Elisa Nurul Laili
Universitas Hasyim Asy'ari Tebuireng Jombang

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : MABASAN

DISFEMISME PADA WACANA LINGKUNGAN: SEBUAH KAJIAN EKOLINGUISTIK KRITIS DALAM MEDIA MASSA DI INDONESIA Elisa Nurul Laili
MABASAN Vol. 7 No. 2 (2013): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.934 KB) | DOI: 10.26499/mab.v7i2.175

Abstract

Media massa menggunakan berbagai piranti bahasa untuk mengemas ideologi konstruktif dan destruktif terkait dengan lingkungan, misalnya eufemisme dan disfemisme. Penelitian ini berusaha mengkaji permasalahan kebahasaan yang terdapat dalam wacana lingkungan dalam media massa di Indonesia, yakni mengenai disfemisme. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dari majalah Gatra, Tempo, Trust, harian Kompas, Kabar Indonesia, Media Indonesia, Suara Merdeka, dan Surabaya Pagi, portal Antara, Vivanews, Detiknews, Metronews, dan Okezone menggunakan metode simak, dengan teknik lanjutan berupa teknik catat. Namun, data tersebut dibatasi hanya seputar permasalahan tentang polusi, pencemaran, dan reservasi lingkungan. Analisis data dilakukan menggunakan metode agih dan metode padan dengan teknik lanjutan berupa teknik substitusi dan parafrase. Bentuk satuan ekspresi disfemisme yang digunakan oleh media massa di Indonesia pada wacana lingkungan ada empat macam, yaitu kata, frase, klausa, dan kalimat. Satuan ekspresi yang berbentuk kata, yaitu berupa kata dasar, kata turunan dan kata majemuk.Satuan ekspresi disfemisme berbentuk kata turunan, yaitu kata turunan berkategori nomina, verba, dan ajektiva. Satuan ekspresi disfemisme yang berbentuk frase, yaitu frase nomina, frase ajektiva, dan frase verba. Referensi disfemisme yang ditemukan berkaitan dengan manusia, tumbuhan, binatang, tanah, nuklir dan material beracun, sampah dan limbah, polusi, perusakan habitat alami, kepunahan spesies, dan tabu. Fungsi-fungsi satuan ekspresi disfemisme ada dua belas macam, yaitu (1) mengungkapkan kemarahan atau kejengkelan, (2) mengkritik, (3) menyindir, (4) menuduh atau menyalahkan, (5) mengeluh, (6) menyampaikan informasi, (7) menghina, mengejek atau mempertajam penghinaan, (8) memperingatkan, (9) menunjukkan ketidaksetujuan, (10) menunjukkan rasa tidak suka, (11) melebih-lebihkan, dan (12) menunjukkan bukti.
AN ETHNOSEMANTIC STUDY ON PESANTREN LEXICON AS AN EFFORT FOR CULTIVATING CHARACTER EDUCATION Elisa Nurul Laili; Sakhi Herwiana
MABASAN Vol. 13 No. 2 (2019): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v13i2.261

Abstract

Formal, informal and non-formal educations are major milestones of post-family care that concern with shaping the character of their students. One form of education which has always been the choice of the majority of parents is pesantren education. Tradition in pesantren is a miniature of community tradition that deserves to be called a community which certainly has a major influence on the mindset and behavior of the students and alumni. One of traditions is the usage of a typical pesantren lexicon. The pesantren lexicon is one of the indirect efforts in character-building education. As it is well known, the majority of students in pesantren have good character as one of the goal of education carried out in pesantren. The educational process in the context of a pedagogical social environment such as pesantren is very interesting to be studied further so that it can be carried out also in the scope of other formal, informal, and non-formal education. This research is conducted to study the pesantren lexicons as an effort to plant character education in pesantren. This research usees ethnolinguistics theory by applying descriptive qualitative design.