Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS CAMPUR KODE OLEH TOKOH-TOKOH DALAM FILM LA HILA DONGGO KARYA ARY IPAN Busairi Sakban; Mintowati Mintowati; Dianita Indrawati
MABASAN Vol. 14 No. 2 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i2.344

Abstract

Campur kode dalam film tentu menarik untuk dikaji. Salah satunya film La Hila Donggo yang berasal dari Bima, diangkat dari cerita daerah setempat dengan memadukan unsur bahasa Bima dengan bahasa Indonesia serta memiliki nilai-nilai yang patut dipelajari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk campur kode dalam film La Hila Donggo serta faktor penyebab terjadinya campur kode. Penulisan artikel ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode simak dan menggunakan teknik catat untuk memperoleh data lisan. Adapun analisis data menggunakan metode padan dengan menggunakan teknik hubung banding menyamakan. Langkah-langkah dalam analisis data yaitu, menampilkan data bentuk campur kode, menganalisis bentuk campur kode, mengklasifikasikan bentuk campur kode, menyamakan bentuk campur kode yang sesuai dengan artinya, dan menarik kesimpulan bentuk campur kode. Adapun hasil penelitian ini ditemukan 28 bentuk campur kode ke dalam mencakup kata 17 data seperti, ori,santabe, ina, nami, nahu, mada, nggomi, ompu. Kemudian frasa 7 data seperti, dou Donggo, dana Mbojo, ana mone, lenga mada. Selanjutnya, klausa 4 data seperti, hademu nahu lenga, lao nggomi, nahu eda, lembo ade ana. Selanjutnya, adapun faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode yang terjadi dalam film La Hila Donggo meliputi, (a) faktor kebahasaan, (b) faktor kebiasaan, dan (c) faktor sikap penutur.
Bahasa Ciacia Dan Aksara Kontemporernya Kisyani Laksono; yunisse fendri; Dianita Indrawati
Jurnal Budaya Nusantara Vol 1 No 1 (2017): NUSANTARA & KONTEMPORER
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol1.no1.a991

Abstract

The Ciacia language is a regional language in Indonesia that has used Hangul Korean characters since2008. Before using Hangul script, Ciacia language used Wolio script (but later did not match) and then used Hangulscript. Therefore, in the Ciacia language, Hangul characters can be called contemporary charact ers. This paper aims tofind the right script for the language. The method of study is a comparison method. Comparative study of three letters:Wolio, Latin, and Hangul indicate that Latin characters can be used to write the Ciacia language.
REFLEKSI KONSONAN PROTOAUSTRONESIA MENJADI KONSONAN RANGKAP HOMORGAN BAHASA MADURA [Reflection Protoaustronesian to Consonant Cluster Homorgan in Madurese Language] Dianita Indrawati
TOTOBUANG Vol. 4 No. 2 (2016): TOTOBUANG, EDISI DESEMBER 2016
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.477 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v4i2.23

Abstract

This paper discussdabout consonant reflection of Proto-Austronesian that became consonant cluster of homorgan Madurese language in comparative historical linguistic perspective. In the language of Madura, consonant cluster or clusters have homorgan and duplicate identical. It mean that, the double consonants are the same consonants. Consonant cluster was a reflection of a single consonant and consonant cluster Proto-Austronesian. Almost all consonants in the language of Madura was  consonant cluster identity. The Reflection consonant of Proto-Austronesian which became consonant cluster ofMadurese language can be seen through  analogy, assimilation, dissimilation, linear inheritance, and inheritance with the changes.Makalah ini membahas refleksi konsonan Proto-Austronesia menjadi konsonan rangkap homorgan bahasa Madura dalam perspektif linguistik historis komparatif.  Dalam bahasa Madura, konsonan rangkap atau gugus konsonan ada yang yang homorgan dan rangkap identik. Artinya, konsonan rangkap itu merupakan konsonan yang sama.  Konsonan rangkap tersebut merupakan refleksi dari konsonan tunggal dan konsonan rangkap Proto-Austronesia.  Hampir semua konsonan dalam bahasa Madura merupakan konsonan rangkap identik. Refleksi konsonan Proto-Austronesia menjadi konsonan rangkap bahasa Madura dapat melalui analogi, asimilasi, disimilasi, pewarisan linier, dan pewarisan dengan perubahan.