Djumiko Djumiko
Unknown Affiliation

Published : 24 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

KARAKTER LINGKUNGAN PADA DAERAH PINGGIRAN KOTA SURAKARTA Kasus : Lingkungan Batas Kota Gerbang Makhuto DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 12 No. 16 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Daerah pinggiran kota atau periphery adalah daerah yang terletak antara kota dan desa yang ditandai dengan penggunaan tanah campuran. Hal ini dapat terjadi karena adanya interaksi antara kota dan desa dengan berbagai faktor  atau unsur   yang ada dalam desa, dalam kota dan di antara desa dan kota. Interaksi ini dapat dilihat sebagai suatu proses sosial, ekonomi, budaya ataupun politik, yang lambat ataupun cepat dapat menimbulkan suatu realita atau kenyataan. Lingkungan  sekitar  gerbang Makhuto di  Jalan Adi Sucipto yang terletak di bagian barat kota Surakarta, adalah merupakan daerah pinggiran kota yang mengalami interaksi antara kota Surakarta dan desa di sekitarnya yang masuk daerah Kabupaten Karanganyar. Dengan adanya  interaksi tersebut,  menarik untuk dilakukan penelitian yang lebih mendalam, khususnya dilihat dari aspek perkembangan fisik lingkungan. Dengan melakukan pengumpulan data, observasi lapangan,dan  analisis, dihasilkan perkembangan lingkungan di batas kota Gerbang Makhuto  membentuk lingkungan baru dengan karakter desa-kota, hal ini dapat dilihat dari: faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan, pioneer pertumbuhan dan perkembangan, tata guna lahan, pola jalan, ruang terbuka, dan  sirkulasi dan parkir.
IDENTIFIKASI SIRKULASI DAN PARKIR DALAM KONTEKS PENGENDALIAN ARSITEKTUR DAN PRESERVASI JALAN JENDERAL SUDIRMAN KOTA SURAKARTA DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 17 No. 21 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sirkulasi  dan parkir pada suatu kota berkaitan dengan aspek-aspek perancangan urban lainnya. Keseluruhan aspek perancangan urban  terdiri dari: tata guna lahan, masa dan bentuk bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pedestrian, pendukung kegiatan, tanda-tanda, dan preservasi. Oleh sebab itu, sirkulasi dan parkir kota tidak dapat dilepaskan dari aspek-aspek urban dimaksud. Sistem sirkulasi kota sebagai suatu sarana pergerakan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya pada dasarnya merupakan media transportasi,sedangkan parkir sebagai tempat pemberhentian  kendaraan. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jenderal Sudirman kota Surakarta,  untuk mengetahui kondisi sirkulasi dan parkir di Jalan Jenderal Sudirman dilakukandengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature. Hasilnya Jalan Jenderal Sudirman menggunakan dua arus lalu-lintas, dilewati  mobil, sepeda motor, pejalan kaki, dengan kepadatan lalu-lintas yang tinggi. Sedangkan parkir terdapat di dalam tapak masing-masing bangunan, khusus tapak pada Benteng Vastenburg digunakan untuk parkir umum.Sirkulasi dalam konteks pengendalian arsitektur sudah terbentuk  streetscape  yang menarik dan unik, sedangkan dalam konteks preservasi bangunan disusun dengan tata masa setback, sehingga tidak mengganggu konstruksi bangunan, dan terdapat hubungan dengan jalan lainnya sehingga  mendapatkan keuntungan aksesibilitas ke pusat kota lama Surakarta.
KONDISI DAN FUNGSI JALUR PEDESTRIAN JALAN JENDERAL SUDIRMAN KOTA SURAKARTA DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 15 No. 19 (2014): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pejalan kaki sebagai istilah aktif adalah orang/ manusia yang bergerak atau berpindah dari suatu tempat titik tolak ke tempat tujuan tanpa menggunakan alat lain, kecuali mungkin penutup/ alas kaki dan tongkat yang tidak bersifat mekanis. Jadi jalur pejalan kaki/  pedestrian  adalah tempat atau jalur khusus bagi orang berjalan kaki,untuk menuju dari satu tempat ke tempat lain.  Jalur pedestrian  pada saat sekarang dapat berupa trotoar, pavement, sidewalk, pathway, plaza dan mall. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Jenderal sudirman kota Surakarta, yang berfungsi sebagai sumbu kosmologi kota Surakarta. Untuk mengetahui kondisi dan fungsi jalur pedestrian di jalan Jenderal Sudirman, dilakukan dengan metoda survey dan observasi lapangan, serta studi literature. Dihasilkan bahwa  kondisi jalur pedestrian di Jalan Jenderal Sudirman, baik desain maupun kualitas material yang digunakan adalah baik,  perabot jalan yang ada berkondisi baik.  Jalur pedestrian di Jalan Jenderal sudirman dapat berfungsi sebagai fasilitas pejalan kaki, keindahan kota, media interaksi sosial, sarana konservasi, dan tempat bersantai.
SIKAP BANGUNAN BARU DALAM MEWUJUDKAN KARAKTER ARSITEKTURAL KOTA SURAKARTA Kasus: Jalan Slamet Riyadi DJUMIKO DJUMIKO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 19 No. 23 (2016): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengaruh Barat telah  merasuk di segala lingkup kehidupan dewasa ini. Di dalam bidang arsitektur, pengaruh ini merupakan arus utama (main stream), bahkan pada era menuju arsitektur Indonesia saat ini sekali pun. Hal ini dapat dimengerti karena disusul derasnya pengaruh globalisasi dan teknologi informasi. Pengaruh arsitektur Barat di Indonesia yang dominan akhir-akhir ini, terutama adalah gaya internasional (International Style) dari Arsitektur Modern (Modern Architecture), yang awalnya dilancarkan oleh Gerakan Arsitektur Modern (Modern Movement), berciri penampilan sama untuk seluruh tempat di dunia.  Disusul kemudian oleh pengaruh arsitektur Pasca Modern (Post Modern), yang merupakan reaksi/penolakan terhadap International Style, berciri menonjolkan  penampilan arsitektur lokal. Arsitektur Modern dianggap mengabaikan kondisi alam dan budaya termasuk lingkungan binaan (karya arsitektur yang ada) setempat. Karakter seperti itu dianggap merupakan sumber kekacauan (chaos) arsitektural, terutama secara visual. Pengaruh arsitektur Barat di Indonesia dapat dilihat pada kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, Semarang, termasuk kota Surakarta. Penelitian ini mengambil lokasi di kota Surakarta, dengan  kasus jalan  Slamet Riyadi, jalan dimaksud merupakan jalan utama di kota Surakarta. Untuk mengetahui sikap bangunan baru dalam mewujudkan karakter arsitektural kota Surakarta dilakukan dengan metoda survei dan observasi lapangan, serta studi pustaka. Dihasilkan bahwa  sikap bangunan baru dalam mewujudkan karakter arsitektural kota Surakarta, khususnya di jalan Slamet Riyadi adalah bersikap kontras dan kontekstual, dilakukan dengan beberapa cara diantaranya: mengambil referensi dari Arsitektur Tradisional kota Surakarta,  pola batik, dan wayang kulit.