Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN PARADIGMA INKLUSIF MENUJU MASYARAKAT HARMONI PADA SEKOLAH UMUM DI KOTA BIMA-NTB. Irwan, Irwan
Fitrah Vol 9 No 2 (2018)
Publisher : STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.104 KB)

Abstract

Perwujudan kehidupan yang berbudaya toleransi merupakan sebuah keharusan, hal ini patut diapresiasi oleh berbagai elemen masyarakat terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Pendidikan agama berwawasan multikultural sangat tepat digunakan untuk mengembangkan berbagai budaya yang baik, misalnya pluralisme, inklusifisme dan dialog yang kontinyu antar umat beragama, lebih-lebih antar umat seagama. Sehingga diharapkan seluruh masyarakat kota Bima lebih khusus para pelajar memiliki wawasan, pemahaman dan sikap bersedia menerima perbedaan, yang pada akhirnya mereka bisa menghargai antara yang satu dengan lainya. Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah salah satu model pembelajaran yang dikaitkan dengan keragaman yang ada, baik suku, budaya, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dijumpai di sekolah-sekolah umum yang ada di Kota Bima, yang di dalam satu kelas terdiri dari berbagai siswa yang sangat beragam (suku, ras dan agama). Oleh sebab itu, pendidikan agama berwawasan multikultural sangat menarik untuk diteliti dalam rangka membangun paradigma inklusif menuju masyarakat harmoni pada sekolah umum di kota bima. Dengan adanya pendidikan agama Islam berwawasan multikultural ini diharapkan akan menjadi solusi terhadap berbagai konflik antar kelompok, golongan, mazhab, dan antar agama yang terjadi selama ini. Oleh karena itu, Pendidikan Agama berwawasan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah dan kampung khususnya di kota Bima. Penelitian ini bersifat lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan etnografi dan fenomenologi. Penyajian data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu berusaha mendeskripsikan kegiatan pendidikan agama berwawasan multikultural di kota Bima, yang meliputi kegiatan pembelajaran, pemahaman para pendidik tentang pendidikan agama berwawasan multikultural. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi, yakni dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi serta studi pustaka, dengan harapan bahwa penelitian tentang urgensi pendidikan agama berwawasan multikultural ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam mengembalikan corak kehidupan masyarakat kota Bima yang ramah, aman, harmonis, sejahtera dan makmur yang dibingkai oleh semboyan hidup ?Maja Labo Dahu?. Wilayah Bima tidak hanya dikenal sebagai daerah yang menjadi zona merah kekerasan horizontal, tetapi juga menjadi lokasi tumbuh suburnya gerakan keagamaan yang mengarah pada terorisme. Disamping itu, pada dasarnya Bima juga memiliki potensi damai yang dapat dijadikan landasan untuk pengembangan peace building dalam membentuk masyarakat yang damai dan sejahtera sesuai dengan misi Islam yaitu rahmatan lil?alamin.  
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN PARADIGMA INKLUSIF PADA SEKOLAH UMUM DI KOTA BIMA Irwan Irwan
Kreatif: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam Vol 18 No 1 (2020): Januari
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Tarbiyah IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/kreatif.v18i1.364

Abstract

Pendidikan agama berwawasan multikultural sangat tepat digunakan untuk mengembangkan berbagai budaya yang baik, misalnya pluralisme, inklusifisme dan dialog yang kontinyu antar umat beragama, lebih-lebih antar umat seagama. Sehingga diharapkan seluruh masyarakat kota Bima lebih khusus para pelajar memiliki wawasan, pemahaman dan sikap bersedia menerima perbedaan, yang pada akhirnya mereka bisa menghargai antara yang satu dengan lainya.Pendidikan agama berwawasan multikultural dapat menjadi salah satu model pembelajaran yang dikaitkan dengan keragaman yang ada, baik suku, budaya, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dijumpai di sekolah-sekolah umum yang ada di Kota Bima, yang di dalam satu kelas terdiri dari berbagai siswa yang sangat beragam (suku, ras dan agama). Oleh sebab itu, pendidikan agama berwawasan multikultural sangat menarik untuk diteliti dalam rangka membangun paradigma inklusif menuju masyarakat harmoni pada sekolah umum di kota bima. Dengan adanya pendidikan agama Islam berwawasan multikultural ini diharapkan akan menjadi solusi terhadap berbagai konflik antar kelompok, golongan, mazhab, dan antar agama yang terjadi selama ini. Oleh karena itu, Pendidikan Agama berwawasan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah dan kampung khususnya di Kota Bima.
KIPRAH TUAN GURU HAJI ABUBAKAR HUSAIN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI BIMA-NTB Irwan Irwan; Ihwan P Syamsuddin; Abdussahid Abdussahid; Umar Umar
TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol 5 No 1 (2021): April
Publisher : LP2M IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/tadjid.v5i1.633

