Yuyun Widaningsih
Bagian Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas, Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Kadar Interleukin-18 (Il-18) Serum dan Laju Filtrasi Glomerulus (GFR) Pada Obesitas Sentral dan Non Obesitas Sentral Chika Pratiwi; Yuyun Widaningsih; Liong Boy Kurniawan
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 2 (2021): August
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i2.451

Abstract

Interleukin-18 adalah proinflmasi dihasilkan di glomerulus, meningkat pada keadaan sindrom metabolik diawali dengan obesitas, diekskresikan setelah cedera iskemik ginjal. IL-18 merupakan biomarker untuk mendiagnosis kerusakan ginjal akut. Laju filtrasi glomerulus (LFG) adalah salah satu biomarker untuk menilai fungsi ginjal. Tujuan menganalisis kadar IL-18 dan LFG pada obesitas dan non obesitas sentral. Penelitian cross sectional, Sampel terdiri atas 40 subjek obesitas sentral dan 33 subjek non obesitas sentral. Kadar IL-18 serum diperiksa dengan kit human IL-18 dengan metode ELISA dan kreatinin serum menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer ABX Pentra. Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap kadar Interleukin-18 antara kelompok obesitas sentral dan non obesitas sentral (p=0,576) sedangkan nilai LFG pada subjek obesitas sentral memiliki nilai rerata yang lebih tinggi yaitu 103,17 ml/min/1,73m2 dibandingkan dengan subjek non obesitas sentral yaitu 96,47 ml/min/1,73m2 dan secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada nilai LFG subyek laki-laki dengan obesitas sentral dan non obesitas sentral (p=0,207). Pada analisis ini tidak ditemukan korelasi antara kadar IL-18 dan GFR pada kelompok obesitas dan non obesitas sentral (r=-0.047 p=0,695).
Kolerasi Indeks Obesitasa dengan Kadar Neutrophil Gelatinase Associated Lipocalin (NGAL) pada Subyek Dewasa Non-Diabetes Melitus Hardyansa; Liong Boy Kurniawan; Yuyun Widaningsih
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 15 No. 4 (2022): February
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v15i4.827

Abstract

Korelasi Indeks Obesitas Dengan Kadar Neuthrophil Gelatinase Associated Lipocalin (NGAL) Pada Subjek Dewasa Non-Diabetes Melitus. (Dibimbing oleh Liong Boy Kurniawan dan Yuyun Widaningsih). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kolerasi indeks obesitas dengan kadar Neuthrophil Gelatinase Associated Lipocalin (NGAL) pada subjek dewasa Non-Diabetes Melitus. Sebanyak 70 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, terdiri dari 17 laki-laki obesitas, 18 laki-laki non-obesitas, 17 perempuan obesitas, dan 18 perempuan non obesitas. Metode penelitian ini adalah cross sectional study. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara Neuthrophil Gelatinase Associated Lipocalin dengan IMT (p = 0,241, r = 0,142), LP (p = 0,204, r = -0,154), % Lemak Tubuh (p = 0,984, r = -0,02), LemakVisceral (p = 0,955 r = 0,007) pada subjek dewasa non diabetes melitus. Kesimpulan penelitian yaitu tidak ada kolerasi indeks obesitas dengan kadar Neuthrophil Gelatinase Associated Lipocalin pada subjek dewasa non diabetes melitus (DM)
Hasil Positif Palsu Tes Morfin pada Skrining Urin Narkoba Diduga Akibat Rifampisin Liong Boy Kurniawan; Yuyun Widaningsih; Nurhayana Sennang; Uleng Bahrun; Mansyur Arif
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 1 (2015): Neurologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55175/cdk.v42i1.1054

