Djumiko Djumiko
Unknown Affiliation

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

IDENTIFIKASI CIRI-CIRI PERUMAHAN DI KAWASAN PESISIR KASUS KELURAHAN SAMBULI DAN TODONGGEU KECAMATAN ABELI KOTA KENDARI Djumiko Djumiko
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 7 No. 11 (2010): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kawasan pesisir merupakan  daerah pantai/ tepi laut, yaitu kawasan dimana daratan dan air laut bertemu,  kawasan tersebut merupakan kawasan dinamis dan unik dari suatu kota, disamping itu juga sangat strategis  karena mudah dicapai dari daratan dan laut. Kawasan ini digunakan untuk berbagi fungsi antara lain perdagangan, rekreasi, perkantoran, pergudangan, pelabuhan, perumahan, dan lain-lain. Khusus untuk kajian akan dibahas  perumahan. Sebagai studi kasus dilakukan kajian pada kelurahan Sambuli dan Tondonggeu kecamatan Abeli kota Kendari. Kota Kendari merupakan kota yang unik, kota tersebut pada bagian tengahnya terdapat Teluk Kendari yang berhubungan langsung dengan laut Banda. Di sepanjang pantainya banyak ditempati masyarakat untuk permukiman. Dari kajian yang dilakukan disimpulkan tentang identifikasi cirri-ciri  perumahan di kawasan pesisir kota Kendari yaitu,  lokasi menempati daerah pantai/ tepi laut, baik di darat maupun di atas permukaan air laut.  Masa bangunan yang berada di darat berbentuk teratur, sedangkan yang berada di atas permukaan air laut berbentuk tidak teratur. Penampilan bangunan sederhana berbentuk panggung, struktur bangunan dibuat dari konstruksi rangka dari bahan kayu/ bambu, untuk mencapai bangunan satu dengan lainnya dilengkapi dengan jembatan kayu
PENGARUH TANDA PADA WAJAH ARSITEKTUR KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 10 No. 14 (2011): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanda merupakan  suatu tulisan, gambar, lambang, bendera, atau sesuatu gambar. Fungsi tanda digunakan  sebagai alat komunikasi  antara subyek dengan obyek sehingga pengamat (subyek) akan mengenal secara keseluruhan makna tanda tersebut. Dengan adanya bermacam-macam tanda yang  berupa tulisan, gambar, lambang, bendera, yang digunakan pada suatu lingkungan/ kawasan tertentu akan mempengaruhi kondisi visual.  Lingkungan/ kawasan dapat menjadi lebih indah dan menarik, tetapi dapat juga menjadi lebih buruk artinya  terjadi kekacauan visual. Dengan melakukan observasi dan analisis  di kota Surakarta khususnya di jalan Slamet Riyadi, dihasilkan pengaruh tanda pada wajah arsitektural sebagai berikut : Tanda yang berfungsi untuk nama jalan, rambu-rambu lalu lintas, petunjuk jalan sudah cukup baik. Tanda untuk nama bangunan baik berupa papan nama berdidiri sendiri, menyatu dengan pagar, maupun menyatu dengan bangunan sudah cukup baik. Tanda untuk iklan yang berupa papan iklan yang berdiri sendiri/billboard perlu didesain ulang karena menutup pandangan,  maupun yang menyatu dengan bangunan ada beberapa  yang perlu ditata kembali sebab menutupi tampak bangunan.
HARGA RUMAH SEDERHANA SEHAT TIPE 36/90 DAN PERHITUNGAN INDEKS KEMAHALAN KONSTRUKSI DI 33 KOTA/ PROPINSI Djumiko Djumiko
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 5 No. 9.A (2008): JURNAL TEKNIL SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah  layak huni merupakan hak dasar bagi warga negara.  Tetapi bagi masyarakat berpengahsilan rendah (MBR) tidak mudah untuk mewujudkannya. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat menurun salah satunya akibat dari kenaikan harga bahan bangunan, menyebabkan kebutuhan akan rumah menjadi menurun/berkurang Untuk membantu MBR dalam memenuhi kebutuhan rumah yang layak dengan harga yang terjangkau maka diperlukan suatu gambaran mengenai  harga  Rumah Sederhana Sehat sesuai dengan kondisi kota/ propinsi masing-masing.. Tipe Rumah Sederhana Sehat  yang akan dianalisis adalah tipe 36/90, setiap macam/ jenis Rumah Sederhana Sehat dihitung harganya dan besarnya Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK). Dari analisis yang telah dilakukan dihasilkan harga   Rumah Sederhana Sehat  di 33 kota/ propinsi sangat bervariasi, demikian juga besarnya Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK).
