Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

KAJIAN GEOMORFOLOGI, BAHAYA DAN RISIKO BANJIR, SERTA APLIKASINYA UNTUK EVALUASI TATA RUANG KOTA SINTANG Muhammad Pramulya; Komarsa Gandasasmita; Boedi Tjahjono
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (572.681 KB) | DOI: 10.29244/jitl.13.2.63-71

Abstract

Kota Sintang di Kalimantan Barat dikenal sebagai kota yang sering tergenang banjir pada musim penghujan. Kota ini tumbuh tepat pada pertemuan dua sungai besar, yaitu Kapuas dan Melawi, atau secara geomorfologi tumbuh di dataran banjir yang luas/dataran aluvial kedua sungai. Bencana banjir pernah terjadi pada tahun 1963, menggenangi sebagian besar pemukiman, menelan banyak korban, dan kerusakan. Meskipun akhir-akhir ini banjir tidak begitu besar, namun banjir besar seperti masa lalu dapat terulang kembali di waktu mendatang. Untuk mengurangi bencana seperti ini, maka diperlukan kajian tentang banjir dan program penanggulangan bencana. Tujuan penelitian ini adalah (1) melakukan analisis dan pemetaan bahaya dan risiko banjir dan (2) evaluasi tata ruang (RDTR) Kota Sintang berdasarkan pada bahaya banjir. Pendekatan geomorfologis digunakan untuk menganalisis bahaya banjir melalui kajian morfogenesis dan morfologi bentuk lahan serta sejarah banjir. Untuk menilai risiko digunakan data bahaya banjir dan kerentanan penggunaan lahan. Scoring terhadap parameter geomorfologi dan penggunaan lahan dibuat dan dikombinasikan dengan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 95% wilayah Kota Sintang dibentuk dari bentuk lahan asal proses fluvial dan menurut penilaian bahaya banjir, 0.8% dari wilayah Kota Sintang terklasifikasi ke dalam bahaya sangat rendah, 57.2% rendah, 31.5% sedang, dan 10.5% tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir separuh wilayah kota terancam banjir pada tingkat sedang hingga tinggi. Berdasarkan hasil analisis bahaya banjir tersebut dikaitkan dengan kerentanan penggunaan lahan, didapatkan bahwa 0.9% dari wilayah kota memiliki risiko banjir sangat rendah, 70.1% rendah, 22.5% sedang, dan 6.5% tinggi. Dua kelas terakhir, menurut persebarannya, mencakup seluruh area terbangun, seperti perumahan, perkantoran, dan kawasan komersial. Keadaan ini menandakan bahwa hampir sepertiga dari area terbangun Kota Sintang terancam oleh banjir baik pada tingkat bahaya sedang maupun tinggi. Hasil evaluasi RDTR menunjukkan bahwa hampir separuh dari alokasi ruang terbangun (44.4%) mempunyai risiko sedang dan hanya sebagian kecil (4.10%) mempunyai risiko tinggi. Dengan demikian upaya penanggulangan bencana harus menjadi prioritas utama oleh Pemerintah untuk menurunkan tingkat risiko.
FLUKS CO2 DI LAHAN KELAPA SAWIT DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR LINGKUNGAN PADA SIANG HARI Muhti Dewi Prihutami; Evi Gusmayanti; Muhammad Pramulya
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.908 KB)

