Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KOSAKATA BERLADANG SUKU PASER DI KECAMATAN LONG IKIS: KAJIAN SEMANTIK Nurul Masfufah
tuahtalino Vol 13, No 2 (2019): TUAH TALINO
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/tt.v13i2.1552

Abstract

The research on the farming vocabulary of the Paser ethnic is important as a form of preservation and inventory of the vocabulary. This study aims to describe the dictions and meaning of the farming vocabulary of the Paser ethnic in the Long Ikis District. This study uses lexical semantic studies to analyze the research data. The data were collected from informants through note-taking techniques and interviews with voice recorder tools. Analysis of research data using descriptive analysis techniques includes the analysis of linguistic (semantic) data. The data analysis technique in this study used the descriptive analysis, namely by analyzing linguistic (semantic) data. The data analysis model used is an interactive model analysis consisting of three components of analysis, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the results of the research and discussion, there were 35 farming vocabularies of the Paser ethnic which consisted of five classifications, namely (a) pre-farming process totaling 9 vocabulary, (b) tools to open the fields consist of 4 vocabularies, (c) the process of planting and caring consists of 4 vocabularies, (d) the process of harvesting and post-harvestingconsist of 9 vocabularies, and (e) tools for harvesting and post-harvestingconsist of 9 vocabularies. The analysis of the concept of semantic meaning is also associated with the cultural meaning of the local community because it can clarify the meaning of the farming vocabularies.
SKALA KESANTUNAN BENTUK TUTURAN DIREKTIF BERDASARKAN PERSEPSI SISWA DI SMAN 1 SURAKARTA Nurul Masfufah
Kajian Linguistik dan Sastra Vol 24, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (71.303 KB) | DOI: 10.23917/kls.v24i2.93

Abstract

The involvement of politeness in directive speech especially at school environment is an interesting phenomenon to be studied. This study aims to assess the perception of politeness in directive speech by students of SMAN 1 Surakarta. This research involves the combination of descriptive quantitative and qualitative method. The data is collected through questionnaires and is analyzed by descriptive statistical techniques. The results show the orders of politeness from the most polite to the least polite as follows: (1) directive speech in the form of advice, (2) directive speech in the forms of question, (3) directive speech in the forms of a strong signal, (4) directive speech in the forms of subtle cues, (5) the form of directive speech in the form of mitigated statements, (6) directive speech in the form of imperative statements, (7) directive speech the form of expression of interest, (8) directive speech with explicit statements, and (9) directive speech with the imperative modes.
KORESPONDENSI FONEMIS BAHASA MELAYU KUTAI DAN BAHASA TONYOOI DI KALIMANTAN TIMUR Nurul Masfufah
Kadera Bahasa Vol 12, No 1 (2020): KABA Vol 12 NO. 1
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.825 KB) | DOI: 10.47541/kaba.v12i1.100

