Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

KESANTUNAN KONVIVAL PADA MASYARAKAT BANJAR DI KELURAHAN SEKUMPUL, MARTAPURA Rissari Yayuk
MABASAN Vol. 11 No. 2 (2017): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.183 KB) | DOI: 10.26499/mab.v11i2.3

Abstract

The purpose of this research is to study the socially-oriented culture with the social or Banjarconvention that is connected with the theory of language politeness based on pragmaticscience. The problem in this research is how to form the politeness of speech acts convulsivelanguage in Banjar society in Sekumpul Village, Martapura. This study used qualitativemethod. The author took three steps of work, namely the stage of data collection, dataprocessing, and presentation of data analysis. Techniques used in data retrieval arerecording and documentation techniques. Data analysis method is a method of matching.Data analysis techniques are the basic techniques of dividing as a distinguishing reactionand hearing rate. The result of this division will be obtained by analytical unit according towhat is meant by theory in literature review. Theories that become data analysis based onpragmatic science point of view. Presentation of datais using ordinary words.Researchlocation was in Sakumpul Village, Banjar District, South Kalimantan Province. The studywas conducted from January--June 2016. The result of the research showed that the form ofconvivial speech acts convulsive in Banjar society in Sekumpul Subdistrict, Martapura,consisted of conventional speaking speech acts convention offers, approves, apologizes,praises, approves, invites, Say hello, and congratulate.
NILAI KEROHANIAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI JUAL-BELI BERBAHASA BANJAR DI HULU SUNGAI NAGARA Rissari Yayuk
GENTA BAHTERA: Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan Vol 3, No 2 (2017): Desember
Publisher : Kantor Bahasa Kepulauan Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (545.537 KB) | DOI: 10.47269/gb.v3i2.13

Abstract

AbstrakNilai kerohanian adalah salah satu nilai yang lahir melalui proses yang panjang dalam sebuah masyarakat yang memiliki budaya beradab. Salah satu unsur nilai kerohanian adalah nilai mora- l. Nilai ini biasanya ditemukan dalam ragam karya sastra. Penelitian mengkaji nilai kerohanian dengan objek yang berbeda, yaitu dalam tuturan lisan pada transaksi jual-beli sebuah pasar di Kalimantan Selatan, Pasar Nagara, di Hulu Sungai Selatan.Teori yang digunakan adalah berhubungan dengan nilai kerohanian yang salah satunya unsur pembangunnya dari nilai moral. Metode yang digunakan adalah deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi dan rekam.Hasil penelitian dalam tuturan transaksi jual-beli ini ditemukan nilai kejujuran, mandiri, tolong-menolong, dan kepedulian. Hal ini membuktikan bahwa nilai positif dalam kehidupan tidak hanya dapat digali dari karya sastra semata, tapi teori kesastraan yang berkaitan dengan nilai kerohanian ini dapat diterapkan dalam tuturan lisan sehari-hari, salah satunya pasar yang terdapat di tengah masyarakat. Kata kunci: nilai, kerohanian, transaksi  AbstractSpiritual value is one of the values that were born through a long process in a society that has a civilized culture. One element of spiritual values is moral value. This value is usually found in a variety of literary works. The present study is to examine the issue of spiritual value with different objects, namely the oral at a market in South Kalimantan, Nagara Market, at Upper South River. The theory used was related to spiritual values, one of which elements of the builder of moral values. The method used was descriptive. Data collecting techniques were documentating and recording. The results of research are that in speech of buying and selling is found the values of honesty, self-contained, helping, and caring. This proves that the positive values in life not only can be extracted from the literature alone, but literary theory related to spiritual values can be applied in everyday oral speech, one of which markets are in the community. Keywords: values, spirituality, transactions
TINDAK TUTUR KEKERASAN SAAT SARIK DALAM BAHASA BANJAR Rissari Yayuk
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 12, No 2, (2016)
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.229 KB) | DOI: 10.26499/und.v12i2.554

