Kekerasan seksual terhadap perempuan merupakan bentuk ketimpangan relasi kuasa atau ketidakadilan gender antar perempuan dan laki-laki yang terjadi di dalam ranah domestik maupun di dalam ranah publik. Isu kekerasan seksual tidak hanya menjadi persoalan individu, tapi persoalan global yang menuntut banyak golongan ikut andil di dalamnya, termasuk media massa. Oleh karena itu, di dalam membuat pemberitaan mengenai kekerasan seksual, media massa sebagai the fourth estate harus berperan sebagai pembentuk nilai kesetaraan di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konstruksi wacana kekerasan seksual terhadap perempuan dalam pemberitaan Republika Online (ROL). Peneliti menggunakan analisis wacana model Roger Fowler dkk, yang memandang bahasa sebagai praktik ideologi tertentu untuk membatasi pandangan khalayak terhadap sebuah realitas dengan menganalisis dimensi kosakata dan tata bahasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengumpulkan data dengan melakukan observasi dan dokumentasi terhadap sepuluh berita tentang kekerasan seksual terhadap perempuan di ROL periode 23 November 2020 hingga 10 Maret 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROL tidak berpihak kepada perempuan sebagai korban. Hal ini ditandai dengan marginalisasi posisi perempuan yang dominan dalam pemberitaan baik dari segi penamaan maupun penggambaran peristiwa kekerasan seksual. Marginalisasi tersebut tergambar dalam bentuk penggunaan kalimat pasif, nominalisasi, eufemisme, penamaan tidak mandiri dan sebagainya, yang justru akan melemahkan posisi perempuan dalam pemberitaan.