FUNGSI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI KOTA SURAKARTA DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 13 No. 17 (2013): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

City walk dikenal dengan istilah mall atau pedestrian. Pedestrian berasal dari kata latin pedos yang artinya kaki. Pejalan kaki sebagai istilah aktif, adalah orang yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat yang bersifat mekanis (kecuali kursi roda). Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki, adalah tempat atau jalur khusus bagi para pejalan kaki. City walk yang berada di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta merupakan jalur pedestrian, mempunyai panjang 4 km membentang dari Stasiun Kereta Api Purwosari di pinggir kota bagian Barat sampai Gapura Gladak sebagai pintu masuk kawasan Keraton Surakarta yang berada di pusat kota Surakarta. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan dan analisis, dihasilkan fungsi city walk di jalan Slamet Riyadi kota Surakarta meliputi: sebagai jalur pedestrian fasilitas pejalan kaki, sebagai unsur keindahan kota, sebagai media interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota, sebagai tempat bersantai dan bermain, sebagai penghubung fasilitas kota, dan sebagai tempat parkir.
KARAKTER ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BADUY LUAR DI GAJEBOH BANTEN DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 4 No. 8 (2007): Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Suku Baduy merupakan masyarakat yang hidup di daerah Lebak, Banten dan merupakan masyarakat yang hidup dengan tetap memelihara tradisi nenek moyang. Masyarakat Baduy membagi diri dalam dua kelompokyang disebut Baduy Dalam dan Baduy Luar. Baduy Dalam bersikap menutup diri terhadap pengaruh kebudayaan dari luar wilayah, sedang Baduy Luar bersikap lebih terbuka terhadap pengaruh-pengaruh dari luar wilayahnya. Aspek arsitektur yang berkembang di Baduy Luar tidak berbeda dari yang berkembang di Baduy Dalam, Bangunan yang ada pada setiap kelompok sama yaitu : kelompok rumah tinggal, kelompok lumbung, fasilitas bersama seperti tempat menumbuk padi / lesung, tempat mandi dan cud. Perbedaan yang ada adalah pada detail-detail bangunan.
KAJIAN LUAS RUMAH SEDERHANA SEHAT BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 11 No. 15 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah layak huni merupakan hak dasar bagi warga negara. Tetapi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tidak mudah untuk mewujudkannya. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat menurun salah satunya akibat dari kenaikan harga bahan bangunan, menyebabkan kebutuhan akan rumah menjadi menurun/berkurang. Untuk membantu MBR dalam memenuhi kebutuhan rumah yang layak dengan harga yang terjangkau maka diperlukan suatu pedoman mengenai standar luas bangunan Rumah Sederhana Sehat yang memenuhi luas minimal untuk suatu keluarga. Sebagai dasar analisis diasumsikan untuk Rumah Sederhana Sehat ini dihuni untuk 4 orang, meliputi seorang Bapak, seorang Ibu, dan dua orang anak. Luas Rumah Sederhana Sehat akan dianalisis dari beberapa aspek meliputi standar luas bangunan dan lahan, luas lantai hunian per orang dan luas per unit Rumah Sederhana Sehat berdasarkan kebutuhan udara segar, luas tapak/kavling, macam dan luas ruang, studi ruang, macam dan luas ruang, perilaku manusia, dan kebutuhan manusia. Dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan luas Rumah Sederhana Sehat yang dihuni 4 orang (Bapak, Ibu, dan dua orang anak) idealnya mempunyai luas minimal 36 m2 dengan luas tapak 90 m2, agar keluarga tersebut dapat menjalankan aktivitasnya di rumah dengan lancar dan baik.
MODEL DESAIN RUMAH SUSUN DENGAN PENDEKATAN PROTOTIPE DAN PREFABRIKASI UNTUK MEMPERCEPAT PENGADAAN RUMAH DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 14 No. 18 (2013): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (Rumah Susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif penyediaan rumah untuk memenuhi kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah di perkotaan. Tujuan penelitian ini untuk membuat model rumah susun dengan pendekatan prototipe dan prefabrikasi untuk mempercepat pengadaan rumah. Dengan melakukan pengumpulan data, kajian pustaka, membuat model rumah susun, dan analisis, dihasilkan: a) Pada tahap desain dengan menggunakan prototipe, gambar-gambar asli/ dasar dapat dipergunakan lagi/ berulang, b) Pada tahap pelaksanaan pembangunan rumah susun, elemen/ komponen bangunan rumah susun dapat dibuat di pabrik/ tempat lain, c) Waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pembangunan rumah susun lebih cepat, jika dibandingkan dengan cara konvensional, d) Kualitas bangunan rumah susun dapat lebih terjaga.