Abstract

Bima merupakan daerah dengan basis mayoritas penduduknya beragama Islam yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat. Dalam konteks keagamaan, sejak dahulu masyarakat Bima dikenal dengan kelompok masyarakat yang taat beragama dan ahli dalam ilmu agama. Sehingga telah memunculkan berbagai tokoh dan ulama Nusantara di antaranya Syaikh Abdul Ghoni Bima (Guru Besar Madrasah al- Haramain) yang menjadi guru para tokoh- tokoh ulama ternama di Indonesia seperti KH. Hasyim Asy’ari. Meksipun demikian, pendidikan Islam tidak begitu berkembang di wilayah ini, sampai pada saat munculnya TGH. Abubakar Husain sebagai salah satu tokoh yang menginspirasi pengembangan pendidikan Islam di Bima. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dalam hal ini adalah data deskriptif tentang tokoh dengan pendekatan phenomenologist, pendekatan ini digunakan karena segala aspek yang berupa ide, gagasan dan kiprah TGH. Abubakar Husain dalam pengembangan pendidikan Islam dapat diteliti dan dicermati secara utuh. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, interview in-depth, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis secara berkesinambungan, yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini untuk menguji keabsahan data menggunakan satu teknik yaitu triangulasi, peneliti menggunakan dua teknik triangulasi yaitu; teknik triangulasi sumber dan teknik triangulasi metode. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) bentuk-bentuk pengembangan dilakukan oleh TGH. Abubakar Husain yaitu; (a) Membentuk Pengajian di rumah (b) membentuk lembaga/yayasan pendidikan Islam (c) membangun pondok pesantren (d) membangun madrasah dan sekolah (e) membangun majelis taklim al-Qur’an dan (f) membangun TPQ/BSTQ.
AGAMA VS ILMU AGAMA: SEBUAH PEMBACAAN TEORI EPISTEMOLOGIS ABDUL KARIM SOROUSH Abu Sufyan; Irwan Irwan
TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol 6 No 1 (2022): April
Publisher : LP2M IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/tadjid.v6i1.734

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan teori penyusutan dan pengembangan yang digagas Abdul Karim Soroush dalam konteks historis dan fungsional. Tulisan ini disusun berdasarkan penelitian pustaka dengan membaca dan menganalisis kritis di antara karya intelektual asal Iran ini dan tulisan-tulisan lainnya yang memiliki tema serupa. Dengan mengambil wilayah pembahasan historis, tulisan ini menyimpulkan bahwa teori epistemologis Soroush tidak hanya bekerja untuk membedakan agama dengan ilmu agama: melainkan bagaimana ia juga mencoba mendamaikan dunia(wi) dan ukhra(wi) sebagai tindak lanjut dari gagasan kaum revivalis yang (menurutnya) belum matang sempurna. Kata kunci: penyusutan dan pengembangan, agama, ilmu agama.
URGENSI PENDIDIKAN AGAMA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN PARADIGMA INKLUSIF MENUJU MASYARAKAT HARMONI PADA SEKOLAH UMUM DI KOTA BIMA-NTB. Irwan Irwan
Fitrah Vol 9 No 2 (2018)
Publisher : Prodi PAI STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47625/fitrah.v9i2.137