Abstract

AbstractResearch on phonemic correspondence between Melayu Kutai and Tonyooi has never been done. The purpose of this study is to describe the form of phonemic correspondence between Melayu Kutai and Tonyooi. Data collection is done by the method of documentation with the technique of reading and taking notes. The data analysis using a comparison method with phonemic correspondence techniques. In this study found 10 phonemic correspondences between Melayu Kutai and Tonyooi, namely a~e/-k#, ŋ~kŋ/-#, ᴓ~q/-#, d~ᴓ/kv, b~ᴓ/kv , m~pm/-#, n~tn/-#, c~s/#-, s~h/-#, and u~o/k(v)-k. The vowels phoneme correspondence was only found in one device, while the consonant phoneme correspondence was found in nine devices. The phonemic correspondence set shows the kinship of the two languages. In addition, it can show the characteristics of each language from its phonological aspects, such as unique phonemes, namely /kŋ/, /pm/, and /tn/ at the end of words in Tonyooi, whereas in Melayu Kutai it is not found.Keywords: phonemic correspondence, vowels phonemes, consonant phonemes AbstrakPenelitian korespondensi fonemis antara bahasa Melayu Kutai dan bahasa Tonyooi belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk perangkat korespondensi fonemis antara bahasa Melayu Kutai dan bahasa Tonyooi. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dengan teknik baca dan catat. Penganalisisan data menggunakan metode perbandingan dengan teknik korespondensi fonemis. Dalam penelitian ini ditemukan 10 perangkat korespondensi fonemis antara bahasa Melayu Kutai dan bahasa Tonyooi, yakni a~e/-k#, ŋ~kŋ/-#, ᴓ~q/-#, d~ᴓ/k-v, b~ᴓ/k-v, m~pm/-#, n~tn/-#, c~s/#-, s~h/-#, dan u~o/k(v)-k. Korespondensi fonem vokal hanya ditemukan satu perangkat saja, sedangkan korespondensi fonem konsonan ditemukan sembilan perangkat. Perangkat korespondensi fonemis tersebut menunjukkan adanya kekerabatan kedua bahasa tersebut. Selain itu, dapat menunjukkan karakteristik masing-masing bahasa dari aspek fonologinya, seperti ditemukan fonem unik, yaitu /kŋ/, /pm/, dan /tn/ di akhir kata dalam bahasa Tonyooi, sedangkan dalam bahasa Melayu Kutai tidak ditemukan.Kata kunci: korespondensi fonemis, fonem vokal, fonem konsonan
TOPONIMI SUNGAI DI KABUPATEN TANA TIDUNG, KALIMANTAN UTARA: KAJIAN ANTROPOLINGUISTIK Nurul Masfufah
Salingka Vol 16, No 2 (2019): SALINGKA, Edisi Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/salingka.v16i2.232

Abstract

AbstrakPenelitian mengenai toponimi sungai tidak hanya menelaah maknanya secara fisikal saja, tetapi lebih luas lagi, yakni aspek budaya masyarakat setempat. Masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana bentuk toponimi sungai di Kabupaten Tana Tidung  yang dikaitkan dengan aspek-aspek budaya setempat. Tekni pengumpulan data didapat dari dokumen dan informan melalui teknik catat dan wawancara. Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis deskriptif yang mencakup analisis data linguistik (semantik) dan antropolinguistik (hermeneutik). Hasil penelitian ini menemukan 11 tema dalam toponimi sungai di Kabupaten Tana Tidung, yaitu flora (18,31%), fauna (4,74%), nama orang (7,12%), nama alat (8,13%), cerita rakyat (10,51%), pemberian nenek moyang (20%), keadaan air (4,75%), keadaan sungai (7,80%), tempat kegiatan (8,81%), sejarah (4,07%), dan kehidupan masyarakat (5,76%). Berdasarkan jumlah kata yang digunakan dalam toponimi sungai ditemukan 243 nama yang menggunakan satu kata, 49 menggunakan dua kata, dan 3 nama yang menggunakan kata ulang. Berdasarkan jenis kata yang digunakan terdapat 241 nama sungai yang berjenis kata verba, 37 nama sungai berjenis kata adjektiva, dan 17 nama sungai berjenis kata verba. Berdasarkan asal bahasa yang digunakan terdapat 222 nama sungai yang berasal dari bahasa Tidung, 62 nama sungai berasal dari bahasa Belusu, 9 nama sungai berasal dari bahasa Indonesia, dan 2 nama sungai berasal dari bahasa Melayu. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa toponimi sungai dapat dijadikan petunjuk bagaimana masyarakat Tana Tidung mengungkapkan jati dirinya.
BENTUK DAN STRUKTUR KATA MONOSILABEL DALAM BAHASA WEHEA DI KALIMANTAN TIMUR Nurul Masfufah
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 17, No 1 (2022): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v17i1.4592