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas tindak tutur kekerasan dalam Bahasa Banjar. Masalah yang dibahas  dalam penelitian meliputi 1) bagaimana wujud  tindak tutur kekerasan mengancam bahasa Banjar. 2) bagaimana wujus  tindak tutur kekerasan meremehkan bahasa Banjar. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan 1)  wujud tindak tutur kekerasan mengancam dalam  bahasa Banjar. 2) wujud  tindak tutur kekerasan meremehkan dalam  bahasa Banjar  .Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik  lapangan, rekam dan  dokumentasi. Teknik ini   digunakan untuk mendapatkan data lisan dan  tertulis  sebagai pendukung  kajian. Data diambil dari tuturan langsung masyarakat Banjar yang berlokasi di Banjarmasin, Banjarbaru dan  Kabupaten Hulu Sungai Selatan.  Pengambilan data dilaksanakan  pada bulan Januari 2016 -- Maret  2016. Berdasarkan hasil penelitian , tindak tutur kekerasan  dalam bahasa Banjar meliputi mengancam diwujudkan dengan ancaman suatu aktivitas, seperti akan menyumpal atau melempar sesuatu kepada mitra tutur. Sementara untuk tindak kekerasan meremehkan, di gunakan kata makian perumpamaan hewan dan benda yang memiliki nilai rendah .Tindak tutur ini bisa dilakukan oleh orang tua kepada anak dan antar anggota masyarakat lainnya.Kata kunci:  Tindak Tutur, kekerasan, Banjar Abstract: This studt entitled speech acts violence in Banjar language. The problem which are discuss 1) how a form speech acts in Banjar language, 2) how a form speech acts of violence underestimate in Banjar language. The aims of this study are the describe 1) the realization form speech acts in Banjar language, 2) the realization  form speech acts of violence underestimate in Banjar language. This study is categorized in descriptive qualitative study. The are gained from recording and documentation from January until Marc 2016. This technique is used to obtain the data of oral and ewitten as a supporter of the study. Data taken from the direct speech Banjar community located in the data taken from oral speech communities in Banjarmasin, Banjarbaru and Hulu Sungai Selatan. The result shows that the acts of violence  in Banjar language  which includes threatening realized with the threat of an activity, such as going to gag or throw something to the hearer. As for violence underestimate, using cuss word parable animals and objects that have a low value . Speech actssaid this could be done by parents to children and between other members of society.Key words: Speech acts, violence, Banjar
FUNGSI DAN STRATEGI TINDAK KOMPETITIF DALAM TEGUR SAPA BANJAR Rissari Yayuk
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 12, No 1, (2016)
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.403 KB) | DOI: 10.26499/und.v12i1.545

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas tentang fungsi dan strategi tindak kompetitif dalam tegur sapa Bahasa Banjar. Masalah yang dibahas meliputi 1) bagaimana fungsi tindak kompetitif dalam tegur sapa bahasa Banjar. 2) strategi kompetitif apa saja yang digunakan dalam  tegur sapa bahasa  Banjar . Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan 1) fungsi  tindak  kompetitif dalam tegur sapa bahasa Banjar. 2)  strategi kompetitif  yang digunakan dalam  tegur sapa  bahasa Banjar. Teknik yang digunakan dalam pengambilan data adalah teknik  lapangan, rekam dan  dokumentasi. Teknik ini   digunakan untuk mendapatkan data lisan dan  tertulis  sebagai pendukung  kajian. Data diambil dari tuturan langsung masyarakat Banjar di Kelurahan Sekumpul, Desa Sungai Kacang, pada Bulan Januari 2016 s.d Maret 2016. Berdasarkan hasil penelitian, fungsi tindak tutur kompetitif dala tegur sapa yang terdapat dalam kebertergursapaan Banjar meliputi kompetitif menilai, melarang, dan menyarankan. Strategi yang digunakan terdiri atas strategi langsung dan tidak langsung.Kata kunci: Fungsi, kompetitif, Banjar Abstract: The Research study entitled function and the strategy competitive the greet in Banjar language the problem which are discuss in this study 1) how the fungction of the act competitive the greet in Banjar language. 2) any competitive strategy used in the greet of Banjar language. The aimis of this study are describe 1) The fungction of the act competitive the greet in Banjar language. 2)  competitive strategy used in the greet of Banjar language.This study is categorized in descriptive qualitative. The data are gained from recording, written, and documentation from Januari until March 2015. This technique is used to obtain the data of oral and ewitten as a supporter of the study. Data taken from the direct speech in the village of Banjar people Sekumpul, Sungai Kacang. The result show that the implementation of the function of act greet competitive the greting exchanged contained in Banjar. The greeting exchanged include competitive judge, prohibit, and advise. The strategy used consists of direct and undirect strategy.Key words: Function, competitive, Banjar
KATA ACIL “BIBI” DALAM BAHASA BANJAR BERDASARKAN KATEGORI SAPAAN Rissari Yayuk
Kadera Bahasa Vol 9, No 1 (2017): Kadera Bahasa
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (327.465 KB) | DOI: 10.47541/kaba.v9i1.1

