This Author published in this journals
All Journal Jurnal Dedikasi
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PREV PREVALENSI ALENSI PENY PENYAKIT AKIT CACING MA MATA (OXYSPIRURIASIS) PADA AY AYAM AM BURAS DI MALANG DAN UP UPAYA PENGOBA PENGOBATANNY ANNY ANNYA Drh. Lili Zalizar, MS; Ir. Listiari Hendraningsih, MP; Ir. Suyatno, M.Si
Jurnal Dedikasi Vol. 1 No. 1 (2004): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v1i1.913

Abstract

Kegiatan dilaksanakan di 5 desa dan 2 tempat pemotongan ayam di KabupatenMalang. Kegiatan ini meliputi penyuluhan baik secara individual dan komunal,pengamatan pengobatan pada ayam yang terinfeksi dan monitoring.Jenis ayam yang diamati terdiri dari beberapa ayam buras yaitu: ayam jawa,arab, kate, kedu dan Bangkok dengan jumlah 488 ekor.Respon peternak terhadap penyuluhan cukup baik, karena merupakan informasibaru dan juga obat yang dibutuhkan murah.Hasil pengamatan menunjukkan bahwa angka prevalensi oksispiruriasis diKabupaten Malang adalah 4,71 % (23 dari 488 ekor ayam). Prevalensi tertinggiterjadi pada ayam jawa 95,65 % (22 dari 23 ekor ayam), dan pada umur 3-12 bulan95,65 % (22 dari 23 ekor ayam).Rendahnya nilai prevalensi oksispiruriasis di Kabupaten Malang erat kaitannyadengan sanitasi kandang yang sudah baik dan pengamatan pada musim kemarau.
PENINGKA PENINGKATAN AN PRODUKSI BIBIT AYAM AM LURIK MELALUI PENERAP PENERAPAN AN INSEMINASI BUA BUATAN Ir. Suyatno, M.Si
Jurnal Dedikasi Vol. 1 No. 1 (2004): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v1i1.919

Abstract

Selama ini peternak pembibit ayam lurik belum mengetahui teknologi inseminasibuatan. Hal ini menyebabkan usaha yang dikelolah kurang efisien. Denganmenerapkan perkawinan alam, maka peternak harus menambah jumlah pejantanuntuk mempertahankan fertilitas telur yang tinggi. Peternak biasanya memeliharaayam jantan dan betina dengan rasio 1 : 4,5 sampai 1 : 5. Hal ini jelas tidak efisiendan mengalami pemborosan.Untuk itu perlu inofasi teknologi, khususnya yang terkait dengan efisiensidalam usaha pembibitan ayam. Salah teknologi yang mungkin dapat diterapkanadalah inseminasi buatan. Teknologi ini termasuk sederhana, karena hanya perlumemperbanyak latihan. Cara pelaksanaan mudah dipelajari, bahkan bagi peternakyang belum tahu sekalipun.Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan 2 peternak diwilayah Batu, yaituP. Suhadi (Pendem) dan P. Rusdiyanto (Kajang). Kedua peternak ini memangmemelihara ayam lurik untuk tujuan menghasilkan DOC yang akan dijual. Selamaini mereka menerapkan kawin alami pada ayamnya. Peternak ini selanjutnyadilatih IB dengan materi : manajemen pemeliharaan ayam lurik, manajemenReproduksi ayam lurik, teori IB dan praktek IB. Pelatihan dilaksanakan selama 4bulan efektif dengan metode ceramah, demo dan praktek langsung (Learning bydoing). Pemberian materi yang bersifat teori dilakukan dengan metode ceramahinformal. Peternak sebelumnya diberi modul untuk dipelajari sebelumnya. Teoriyang diberikan ini diharapkan memberi bekal sebelum melakukan praktek IB.Khusus untuk materi inseminasi buatan dilakukan dengan urutan sebagai berikut:pembekalan teori, demo oleh pelakasana, praktek langsung oleh peternak danmonitoring.Setelah mengikuti program ini, peternak memperoleh beberapa pengetahuanpenting yang berkaitan dengan usaha pembibitan ayam lurik. Beberapa pengetahuanyang diperoleh oleh peternak adalah : cara mengelolah (manajemen ) pemeliharaanayam lurik yang benar, cara meningkatkan fertilitas dan daya tetas telur sertameningkatkan jumlah DOC hidup hingga siap jual, Pengetahuan tentang inseminasibuatan, serta ketrampilan melakukan inseminasi buatan pada ayam. Sebelummengikuti program, peternak tidak tahu dan tidak mampu melaksanakan inseminasibuatan pada ayam. Tetapi setelah dilakukan pelatihan, peternak akhirnya mampumendapatkan pengetahuan dan sekaligus mampu melaksanakan inseminasi buatanpada ayam. Tahap yang paling sulit dalam melaksanakan inseminsi buatan menurutpeternak adalah cara mengeluarkan semen ayam jantan. Kesulitan kedua yangdirasakan peternak adalah memasukkan semen kedalam saluran reproduksi ayambetina. Melalui latihan yang terus – menerus, akhirnya sekarang peternak mampumelakukan inseminasi buatan dengan baik. Peternak memang belum dapatmenerapkan langsung diusahanya, tetapi setidaknya mereka akan menerapkaninseminasi buatan ayam ini pada waktu yang akan datang setelah merka mampumengerjakan ide dengan sempurna.Kesimpulan yang diperoleh dari program ini adalah bahwa peternak terbuka danmau menerima masukan teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha ayamluriknya. Peternak juga berhasil memperoleh pengetahuan baru, baik yang terkaitdengan inseminasi buatan maupun pengetahuan dasar lain yang terkait denganpengelolaan usaha pembibitan ayam lurik. Oleh karena peternak belum menerapkanteknologi IB, maka kami sarankan agar peternak segera menerapkan teknologiinseminasi buatan yang diperolehnya untuk meningkatkan efisiensi usaha.