Abstract

AbstrakBahasa Wehea yang ada di Kalimantan Timur memiliki keunikan sistem fonotaktiknya, yaitu pada bentuk dan struktur kata monosilabel. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur kata monosilabel dalam bahasa Wehea. Pengumpulan data menggunakan metode dokumen dengan teknik baca dan catat. Sumber dokumen berupa data tulis yang berisi data penyusunan kamus bahasa Wehea. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan kajian fonotaktik. Pada tahap analisis data, penelitian ini  menggunakan teknik analisis deskriptif dengan model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh beberapa simpulan, yaitu ada tujuh klasifikasi bentuk kata monosilabel berdasarkan daerah artikulasi fonem yang mengawalinya, yaitu vokal, konsonan hambat, konsonan afrikatif, konsonan frikatif, konsonan nasal, konsonan lateral, dan semivokal. Berdasarkan keterbukaannya, ada tiga klasifikasi, yaitu terbuka di posisi awal, terbuka di posisi akhir, dan tertutup. Struktur atau struktur suku kata monosilabel dalam bahasa Wehea  ada lima, yaitu VK, KV, KVK, KKV, KKVK. Kaidah kata monosilabel tersebut memberikan salah satu ciri khas atau keunikan bahasa Wehea.
RELASI MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BAHASA TONYOOI RELATIONSHIPS IN THE MEANING OF INTERKLAUSA IN A ADVANCED SENTENCE TONYOOI LANGUAGE Nurul Masfufah
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 16, No 1 (2021): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v16i1.3495

Abstract

AbstrakKajian terhadap bahasa Tonyooi sampai saat ini masih tergolong minim, khususnya kajian mikrolinguistiknya. Pada tataran sintaksis, termasuk di dalamnya relasi makna antarklausa belum banyak disentuh oleh para peneliti dan pemerhati bahasa Tonyooi.  Oleh karena itu, tulisan ini akan mengkaji atau mendeskripsikan relasi makna antarklausa dalam kalimat majemuk bahasa Tonyooi. Kajian ini menggunakan metode deskriptif. Sumber data berasal dari wacana tulis dan lisan yang menggunakan kalimat majemuk. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi (studi pustaka) dan wawancara dengan teknik simak dan catat. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan, yaitu teknik analisis deskriptif. Berdasarkan hasil kajian, diperoleh beberapa simpulan, yaitu Berdasarkan relasi antarklausanya, kalimat majemuk bahasa Tonyooi dibedakan atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk setara ditemukan tiga relasi makna, yaitu makna penjumlahan,  pemilihan, dan pertentangan. Sementara itu, dalam kalimat majemuk bertingkat setidaknya memiliki sepuluh relasi makna antarklausa, yaitu makna kesyaratan, tujuan, penyebaban, hasil atau akibat, perbandingan, sangkalan, cara, alat, kewaktuan, dan atributif.  Konjungtor yang digunakan untuk menjalin hubungan antarklausa cukup variatif. Namun, jumlahnya tidak sebanyak dalam bahasa Melayu Kutai ataupun dalam bahasa Indonesia.Kata kunci: relasi makna, klausa, kalimat majemuk, bahasa Tonyooi AbstractThe study of the Tonyooi language is still relatively minimal, especially its microlinguistic studies. At the syntactic level, including the meaning relation between clauses, has not been touched by many researchers and observers of the Tonyooi language. Therefore, this paper will examine or describe the meaning relations between clauses in compound sentences in Tonyooi. This study uses a descriptive method. Sources of data come from written and oral discourses that use compound sentences. The data was collected using the documentation method (literature study) and interviews with the observation and note-taking technique. Meanwhile, the data analysis technique used is descriptive analysis technique. Based on the results of the study, several conclusions were obtained, namely based on the relation between the clauses, the Tonyooi language compound sentences are differentiated into equivalent compound sentences and multilevel compound sentences. In an equivalent compound sentence, three meaning relations are found, namely the meaning of addition, selection, and contradiction. Meanwhile, in multilevel compound sentences there are at least ten interlausal meaning relations, namely the meaning of requirements, goals, causes, results or consequences, comparisons, denials, means, tools, timing, and attributes. The conjunctor used to establish the relationship between clauses is quite varied. However, the numbers are not as high as in Kutai Malay or in Indonesian.Key words: meaning relation, clause, compound sentence, Tonyooi language
NAMA PANGGILAN ATAU SAPAAN BERDASARKAN ANGGOTA KELUARGA YANG MENINGGAL DALAM BAHASA KENYAH LEPOQ JALAN DI DESA LUNG ANAI Nurul Masfufah
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 14, No 2 (2019): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.699 KB) | DOI: 10.26499/loa.v14i2.1746

