Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

KLASIFIKASI DAN FUNGSI PERIBAHASA DALAM MASYARAKAT BANJAR The Classification and Functional of Banjarese’s Proverb. SITI JAMZAROH; Eka Suryatin
Multilingual Vol 20, No 2 (2021): Multilingual
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/multilingual.v20i2.253

Abstract

This study aims to a) describe the classification of Banjar proverbs based on S. Keyzer; and b) describe the function of proverbs in Banjar society. This research is descriptive qualitative. Data collection using SBLC technique and recording technique. The data are in the form of Banjarese proverbs or expressions contained in the book Paribasa Urang by Syamsiar Semar. The data is processed by being classified based on the S. Keyzer grouping. The results showed that based on S. Keyzer's classification, Banjar proverbs were classified as: a) animal proverbs; b) group of plant proverbs; c) group of human proverbs; d) group of kinship proverbs; e) group of body function proverbs; 2) The functions of Banjar proverbs include 1) a mirror or projection of the owner's imagination, 2) a tool for ratifying the institutions of cultural institutions, 3) an educational tool, and 4) a means of suppressing or forcing the implementation of community values (means of social pressure), and controlling behavior. community (exercion social control).Key words: proverbs, education, values
ANALISIS TINDAK TUTUR PADA BALIHO KAMPANYE CALON LEGISLATIF PEMILU TAHUN 2009 DI KALIMANTAN SELATAN Eka Suryatin
UNDAS: Jurnal Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra Vol 12, No 1, (2016)
Publisher : Balai Bahasa Kalimatan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.511 KB) | DOI: 10.26499/und.v12i1.546

Abstract

Abstrak: Penelitian ini membahas bentuk dan maksud tindak tutur pada baliho kampanye legislatif Pemilu tahun 2009 di Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan bentuk dan maksud tindak tutur pada baliho kampanye legislatif Pemilu tahun 2009 di Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan deskriptif  kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik simak dan teknik catat. Sumber data penelitian berupa Buku “Lebih Tepat Lebih Baik: Penggunaan Bahasa Indonesia pada Baliho Kampanye Calon Legislatif Pemilu Tahun 2009”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada baliho kampanye calon legislatif pemilu tahun 2009 di Kalimantan Selatan menggunakan tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Selain itu, tuturan pada baliho juga menggunakan tindak tutur langsung berupa kalimat perintah dan tindak tutur tak langsung berupa kalimat berita.Kata kunci: Bentuk, maksud, tindak tutur, baliho, kampanye. Abstract: This study discusses the shape and purpose of the speech act on a billboard campaign in the 2009 legislative elections in South Kalimantan . The research objective to describe the shape and purpose of the speech act on a billboard campaign in the 2009 legislative elections in South Kalimantan. The method used descriptive qualitative . Data was collected by means of techniques and techniques refer to the note . Source of research data in the form of book " More Right Better : Use of Indonesian on Billboard Campaign Legislative Candidate Election Year 2009 " . The results showed that on a billboard campaign Election candidates in 2009 in South Kalimantan , using locutions speech acts , illocutionary , and perlokusi . In addition, the speech on billboards also uses speech act directly in the form of imperative sentences and indirect speech acts in the form of news sentences .Key words : Form, intention, speech act , billboard , campaign.
ANALISIS SEMANTIK VERBA BERMAKNA 'MENYAKITI' DALAM BAHASA BANJAR Eka Suryatin
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 12, No 1 (2014): METALINGUA, EDISI JUNI 2014
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.326 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v12i1.39

Abstract

TULISAN ini membahas verba yang bermakna 'menyakiti' dalam bahasa Banjar dankomponen makna dari setiap verba tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menguraikandan mendeskripsikan verba yang bermakna 'menyakiti' dalam bahasa Banjar dan komponenmakna dari setiap verba tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.Metode yang digunakan adalah metode simak libat cakap dan teknik cakap. Data penelitiandiambil dari sumber tertulis dan sumber lisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa verbabermakna 'menyakiti' dalam bahasa Banjar berjumlah 32 leksem. Leksem-leksem itudiklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu (1) menyakiti dengan tangan, (2) menyakitidengan kaki, dan (3) menyakiti dengan alat. Verba bermakna 'menyakiti dengan tangan'diklasifikasikan ke dalam 5 kelompok, yaitu 'menarik', 'memukul', 'memelintir','mendorong', dan 'menekan dengan kuat'. Verba bermakna 'menyakiti dengan kaki' terdiriatas 4 leksem, yaitu sépak 'tendang', tinjak 'tendang', jajak 'injak', dan tarajang 'terjang'.Verba bermakna 'menyakiti dengan alat' diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok, yaitu'melempar', 'menusuk', dan 'memukul'.
LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI” Eka Suryatin; Derri Ris Riana, S.S.; Rissari Yayuk; nFn Jahdiah; Budi Agung Sudarmanto
Naditira Widya Vol 16 No 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Tahun 2022
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v16i2.507

