENGKARATAN BESI PADA SEBELAS JENIS KAYU Djarwanto, Djarwanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 3 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1852.114 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.3.255-262

Abstract

Sebelas jenis kayu yang berasal dari Cianjur Selatan, Sukabumi, Jawa Barat dan Probolinggo, Jawa Timur di uji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam menggunakan metode jam-pot. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dolok. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan logam terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Tingkat pengkaratannya ditunjukkan dengan besarnya kehilangan berat sekrup yang bervariasi. Sifat korosif logam yang besar umumnya terjadi pada kayu ki hiur (Castanopsis acuminatissima A.DC.). Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu ki hiur yang berasal dari bagian dalam yaitu 6,89%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah terjadi pada bagian dalam kayu huru mentek (Lindera polyantha Boerl.).
STUDI PEMANFAATAN TIGA JENIS FUNGI PADA PELAPUKAN DAUN DAN RANTING MANGIUM DI TEMPAT TERBUKA Djarwanto, Djarwanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 27, No 4 (2009): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2009.27.4.314-322

Abstract

Studi dekomposisi daun dan ranting mangium (Acacia mangium) dari limbah tebangan, menggunakan tiga isolat fungi pelapuk yaitu Schizophyllum commune HHBI-204, Marasmius sp. HHBI-346 dan Pycnoporus sp. HHBI-348, dan diinkubasikan selama 30 hari di tempat terbuka, di Bogor. Tingkat dekomposisi contoh uji dievaluasi berdasarkan perubahan kandungan karbon organik, nitrogen total, kadar unsur hara, dan kapasitas tukar kation (KTK). Hasilnya menunjukkan bahwa inokulasi fungi berpengaruh terhadap kandungan kimia daun dan ranting mangium. Nisbah C/N contoh uji berkisar antara 33,1-36,4. Kandungan unsur hara makro tersebut yaitu N 0,75 - 0,86%, P 0,26 - 0,35%, K 0,21 - 0,25%. Sedangkan nilai KTK berkisar antara 21,46 - 26,12 me/100g. Pada umur inkubasi 30 hari, peran fungi pelapuk sebagai aktivator dekomposisi daun dan ranting mangium belum cukup nampak.
UJI PELAPUKAN PADA LIMA JENIS KAYU YANG DIPASANG SEKRUP LOGAM Suprapti, Sihati; Djarwanto, Djarwanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 33, No 4 (2015): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2015.33.4.365-376

Abstract

Lima jenis kayu yaitu kayu ki hiur (Castanopsis acuminatissima), huru pedes (Cinnamomum iners), huru koja (Litsea angulata), ki kanteh (Ficus nervosa), dan kelapa ciung (Horsfieldia glabra), diuji ketahanannya terhadap jamur pelapuk menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap jenis kayu diambil dari bagian tepi dan dalam dolok, dan sebagian dipasangi sekrup logam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis kayu yang disekrup dan tidak disekrup termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kedua bagian kayu termasuk kelompok yang sama yaitu tidak-tahan (kelas IV). Rata-rata kehilangan berat kayu yang disekrup lebih tinggi dibandingkan dengan kayu yang tidak disekrup (kontrol), dan keduanya termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian dalam kayu huru pedes yang tidak disekrup dan diumpankan pada Pycnoporus sanguineus. Sedangkan kehilangan berat terendah dijumpai pada bagian dalam kayu huru pedes yang disekrup dan diumpankan pada Dacryopinax spathularia. Berdasarkan kerusakan logam, kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu huru pedes. Kehilangan berat sekrup yang dipasang pada kayu bagian dalam lebih rendah dibandingkan dengan bagian tepi  dolok.
SIFAT PENGKARATAN LIMA JENIS KAYU YANG DISIMPAN DI TEMPAT TERBUKA TERHADAP BESI Djarwanto, Djarwanto
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 29, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2444.907 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2011.29.2.104-114

Abstract

Lima jenis kayu yang berasal dari Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya yaitu Litsea roxburghii Hassk. (tangkalak), Erythrina fusca Lour. (cangkring), Melaleuca cajuputi Powell (kayu putih), Zanthoxylum rhetsa D.C. (ki tanah) and Sterculia cordata (Blume) BL. (huru leueur) di uji sifat pengkaratannya terhadap sekrup logam di tempat terbuka. Contoh uji diambil dari bagian tepi (A), tengah (B), dan dalam (C) dolok. Sifat pengkaratan ditunjukkan dari besarnya kehilangan berat sekrup. Hasilnya menunjukkan bahwa pengkaratan besi terjadi pada semua jenis kayu yang diuji. Pelunturan warna karat sekrup telah terjadi pada umur 2 minggu setelah pemasangan. Tingkat pengkaratan ditunjukkan oleh variasi besarnya kehilangan berat sekrup. Sifat korosif logam yang besar umumnya terjadi pada kayu putih. Kehilangan berat sekrup tertinggi didapatkan pada kayu putih yang berasal dari pohon P-II bagian tepi (A) yaitu 5,96%. Sedangkan kehilangan berat sekrup terendah terjadi pada kayu huru leueur dari pohon P-II bagian tepi (A) yaitu 0.04%.
PERTUMBUHAN DAN NILAI GIZI Ganoderma lucidum MEDIA LIMBAH MANGIUM PADA Djarwanto, Djarwanto; Suprapti, Sihati
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 28, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1919.937 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2010.28.1.9-17

Abstract

Media pertumbuhan Ganoderma lucidum masing-masing dibuat dari serbuk kayu atau kulit kayu mangium. Kedalam serbuk kayu atau kulit kayu dan campuran keduanya, ditambahkan dedak, menir jagung, kapur, gips masing-masing 10%, 5%, 2%, 0,5% dan air suling secukupnya. Efisiensi konversi biologi (EB) dihitung berdasarkan berat jamur yang dihasilkan dibagi bobot media kering, dinyatakan dalam persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan miselium jamur pada media bibit serbuk gergaji kayu lebih lambat dibandingkan dengan pada media bibit serbuk kulit kayu mangium, namun kualitas bibit yang dihasilkan dalam media serbuk gergaji lebih baik. Pertumbuhan miselium pada media bibit dan pada media kultivasi telah merata pada umur 4 minggu setelah inokulasi. Tubuh buah jamur sudah dapat dipanen pada umur 64 hari setelah inokulasi. Produksi jamur G. lucidum HHBI-322, HHBI-328 dan HHBI-337 umumnya rendah yaitu 18,68 g-40,86 g dengan nilai EB 9,77%-17,09%. Nilai gizi jamur terutama kadar protein dan lemak masing-masing berkisar antara 9,71%-13,65% dan 1,82%-4,50%. Polisakarida yang terdapat pada G. lucidum terutama glukan berkisar antara 6,95%-9,29%.