Abstract

The use of greetings in a speech community required the rules of their use. Lacks of understanding of the problem willmake a person violate the rules of politeness in language culture that prevail in a language community. The problemstudied in this research is how the use of the word Acil “Auntie” in Banjar language based on greeting category. Thepurpose of this study is to describe the use of the word Acil “Auntie” in Banjar language based on the greeting category.The type of this research is descriptive qualitative. Data collection was taken in Gambah village, Hulu Sungai SelatanRegency, South Kalimantan Province. Data collection was held on January 2017 to June 2017. It was done by usingobservation method with tapping and involved conversation technique. The data analysis was done by comparing. Thedeterminant of this method is a non-language element. His method of determining the tool is outside the language orpragmatic, so that the determinant is the opposite. The researcher took three steps of work. They are collection, dataprocessing, and analysis presentation. The result of this research is the use of greeting Acil “Auntie” in Banjar peoplebased on greeting category consisting of affection category, kinship, honorific greeting, nickname, and “calling” category. AbstrakKata sapaan dalam sebuah komunitas tutur penting diketahui penggunaannya. Ketidakpahaman akanmasalah tersebut akan membuat seseorang menyalahi aturan budaya santun berbahasa yang berlakupada komunitas bahasa tersebut. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu bagaimana penggunaankata Acil “Bibi” dalam bahasa Banjar berdasarkan kategori sapaan. Tujuan penelitian adalahmendeskripsikan penggunaan kata Acil “Bibi” dalam bahasa Banjar berdasarkan kategori sapaan.Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan di desa Gambah, KabupatenHulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Waktu pengumpulan data selama bulan Januari—Juni 2017. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik sadap dan teknik libatlangsung. Pengkajian data melalui metode padan. Metode ini alat penentunya adalah di luar bahasaatau pragmatik sehingga yang menjadi penentu adalah lawan bicaranya. Penulis menempuh tigalangkah kerja, yaitu tahap pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian hasil analisis data. Hasilpenelitian yang diperoleh, yaitu penggunaan kata sapaan Acil “Bibi” dalam masyarakat Banjarberdasarkan kategori sapaan terdiri atas kategori panggilan sayang, hubungan kekerabatan, sapaanhormat, panggilan julukan, dan kategori “memanggilkan”.
STRATEGI TINDAK TUTUR IMPERATIF BAHASA BANJAR Rissari Yayuk
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 14, No 2 (2016): METALINGUA, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (83.983 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v14i2.198

Abstract

THIS writing aimed to describe the speech acts strategies of Banjar language.Issues raised to discuss herein are the form of imperative speech act in Banjarlanguage and the strategies of imperative speech acts in Banjar language. Ituses qualitative descriptive approach and uses recording and documentingtechniques to collect the data. The result showed that the forms of imperativespeech acts in Banjar language are imperative speech acts of request, imperativespeech acts of suggestion, imperative speech acts of command, and imperativespeech acts of permission. The imperative speech acts strategies found in Banjarlanguage are exaggerating of attention, approval, and sympathy to the listeners;using a group identity marker (form of address, dialect, jargon); using jokes;and providing an offer or a promise. AbstrakTULISAN ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan strategi tindak tutur bahasa Banjar.Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana wujud tindak tutur imperatif dalambahasa Banjar dan strategi tindak tutur imperatif apa saja dalam bahasa Banjar. Ancanganpenelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengambilandata adalah teknik rekam dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wujudtindak tutur imperatif yang terdapat dalam bahasa Banjar terdiri atas tindak tuturimperatif permintaan, tindak tutur imperatif saran, tindak tutur imperatif perintah, dantindak tutur imperatif persilaan. Adapun strategi tindak tutur imperatif dalam bahasaBanjar membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada pendengar,menggunakan penanda identitas kelompok (bentuk sapaan, dialek, jargon), menggunakanlelucon, dan memberikan tawaran atau janji.
LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI” Eka Suryatin; Derri Ris Riana, S.S.; Rissari Yayuk; nFn Jahdiah; Budi Agung Sudarmanto
Naditira Widya Vol 16 No 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v16i2.507

Abstract

Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya, agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern. . The Banjar traditional house "Bubungan Tinggi" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the "Bubungan Tinggi" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the "Bubungan Tinggi" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main construction of the building has its distinct form and function which can be seen in the lexicon of pillars, floors, windows, doors, frames, walls, plinths, roofs, and stairs. Other significant lexicons are seen in the form and function of the rooms, which refer to the terrace, small room, family room, annex, and kitchen. Furthermore, the floral and calligraphic carving motifs used in the “Bubungan Tinggi” house ornaments also have lexicons, with symbolic significance as part of the semantic meaning that refers to the socio-cultural life of the Banjar people. The lexicons of "Bubungan Tinggi" of the Banjar traditional house need to be reintroduced to the public, especially the younger generation, as an effort to revitalize the traditional house and its meaning; hence the “Bubungan Tinggi” will not become extinct and is replaced by modern houses.