Abstract

Perkembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut yang semakin besar menimbulkan isu negatif sebagai penyumbang terbesar emisi CO2. Tingginya emisi CO2 di lahan kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya umur tanaman dan waktu pengukuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur fluks CO2 dari lahan kelapa sawit fase menghasilkan (TM 5 dan TM 6) pada siang hari dan hubungannya dengan faktor lingkungan. Penelitian berlokasi di perkebunan kelapa sawit PT. Sintang Raya, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat. Pengukuran fluks dilakukan empat minggu, dengan waktu pengukuran siang hari pada pukul 06.00, 10.00, 14.00, 18.00. Pada awal penelitian dilakukan pengukuran kedalaman gambut dan pengambilan sampel tanah kedalaman 0-30 cm untuk dianalisis bahan organik, porositas, bobot isi tanah, kadar abu, pH tanah, dan Eh tanah. Bersamaan dengan pengukuran fluks CO2, dilakukan juga pengukuran suhu tanah, muka air tanah, dan pengambilan sampel tanah kedalaman 0-5 cm yang digunakan untuk mengukur kadar air gravimetrik, pH tanah, dan Eh tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fluks CO2 di lahan kelapa sawit umur TM 5 berbeda tidak nyata dengan fluks pada lahan TM 6. Hal ini berkaitan dengan karakteristik gambut dan lingkungan yang berbeda tidak nyata di kedua lahan tersebut. Selain itu, fluks CO2 tidak dipengaruhi secara nyata oleh waktu pengukuran, tetapi dipengaruhi oleh Eh tanah dan suhu tanah.
KERAGAAN KEBUN DAN KARAKTERISTIK PETANI PINANG DI KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT Henny Sulistyowati; Agus Ruliyansyah; Muhammad Pramulya
Agros Journal of Agriculture Science Vol 25, No 1 (2023): edisi JANUARI
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v25i1.2425

Abstract

Biji pinang merupakan bahan baku penting dalam bidang industri dan farmasi. Saat ini pinang sudah menjadi salah satu komoditas ekspor dari sub sektor perkebunan, sehingga merupakan alternatif yang sangat sesuai untuk diversifikasi komoditas perkebunan di Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang sudah mulai mengembangkan tanaman pinang, akan tetapi produksinya masih tergolong rendah. Keterbatasan akses terhadap informasi tentang teknologi, pasar, maupun informasi penting lainnya menjadi penghambat kemajuan petani, oleh karena itu diperlukan banyak upaya untuk membantu petani pinang dalam menghadapi permasalahannya. Upaya yang perlu dilakukan saat ini adalah pengadaan basis data kebun agar pemerintah dapat membuat kebijakan dan tindakan yang ditujukan untuk memberdayakan kebun pinang di Kabupaten Kubu Raya, dan meningkatkan kesejahteraan petaninya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang keragaan kebun dan karakteristik petani pinang di Kabupaten Kubu Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua petani pinang (86,7%) di lokasi penelitian menanam pinang secara polikultur, dan belum menjalankan usahataninya sesuai dengan “good agricultural pratice” sehingga produktivitas pinang yang diusahakan masih tergolong rendah secara kuantitas maupun kualitas. Pemasaran biji pinang kering juga belum efisien. Peran pemerintah dan lembaga terkait diperlukan untuk memberikan pelatihan, bimbingan, pendampingan, dan informasi pasar pada petani pinang di Kabupaten Kubu Raya.
Kesenjangan Rantai Pasok Kelapa Sawit di Lanskap Ketungau Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat Supriyanto Supriyanto; Agus Ruliyansyah; Muhammad Pramulya; Nur Arifin; Henny Sulistyowati
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v11i1.53361

Abstract

Oil palm supply chain gaps in the Ketungau landscape of Sintang district, West Kalimantan province. The development of oil palm plantations in Sintang Regency has been rapid in the last decade. Sintang Regency has declared to implement sustainable oil palm plantations while still considering environmental sustainability aspects. Management of the oil palm trading system to be effective and efficient is the main indicator of sustainable oil palm plantations. Gap analysis in the trading system is an important effort as a basis for making various policies. The Gap Analysis of Oil Palm Supply Chain in the Ketungau Landscape, Sintang Regency, West Kalimantan Province is aimed to identify the gaps that occur between levels of oil palm trading actors in the Ketungau Landscape, Sintang Regency. The analysis is carried out using a comparison method between the current reality and the perspectives expected by the stakeholders. The results of the analysis show that in the palm oil supply chain in the Ketungau Landscape, gaps still occur at every level of the supply chain. The gap between independent oil palm smallholders and the government is the lack of assistance programs and capacity building for smallholders and improving the quality of infrastructure. The gap between the government and companies is that the government's supervision of palm oil business actors is still not maximal. The gap between independent smallholders and companies is that there is still no understanding between the two parties, especially regarding the quality criteria for FFB. The results of this study indicate that independent oil palm farmers in the Ketungau Landscape still require policy intervention from the government and oil palm companies.
PEMETAAN KERENTANAN KEBAKARAN LAHAN DI KABUPATEN KUBU RAYA KALIMANTAN BARAT Agus Ruliyansyah; Muhammad Pramulya
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v11i1.53362