Abstract

AbstractResearch on call names or greetings based on family members who died in the Kenyah Lepoq Jalan language is important as a form of documentation and cultural preservation. This study aims to describe the form and function of call names or greetings based on family members who died. Data collection techniques were obtained from informants through interviews with record and note techniques. Data analysis techniques in this study used descriptive analysis, namely the analysis of linguistic and sociolinguistic data. The data analysis model used is an interactive model analysis consisting of three components of analysis, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. Based on the results of research and discussion, the forms of call name or greeting based on the death of family members in Kenyah Lepoq Jalan are classified into three, namely  call names that are neutral (female and male), nicknames for female gender, and  call names for gender Male. The function of the use of these greetings, namely: (a) as the identity of the Kenyah Lepoq Jalan community, (b) to find out the status of the speech partner, (c) gender marker of the speech partner, (d) as a social interaction, and (e) as a control social.Keywords: call name, family who died, Kenyah Lepoq Jalan language AbstrakPenelitian mengenai nama panggilan atau sapaan berdasarkan anggota keluarga yang meninggal dalam bahasa Kenyah Lepoq Jalan ini penting dilakukan sebagai bentuk pendokumentasian dan pelestarian budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan fungsi nama panggilan atau sapaan berdasarkan anggota keluarga yang meninggal. Teknik pengumpulan data diperoleh dari informan melalui wawancara dengan teknik rekam dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, yaitu dengan analisis data linguistik dan sosiolinguistik. Adapun model analisis data yang digunakan, yaitu analisis model interaktif yang terdiri atas tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh bentuknama panggilan atau sapaan berdasarkan kematian anggota keluarga dalam bahasa Kenyah Lepoq Jalan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu nama panggilan yang bersifat netral (perempuan dan laki-laki), nama panggilan untuk jenis kelamin perempuan, dan nama panggilan untuk jenis kelamin laki-laki. Adapun fungsi dari pemakaian sapaan tersebut, yaitu: (a) sebagai identitas dari masyarakat Kenyah Lepoq Jalan, (b) untuk mengetahui status mitra tutur, (c) penanda jenis kelamin mitra tutur, (d) sebagai interaksi sosial, dan (e) sebagai kontrol sosial.Kata kunci: nama panggilan, keluarga yang meninggal, bahasa Kenyah Lepoq Jalan
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN REVITALISASI BAHASA KENYAH BERBASIS KOMUNITAS DI SAMARINDA DAN KUTAI KARTANEGARA Nurul Masfufah
LOA: Jurnal Ketatabahasaan dan Kesusastraan Vol 19, No 1 (2024): LOA
Publisher : Kantor Bahasa Kalimantan Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/loa.v19i1.7229

Abstract

AbstrakSaat ini bahasa Kenyah sudah mengalami penurunan atau ketergerusan penutur di kalangan generasi muda. Perlu usaha dan aksi nyata untuk mempertahankan dan melestarikan bahasa Kenyah agar tidak terancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran revitalisasi bahasa Kenyah berbasis komunitas di Samarinda dan Kutai Kartanegara.  Teknik pengumpulan data, yaitu dengan observasi, dokumentasi, dan wawancara. Adapun teknik analisis data menggunakan teknik analisis model interaktif yang terdiri atas tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh hasil sebagai berikut. (1) Model pembelajaran revitalisasi bahasa Kenyah diimplementasikan secara fleksibel dan sederhana, tetapi menarik bagi anak-anak. Anak-anak diberikan kebebasan atau keleluasaan untuk belajar materi revitalisasi bahasa Kenyah. Anak-anak juga ada kemandirian belajar karena keterbatasan pengajar atau pelatihnya. (2) Teknik yang digunakan dalam pembelajaran materi revitalisasi bahasa Kenyah, antara lain dengan (a) pemberian contoh atau pemodelan, (b) dril atau latihan yang diulang-ulang, (c) teknik menghafal, (d) diskusi, dan (e) praktik tampil.Kata kunci: implementasi, model pembelajaran, revitalisasi, bahasa Kenyah, berbasis komunitas