Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Rumah Singgah Kemah Berkah Sebagai Wadah Penginjilan Dan Penerapan Diakonia Transformatif GKII Di Wilayah Batulicin Fajar Gumelar; Hengki Wijaya; Ezra Tari
KINAA: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat Vol. 1 No. 2 (2020): Kinaa: Jurnal Kepemimpinan Kristen dan Pemberdayaan Jemaat. Vol 1, No 2, Desemb
Publisher : IAKN TORAJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/kinaa.v1i2.15

Abstract

Abstract: The study of this paper originated from the author's anxiety about the appropriate method of training church members. The author tries to provide a new perspective in the formation of new members of the congregation in the form of transformative deacons. The author offers another way of evangelizing and developing a deacon, namely, a shelter for camps. The author uses a descriptive approach to narrating the facts in the field. Data is collected, reduced and then analyzed so that conclusions are drawn from the facts found. The result was that the halfway house had become a place to preach the gospel in the interior of Mount Meratus. This tent house is a learning space for children to know Christ. A halfway house is a place for children to be guided with skills and independence in various daily activities to become human beings with integrity. The facts found in the field show that there are still many children who come from Christian families who do not understand life as a good Christian. The halfway house, the blessed tent, is present not only as a place for learning for children but for parents as well—a halfway house to help children attend. Children are invited to help others in need.  Keywords: Halfway House, Evangelism, Transformative Diaconia  Abstrak: Kajian tulisan ini berawal dari kegelisahan penulis mengenai metode yang tepat dalam pembinaan warga jemaat. Penulis berusaha memberi perspektif baru dalam pembinaan warga jemaat yang baru dalam bentuk diakonia transformatif. Penulis menawarkan cara lain dalam penginjilan dan pengembangan diakonia yakni rumah singgah kemah. Penulis menggunakan pendekatan dekrriptif untuk menarasikan fakta yang ada di lapangan. Data dikumpulkan, direduksi kemudian dianalisis sehingga ditarik kesimpulan dari fakta yang ditemukan. Hasil yang ditemukan adalah rumah singgah telah menjadi tempat mewartakan injil di pedalaman gunung Meratus. Rumah kemah ini menjadi ruang belajar anak-anak untuk mengenal Kristus. Rumah singgah adalah tempat anak-anak dibimbing keterampilan, kemandirian dalam berbagai kegiatan sehari-hari dengan tujuan supaya menjadi manusia yang berintegritas. Kenyataan ditemukan di lapangan memperlihatkan bahwa masih bayak anak yang berasal dari keluarga Kristen belum memahami hidup sebagai orang Kristen yang baik. Rumah singgah kemah berkah hadir tidak hanya sebagai wadah belajar anak-anak tetapi orang tua juga. Rumah singgah membantu anak dapat madiri. Anak-anak diajak untuk membantu orang lain dalam kekurangan.  Kata Kunci: Rumah Singgah, Penginjilan, Diakonia Transformatif
Peran Gereja Masa Kini Menyikapi Teologi Pembebasan Gutiérrez Fajar Gumelar; Hengki Wijaya
BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual Vol 2, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/b.v2i1.69

Abstract

The background of Latin American society in the past who were familiar with the hegemony of power of the bourgeoisie caused concern in the hearts of Christian theologians at the time. This concern finally gave birth to a theological model known as Liberation Theology. Liberation Theology is a praxis-oriented theological model, namely real action for the liberation of marginalized, poor and oppressed people. But the thought of Marxism influenced the concept of Liberation Theology so that the theological model was more like a destructive ideology. Bringing the concept of Liberation Theology to the light of the word of God is the right action for the church today in responding to the Liberation Theology. The aim is to analyze the contents of Liberation Theology, and how should the role of the church address the Liberation Theology, and apply liberation theology in everyday life. The method used is an explanatory qualitative approach to the role of the church in response to Liberation Theology.Abstrak: Latar belakang masyarakat Amerika Latin di masa lampau yang akrab dengan hegemoni kekuasaan kaum borjuis menyebabkan timbulnya keprihatinan dalam hati para teolog Kristen kala itu. Keprihatinan ini akhirnya melahirkan suatu model teologi yang dikenal dengan nama Teologi Pembebasan. Teologi Pembebasan adalah model teologi yang berorientasi pada praksis, yaitu tindakan nyata untuk pembebasan kaum termarginalkan, miskin dan tertindas. Akan tetapi pemikiran Marxisme turut memengaruhi konsep Teologi Pembebasan sehingga model teologi ini lebih mirip ideologi yang destruktif. Membawa konsep Teologi Pembebasan kepada terang firman Tuhan adalah tindakan yang tepat bagi gereja masa kini dalam menyikapi Teologi Pembebasan. Tujuan tulisan ini adalah menganalisis isi Teologi Pembebasan, dan bagaimana seharusnya peran gereja menyikapi Teologi Pembebasan tersebut, dan menerapkan teologi pembebasan dalam kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang bersifat eksplanatori tentang peran gereja menyikapi Teologi Pembebasan.
Membangun Indonesia dalam Perspektif Teologi Mala’bi’ Agustinus Agustinus; Fajar Gumelar
Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jitpk.v3i2.774

Abstract

Abstrak Kesatuan masyarakat Indonesia yang majemuk, yang terbangun dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, tidaklah lepas dari ancaman dan risiko perpecahan oleh ambisi pihak atau kelompok tertentu yang anti pluralisme. Oleh karena itu penting untuk selalu membangun konsep, pemahaman dan pengajaran yang dapat merangsang dan mengokohkan kebersatuan masyarakat dalam kepelbagaian itu, demi keberlangsungan kehidupan Indonesia sebagai sebuah negara. Konsep mala’bi’ dalam masyarakat Toraja dapat diterapkan dalam upaya membangun Indonesia yang menjunjung nilai-nilai lokal tentang kebaikan dan kemuliaan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan kajian literatur pada konsep teologi mala’bi’ dan penelitian survei pada implementasi dalam konteks masyarakat Tana Toraja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai spiritual dari kata mala’bi mengajarkan dan mengajak masyarakat untuk  senantiasa meneruskan dan menerapkan hal-hal rohani atau spiritual dalam kehidupan. (2) Kata mala’bi’ ini harus menjadi moto dan motivasi bagi masyarakat untuk selalu mengupayakan perbuatan yang baik dan mulia, sehingga senantiasa tercipta penilaian dan perlakuan yang baik terhadap satu sama lain dalam interaksi masyarakat. (3) Penggunaan kata ini menunjukkan rasa bangga dan hormat terhadap karya cipta Tuhan, yang ditunjukkan dengan memelihara lingkungan atau alam sekitar. (4) Istilah mala’bi’ yang juga menunjukkan kekudusan dan kesucian dari benda-benda akan membantu menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk menjaga dan melestarikan benda-benda dan situs-situs peninggalan budaya atau sejarah, sebagai bagian dari kekayaan alam dan budaya Indonesia. (5) Dalam penggunaannya untuk manusia, kata mala’bi’ ini hanya ditujukan kepada orang-orang yang menjaga kehidupannya, yang tidak melanggar aturan baik adat maupun pemerintah. Orang yang mala’bi adalah orang yang mempertahankan kemuliaan Tuhan dalam kehidupannya, menghargai adat budaya dan aturan kehidupan lainnya.