Abstract

Perwujudan kehidupan yang berbudaya toleransi merupakan sebuah keharusan, hal ini patut diapresiasi oleh berbagai elemen masyarakat terlebih lagi dalam dunia pendidikan. Pendidikan agama berwawasan multikultural sangat tepat digunakan untuk mengembangkan berbagai budaya yang baik, misalnya pluralisme, inklusifisme dan dialog yang kontinyu antar umat beragama, lebih-lebih antar umat seagama. Sehingga diharapkan seluruh masyarakat kota Bima lebih khusus para pelajar memiliki wawasan, pemahaman dan sikap bersedia menerima perbedaan, yang pada akhirnya mereka bisa menghargai antara yang satu dengan lainya. Pendidikan agama berwawasan multikultural adalah salah satu model pembelajaran yang dikaitkan dengan keragaman yang ada, baik suku, budaya, agama, bahasa, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dijumpai di sekolah-sekolah umum yang ada di Kota Bima, yang di dalam satu kelas terdiri dari berbagai siswa yang sangat beragam (suku, ras dan agama). Oleh sebab itu, pendidikan agama berwawasan multikultural sangat menarik untuk diteliti dalam rangka membangun paradigma inklusif menuju masyarakat harmoni pada sekolah umum di kota bima. Dengan adanya pendidikan agama Islam berwawasan multikultural ini diharapkan akan menjadi solusi terhadap berbagai konflik antar kelompok, golongan, mazhab, dan antar agama yang terjadi selama ini. Oleh karena itu, Pendidikan Agama berwawasan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah dan kampung khususnya di kota Bima. Penelitian ini bersifat lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan etnografi dan fenomenologi. Penyajian data dalam penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu berusaha mendeskripsikan kegiatan pendidikan agama berwawasan multikultural di kota Bima, yang meliputi kegiatan pembelajaran, pemahaman para pendidik tentang pendidikan agama berwawasan multikultural. Sedangkan untuk pengumpulan data dilakukan dengan metode triangulasi, yakni dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi serta studi pustaka, dengan harapan bahwa penelitian tentang urgensi pendidikan agama berwawasan multikultural ini dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam mengembalikan corak kehidupan masyarakat kota Bima yang ramah, aman, harmonis, sejahtera dan makmur yang dibingkai oleh semboyan hidup “Maja Labo Dahu”. Wilayah Bima tidak hanya dikenal sebagai daerah yang menjadi zona merah kekerasan horizontal, tetapi juga menjadi lokasi tumbuh suburnya gerakan keagamaan yang mengarah pada terorisme. Disamping itu, pada dasarnya Bima juga memiliki potensi damai yang dapat dijadikan landasan untuk pengembangan peace building dalam membentuk masyarakat yang damai dan sejahtera sesuai dengan misi Islam yaitu rahmatan lil’alamin.
PENGUATAN PERAN DAKWAH MAJELIS TA’LIM AN-NUR DESA ROMPO KECEMATAN LANGGUDU KABUPATEN BIMA Irwan Irwan; Ade Rahman; Syarif Hidayatullah; Mei Indra Jayanti
Taroa: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2022): Januari
Publisher : LPPM IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.247 KB) | DOI: 10.52266/taroa.v1i1.761

Abstract

Majelis tak’lim sebagai lembaga lembaga pendidikan non formal berkembang pesat di indonesia. Baik di kota-kota besar maupun di desa pasti terdapat mejelis taklim yang kebanyakan didominasi perempuan terutama kaum ibu. Belakangan banyak ibu-ibu yang mengikuti pengajian menggunakan seragam yang sama dan menunjukan ciri khas majlis taklimnya masing-masing. Majelis taklim bukan hanya bergerak dalm bidang keagamaan saja melainkan juga dibidang sosial dan budaya. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sebagai suatu proses penguatan peranan para ibu-ibu majelis ta’lim dalam melakukan dakwah Islam yang berbasis pada gerakan amar ma’ruf nahi munkar terhadap generasi perempuan terutama para remaja putri dalam kehidupan sosial masyarakat khusus di Desa Rompo Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan pada saat pendampingan kegiatan KKN-PAR melalui pelaksanaan seminar dan FGD bersama pengurus majelis ta’lim An-Nur Desa Rompo Kecematan Langgudu. Pengabdian inipun berorientasi pada penguatan pemahaman Islam dan strategi dakwah bagai para ibu-ibu majelis Ta’lim An-Nur Desa Romo Kecamatan Langgudu, sehinggga diharapkan mampu mengambil peranan dalam pengembangan kehidupan Islami bagi para kaum perempuan khusnya Desa Rompo Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima.
KEUNGGULAN PROGRAM BAITUL QUR’AN WAL HUFADZ DAN PENGARUHNYA BAGI KURIKULUM FORMAL DI MTS AL HUSAINY KOTA BIMA Irwan Irwan; Ainun Fitri; Salahuddin Salahuddin
Kreatif: Jurnal Pemikiran Pendidikan Agama Islam Vol 20 No 2 (2022): Juli
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Islam Tarbiyah IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/kreatif.v20i2.1189