MORFOLOGI BATAS KOTA SURAKARTA Kasus: Batas Kota Surakarta, Sukoharjo dan Karanganyar DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 18 No. 22 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah batas kota atau periphery adalah daerah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara kota dan desa dengan berbagai faktor  atau unsur   yang ada dalam desa, dalam kota dan di antara desa dan kota. Interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi, budaya ataupun politik, yang lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Batas kota di  Jalan Adi Sucipto yang terletak di bagian barat kota Surakarta merupakan batas kota Surakarta, Sukoharjo   dan Karanganyar, daerah ini mengalami interaksi antara kota Surakarta dan desa di sekitarnya yang masuk daerah Kabupaten Sukoharjo dan Karanganyar. Dengan adanya  interaksi tersebut,  menarik untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam, khususnya dilihat dari aspek morfologi. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan,dan  analisis, dihasilkanbatas kota Surakarta, Sukoharjo dan Karanganyar berupa morfologi  lingkungan baru dengan karakter desa-kota, hal ini dapat dilihat dari: faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan, pioneer pertumbuhan dan perkembangan, tata guna lahan, pola jalan,fungsi bangunan,dan ketinggian bangunan.
KARAKTER LINGKUNGAN PADA DAERAH PINGGIRAN KOTA SURAKARTA Kasus : Lingkungan Batas Kota Gerbang Makhuto DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 12 No. 16 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah pinggiran kota atau periphery adalah daerah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara kota dan desa dengan berbagai faktor  atau unsur   yang ada dalam desa, dalam kota dan di antara desa dan kota. Interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi, budaya ataupun politik, yang lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Lingkungan  sekitar  gerbang Makhuto di  Jalan Adi Sucipto yang terletak di bagian barat kota Surakarta, adalah merupakan daerah pinggiran kota yang mengalami interaksi antara kota Surakarta dan desa di sekitarnya yang masuk daerah Kabupaten Karanganyar. Dengan adanya  interaksi tersebut,  menarik untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam, khususnya dilihat dari aspek perkembangan fisik lingkungan. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan,dan  analisis, dihasilkan perkembangan lingkungan di batas kota Gerbang Makhuto  membentuk lingkungan baru dengan karakter desa-kota, hal ini dapat dilihat dari: faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan, pioneer pertumbuhan dan perkembangan, tata guna lahan, pola jalan, ruang terbuka, dan  sirkulasi dan parkir.
IDENTIFIKASI SIRKULASI DAN PARKIR DALAM KONTEKS PENGENDALIAN ARSITEKTUR DAN PRESERVASI JALAN JENDERAL SUDIRMAN KOTA SURAKARTA DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 17 No. 21 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sirkulasi  dan parkir pada suatu kota berkaitan dengan aspek-aspek perancangan urban lainnya. Keseluruhan aspek perancangan urban  terdiri dari: tata guna lahan, masa dan bentuk bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung kegiatan, tanda-tanda, dan preservasi. Oleh sebab itu, sirkulasi dan parkir kota tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek urban dimaksud. Sistem sirkulasi kota sebagai suatu sarana pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada dasarnya merupakan media transportasi,sedangkan parkir sebagai tempat pemberhentian  kendaraan. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jenderal Sudirman kota Surakarta,  untuk mengetahui kondisi sirkulasi dan parkir di Jalan Jenderal Sudirman dilakukandengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature. Hasilnya Jalan Jenderal Sudirman menggunakan dua arus lalu-lintas, dilewati  mobil, sepeda motor, pejalan kaki, dengan kepadatan lalu-lintas yang tinggi. Sedangkan parkir terdapat di dalam tapak masing-masing bangunan, khusus tapak pada Benteng Vastenburg digunakan untuk parkir umum.Sirkulasi dalam konteks pengendalian arsitektur sudah terbentuk  streetscape  yang menarik dan unik, sedangkan dalam konteks preservasi bangunan disusun dengan tata masa setback, sehingga tidak mengganggu konstruksi bangunan, dan terdapat hubungan dengan jalan lainnya sehingga  mendapatkan keuntungan aksesibilitas ke pusat kota lama Surakarta.