Abstract

Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya, agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern. . The Banjar traditional house "Bubungan Tinggi" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the "Bubungan Tinggi" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the "Bubungan Tinggi" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main construction of the building has its distinct form and function which can be seen in the lexicon of pillars, floors, windows, doors, frames, walls, plinths, roofs, and stairs. Other significant lexicons are seen in the form and function of the rooms, which refer to the terrace, small room, family room, annex, and kitchen. Furthermore, the floral and calligraphic carving motifs used in the “Bubungan Tinggi” house ornaments also have lexicons, with symbolic significance as part of the semantic meaning that refers to the socio-cultural life of the Banjar people. The lexicons of "Bubungan Tinggi" of the Banjar traditional house need to be reintroduced to the public, especially the younger generation, as an effort to revitalize the traditional house and its meaning; hence the “Bubungan Tinggi” will not become extinct and is replaced by modern houses.
LEKSIKON, BENTUK DAN FUNGSI RUANG, SERTA MAKNA ORNAMEN RUMAH ADAT BANJAR “BUBUNGAN TINGGI” Eka Suryatin; Derri Ris Riana; Rissari Yayuk; Jahdiah; Budi Agung Sudarmanto
Naditira Widya Vol. 16 No. 2 (2022): Naditira Widya Volume 16 Nomor 2 Oktober Tahun 2022
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah adat Banjar “Bubungan Tinggi” mempunyai bentuk dan bagian-bagian khas yang berbeda dari rumah adat yang lainnya. Meskipun penelitian tentang rumah adat Banjar sudah banyak dilakukan, belum ada yang membahas leksikon-leksikon rumah adat “Bubungan Tinggi” dalam kajian ilmu etnosemantik secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi suatu benda berdasarkan sosial kultural masyarakat penutur bahasa. Secara lebih rinci adalah memahami penggambaran leksikon konstruksi utama bangunan “Bubungan Tinggi” berdasarkan bentuk dan fungsi, wujud leksikon ruangan rumahnya. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Pengolahan data dilakukan dengan teknik identifikasi sesuai dengan aspek yang diteliti, menyeleksi data, mengklasifikasi, menyesuaikan data, membahas, dan terakhir menyimpulkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rumah “Bubungan Tinggi” bercirikan arsitektur rumah panggung, dengan bubungan atap yang tinggi, serta memiliki dua anjung di bagian kiri dan kanan bangunan. Konstruksi utama bangunan memiliki bentuk dan fungsi masing-masing yang khas yang tampak pada leksikon tihang, lantai, lalungkang, lawang, lis, tawing, tataban, atap, dan tangga. Leksikon lain yang signifikan tampak pada bentuk dan fungsi ruangan-ruangannya, yaitu palatar, panampik, palidangan, anjung, padapuran. Selanjutnya, motif ukiran flora dan kaligrafi yang digunakan dalam ornamen rumah “Bubungan Tinggi” pun mempunyai leksikon, dengan makna simbolis sebagai bagian dari makna semantis yang melambangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Banjar. Leksikon”Bubungan Tinggi” perlu diperkenalkan kembali kepada masyarakat khususnya generasi muda, sebagai upaya untuk merevitalisasi kembali rumah adat dan maknanya, agar tidak punah dan tergantikan dengan rumah-rumah modern.The Banjar traditional house "Bubungan Tinggi" has distinctive shapes and parts that are different from other traditional houses. Although much research has been done on Banjar traditional houses, none has discussed the lexicons of “Bubungan Tinggi,” in the study of ethnosemantics particularly. This research aims to determine the description of an object based on the socio-culture of its language speakers. A more elaborate objective is to understand the lexicon depiction of the main construction of the "Bubungan Tinggi" based on the form and function, as well as the lexicon of space within the house. The research uses a qualitative descriptive method, where data collection was carried out by interviews, observation, and literature study. Data processing was carried out using identification techniques according to the aspects studied, selecting data, classifying, adjusting data, discussing, and finally inferring. The study resulted that the "Bubungan Tinggi" house is characterized by the architecture of a stilt house, with a high roof, and has two annexes each on the left and right of the building. The main construction of the building has its distinct form and function which can be seen in the lexicon of pillars, floors, windows, doors, frames, walls, plinths, roofs, and stairs. Other significant lexicons are seen in the form and function of the rooms, which refer to the terrace, small room, family room, annex, and kitchen. Furthermore, the floral and calligraphic carving motifs used in the “Bubungan Tinggi” house ornaments also have lexicons, with symbolic significance as part of the semantic meaning that refers to the socio-cultural life of the Banjar people. The lexicons of "Bubungan Tinggi" of the Banjar traditional house need to be reintroduced to the public, especially the younger generation, as an effort to revitalize the traditional house and its meaning; hence the “Bubungan Tinggi” will not become extinct and is replaced by modern houses.