Abstract

Dewasa ini, di Indonesia telah tumbuh subur lembaga-lembaga Islam yang mendidik para santri untuk mampu menguasai ilmu Al-Qur’an secara mendalam, disamping itu juga ada yang mendidik santrinya untuk menjadi Qori-Qoriah, hafidz dan hafidzah. Namun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Baitul Qur’an wal hufadz yang memperbolehkan siswa/siswi MTS Al-Husainy untuk meninggalkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan ketentuan yang telah berlaku. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari ketua lembaga Baitul Qur’an wal hufadz Kota Bima, guru yang mengajar di MTS Al-Husainy, guru yang mengajar di Baitul Qur’an wal hufadz Kota Bima, dan proses pembelajaran di Baitul Qur’an wal hufadz Kota Bima. Tehnik pengumpulan data menggunakan tehnik observasi, tehnik wawancara dan tehnik dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan tehnik reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa : 1. keunggulan program Baitul Qur’an wal hufadz di MTS Al-Husainy yaitu: A. Para santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta menguasai hukum-hukum Tajwid. B. Para santri menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar. C. Para santri mengerti makna kandungan Al-Qur’an sampai memahami tafsir Al-Qur’an. D. Para santri mampu mengamalkan makna kandungan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Pengaruh program Baitul Qur'an wal Hufadz bagi kurikulum formal di MTS Al-Husainy yaitu dari aspek kehadiran, ilmu pengetahuan bidang lainnya dan penilaian formal.
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENGATASI MASALAH KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 2 WOHA Irwan Irwan; Rini Purnama
Fitrah Vol 13 No 2 (2022): December
Publisher : Prodi PAI STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47625/fitrah.v13i2.409

Abstract

This study aims to find out how forms of student delinquency can harm themselves and the school. Knowing the factors that influence student delinquency at SMAN 2 Woha and how the efforts of Islamic Religious Education teachers deal with student delinquency at SMAN 2 Woha. This research is a descriptive qualitative research, namely research that has the aim of understanding the phenomena experienced by research subjects, for example behavior, perceptions and actions. Data collection techniques in the form of observation methods, interview methods / interviews, documentation methods. Data analysis techniques are interviews, reduction, display and triangulation. The results of this study indicate that the forms of student delinquency at SMAN 2 Woha are skipping school or not going to school without explanation, damaging and contaminating school items or facilities, stealing the property of friends and fighting with friends at school and then inviting members from outside. The results of this study indicate that (1) There are several forms of efforts made by Islamic Religious Education teachers in overcoming student delinquency, namely collaborating with BK teachers, student assistants, homeroom teachers and school principals with three phases, the first is preventive action, the second is repressive and the third is curative . (2) There are several factors that support the efforts of the PAI teacher, including the existence of good cooperation that exists between parents of students and teachers (the school). The role of parents is very large for the achievement of the efforts made by PAI teachers. While the factors that hinder PAI teachers in their efforts to overcome student delinquency include the lack of awareness of students to comply with school regulations and the lack of supervision from parents regarding student association.
Level of Exposure Elementary School Teachers to the Implementation Merdeka Curriculum Umar Umar; Syarifuddin Syarifuddin; Mei Indra Jayanti; Irwan Irwan; Indrawan Indrawan
Al-Hayat: Journal of Islamic Education Vol 8 No 3 (2024): Al-Hayat: Journal of Islamic Education
Publisher : Al-Hayat Al-Istiqomah Foundation collab with Letiges

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35723/ajie.v8i3.571

Abstract

This research examines the exposure and adaptation of prospective elementary school teachers in Bima City to the Merdeka Curriculum, focusing on how these teachers receive information about the curriculum, the training they undergo, and their classroom implementation practices, while also identifying factors that support or hinder the successful adoption of this curriculum. The study employed a descriptive survey method with a quantitative approach, using an electronic questionnaire to collect and analyze data from 44 prospective elementary school teachers at Muhammadiyah Bima University, assessing their perceptions and exposure to the Merdeka Curriculum through descriptive statistics and percentage analysis. Survey results indicate that prospective elementary school teachers in Bima have limited understanding of the Merdeka Curriculum, with only a small percentage having high exposure to it. The study highlights that while 51% of students have moderate exposure, a significant number face challenges in implementing the curriculum effectively due to inadequate resources and practical experience. To address these issues, it is crucial for educational institutions to enhance support through training, resources, and practical experiences, ensuring that prospective teachers are well-prepared to implement the Merdeka Curriculum successfully. This study sheds light on the understanding and exposure to the Merdeka Curriculum among prospective teachers in Bima, revealing a significant gap between theoretical knowledge and practical application. It highlights the urgent need for improved institutional support, including targeted training and better resources, to effectively prepare future educators for implementing the curriculum. The findings offer practical recommendations for enhancing teacher preparation and contribute to the broader discussion on curriculum implementation.