Abstract

Kebakaran lahan adalah masalah lingkungan yang menimbulkan banyak kerugian di bidang kesehatan, ekonomi dan lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah membuat peta kerentanan kebakaran di Kabupaten Kubu Raya. Metode yang digunakan sesuai Perka No. 2 BNPB Tahun 2012. Parameter penyusun bahaya kebakaran hutan dan lahan terdiri dari parameter jenis penutupan, iklim, dan jenis tanah. Setiap parameter diidentifikasi untuk mendapatkan kelas Parameter dan dinilai berdasarkan tingkat pengaruh/kepentingan masing-masing kelas menggunakan metode skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 kecamatan di Kabupaten Kubu Raya yang memiliki kerentanan kebakaran yang luas yaitu: Kecamatan Batu Ampar, Kubu, Sungai Raya dan Sungai Ambawang. Namun jika kerentanan kebakaran dipersentasekan per luasan masing-masing kecamatan, maka Kecamatan Rasau Jaya yang memiliki porsi yang paling tinggi yaitu 81%, diikuti oleh Kecamatan Sungai Ambawang, Sungai Kakap, dan Kubu.
FLUKS CO2 MALAM HARI PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT Ahmad Subuh; Evi Gusmayanti; Muhammad Pramulya
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v9i1.37719

Abstract

The use of peat land for the development of oil palm plantations is considered to have a negative impact on the environment based on the release of CO2 emissions. Some of the results of the study show that emissions measurements using a closed hood method with a measurement duration of 2-4 minutes that takes place during the day. The aim of this study was to measure CO2 flux at night on oil palm plantation areas of 9 years and 10 years in peatlands and to analyze the relationship of CO2 flux at night in oil palm plantations on peat with Temperature Soil, Groundwater Face, Water Content Gravimetric, Soil pH, and Eh Soil. Location this research was carried out on the oil palm plantation area of PT. Sintang Raya. The location of the research plot is located in the village of Olak-olak Kubu, Kubu District, Kubu Raya Regency, West Kalimantan in July 2018 until October 2018. Measurements were made using vaisala with CO2 sensors namely InfraRed Gas Analyzer (vaisala) and conducted for ≤4 minutes per plot. This measurement is carried out in the afternoon until the morning and is repeated every 4 hours at 18.00, 22.00, 02.00 and 06.00. The measurement of CO2 flux is done once a week starting from August to September. The results showed that nighttime CO2 flux in oil palm plants on peatland was between 0.27 g CO2 m-2 hours-1 to 0.34 g CO2 m-2 hours-1 or equivalent to 26.86 tons CO2 ha-1 year-1 to 29.74 tons CO2 ha-1 year-1. Differences in levels of organic matterand ash content between peatlands in TM 6 and TM 7 did not cause significant differences in CO2 flux values between the two locations. Variation in the time of measurement of real estate at night, but does not affect real changes in flux values. This is related to the level of organic matter, ash content, and also the temperature associated with CO2 flux, including other factors that also determine the amount of nighttime CO2 flux on peatland.Keywords: CO2 Flux, Measurement Time, Plant Age.
Pengaruh Dosis Sludge dan Pupuk MKP Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Lobak Pada Tanah Gambut Seli Seli; Basuni Basuni; Muhammad Pramulya
Perkebunan dan Lahan Tropika Vol 11, No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/plt.v11i1.53360

Abstract

Effect of Sludge and MKP Fertilizer Doses on Radish Plant Growth and Yield on Peatsoils. The development of the horseraean plant in peat land is faced with the number of obstacles in low, low ph, inlet, high c-organics with varying degrees of maturity and low - base base soils that are causing the growth and development of plants to be stunted, That would make a sludge delivery out of MKP fertilizer. The study is aimed at seeing the effect that doses of sludge given and MKP fertilizers have on the growth and growth of turnip plants in the peat soil. The research was conducted on KEP’S Agroland at Jl. Sui Raya Dalam, Pontianak City from March 12th to April 31th  2021. The study uses field experimental methods with comprehensive design prosecutions consisting of 2 treatment factors. The first factor is the sludge with the levels of treatment and the second factor is MKP fertilizer. Each factor is repeated 3 times, each denteronomy consisting of 4 plant samples, making the total number of plants 108. The first factor is the dose of sludge and the second is the dose of MKP fertilizer which has three levels of treatment each. Every treatment is repeated three times. A sludge dose consists of 0, 200, 320 g/polybag (equivalent to 0, 25, 40 tons /ha), while the MKP dosage consists of 0, 2, 4 g/polybag (equivalent to 0, 150, 250 kg/ha). The observed variabel is that of the number of leaves, the fresh weight of the plant, the fresh weight of the bulbous, the length of the tuber diameter and the plant’s dry weight. The research suggests and that there is no interaction between her and MKP for all variables. The treatment of sludge and MKP involving a dose of sludge 25 tons/hectares is equivalent to 200 g/polybag and MKP 150 kg/hectares is equivalent to 2 g/polybag is an efficient gift.
Pemberdayaan Ibu-Ibu Pesisir di Mempawah Mangrove Center (MMC) Melalui Pengolahan Daun Mangrove Menjadi Brownies Kukus Cico Jhon Karunia Simamora; Jumiati Jumiati; Muhammad Pramulya; Kiki Prio Utomo; Nelly Wahyuni
Abdimas Galuh Vol 6, No 1 (2024): Maret 2024
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v6i1.13077

Abstract

Rhizophora merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang termasuk dalam famili Rhizophorazceae dan termasuk dalam kelompok tumbuhan tropis bersifat halofitik atau toleran garam yang dapat ditemukan di Mempawah Mangrove Center (MMC) yang terletak di Desa Pasir, Kabupaten Mempawah. Jenis mangrove ini juga memberikan manfaat bagi lingkungan, antara lain mampu melindungi pemukiman dari angin laut dan ombak. Daun bakau mengandung senyawa bioaktif seperti alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin yang merupakan antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu daun mangrove mempunyai potensi untuk diolah menjadi makanan olahan berupa brownies kukus sehingga dapat meningkatkan nilai gizi produk, meningkatkan pendapatan masyarakat setempat dan juga meningkatkan nilai ekonomi dari daun mangrove itu sendiri. Pelatihan pembuatan brownies kukus dari daun mangrove ini diharapkan sejalan dengan upaya konservasi dan rehabilitasi mangrove sebagaimana misi utama MMC dengan melibatkan pengelola MMC. 
STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITAS PINANG DI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Agus Ruliyansyah; Muhammad Pramulya; Sarbino Sarbino
Agros Journal of Agriculture Science Vol 26, No 1 (2024): Edisi APRIL
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Janabadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37159/jpa.v26i1.4189

Abstract

Areca palm plants in Kubu Raya Regency have the advantage of being an export commodity. The aim of this research is to develop a strategy by identifying key factors in the development of areca nut commodities in Sungai Kakap District, Kubu Raya Regency. The research method was carried out using a survey method. Data collection method using FGD. The analysis method uses SWOT. The research results show that the potential for areca nut development is strong, supported by the availability of suitable land. farmer motivation, available labor and superior varieties. There is a large opportunity for development supported by it as an export commodity, availability of parent/seed plantations and local government supportKeywords; betel nut; export commodities; SWOT; strategyINTISARITanaman pinang di Kabupaten Kubu Raya mempunyai keunggulan sebagai komoditas ekspor. Tujuan penelitian ini adalah menyusun strategi dengan mengidentifikasi faktor-faktor kunci dalam usaha pengembangan komoditas pinang di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Metode penelitian dilakukan dengan metode survey. Metode pengumpulan data dengan FGD. Metode analisis menggunakan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pengembangan pinang kuat didukung oleh ketersediaan lahan, lahan yang sesuai. motivasi petani, tenaga kerja yg tersedia dan varietas yang unggul. Peluang pengembangannya besar didiukung sebagai komoditas eksport, tersedia kebun induk/benih dan dukungan pemerintah daerahKata kunci; pinang; komoditas eksport; SWOT; strategi