Abstract

Hasil positif palsu pada tes skrining urin narkoba dengan metode imunologi jarang terjadi. Pemastian hasil memerlukan anamnesis yang baik mengenai konsumsi obat dan konfirmasi dengan tes yang lebih spesifik, biasanya dengan metode kromatografi gas/spektrometri massa. Beberapa substansi dilaporkan dapat menyebabkan hasil positif palsu. Dilaporkan satu kasus laki-laki 18 tahun dengan hasil positif morfin (tes urin narkoba) menggunakan metode imunologi kompetitif. Setelah anamnesis ketat diketahui bahwa pasien tersebut dalam pengobatan rifampisin selama 6 bulan karena tuberkulosis dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba. Sampel urin berwarna kemerahan (hasil ekskresi metabolit rifampisin melalui urin). Diperlukan konfirmasi pasti dengan metode lebih spesifik dengan kromatografi gas/spektrometri massa (standar baku emas).False positive reports on urine drug screening using immunoassay method are rare. Confirmation should be done through detailed anamneses on consumed drugs that may interfere result and perform test with more specific method such as gas chromatography/mass spectrometry (GC-MS). Some substances have been reported as the causes of false positive test. A case reported to have positive on morphine urine drug test using competitive immunoassay from an 18 year-old male. The patient was on 6-month rifampicin treatment for tuberculosis and had no history of substance abuse. The urine sample was reddish due to rifampicin metabolite excretion. Confirmation with gas chromatography/mass spectrometry method should be performed as gold standard.
Analisis rasio monosit terhadap High Density Lipoprotein (HDL) pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DM-2) dengan dan tanpa nefropati diabetik Yunita Rapa; Yuyun Widaningsih; Ani Kartini; Liong Boy Kurniawan
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.023 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.765

Abstract

Background: Diabetic nephropathy is one of the microvascular complications of type 2 diabetes mellitus (DM-2)—pathophysiology of diabetic nephropathy resulting from the interaction between hemodynamic and metabolic factors. High-Density Lipoprotein (HDL) functions as anti-atherosclerosis, protects the endothelium, and anti-inflammatory, whereas monocytes are associated with atherosclerosis and vascular inflammation. The HDL monocyte ratio is used as a marker of endothelial dysfunction and inflammation. This study aimed to determine the value of the HDL monocyte ratio in DM-2 patients with diabetic nephropathy and without diabetic nephropathy.Methods: This study was conducted at Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar, by taking the medical record data of DM-2 patients treated in January 2018-June 2019. There were 86 DM-2 patients with diabetic nephropathy and 56 DM-2 patients without diabetic nephropathy who participated in this study. The statistical tests used were Chi-Square, Independent T test, and Mann Whitney test on SPSS version 17 for Windows.Results: The HDL monocyte ratio value was higher in type 2 diabetes mellitus with diabetic nephropathy than type 2 diabetes mellitus without diabetic nephropathy (35±56 vs. 23±24; p = 0.023). There was no significant difference in HDL cholesterol levels in the DM-2 patients' group with diabetic nephropathy and without diabetic nephropathy (p> 0.05), and so did the number of monocytes (p = 0.065). Based on the Youden index, a cutoff ratio of monocyte/HDL of 15.5 was chosen, which gave a sensitivity of 69% and a specificity of 55%.Conclusion: HDL monocyte ratio was significantly higher in type 2 DM patients with diabetic nephropathy than type 2 diabetes mellitus without diabetic nephropathy. The HDL monocyte ratio can be used as a marker of endothelial dysfunction and inflammation in diabetic nephropathy. Latar Belakang: Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler diabetes melitus tipe 2 (DM Tipe 2). Patofisiologi nefropati diabetik sebagai akibat interaksi antara faktor hemodinamik dan metabolik. High Density Lipoprotein (HDL) berfungsi sebagai anti-aterosklerosis, melindungi endotel dan anti-inflamasi; sedangkan monosit berhubungan dengan aterosklerosis dan inflamasi vaskuler. Rasio monosit HDL digunakan sebagai penanda disfungsi endotel dan inflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk engetahui nilai rasio monosit HDL pada pasien DM tipe 2 dengan nefropati diabetik dan tanpa nefropati diabetik.Metode: Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar dengan mengambil data rekam medis pasien DM tipe 2 yang dirawat pada bulan Januari 2018-Juni 2019. Terdapat 86 pasien DM tipe 2 dengan nefropati diabetik dan 56 pasien DM tipe 2 tanpa nefropati diabetik ikut serta dalam penelitian ini. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square, Independent T test dan uji Mann Whitney pada SPSS versi 17 untuk Windows.Hasil: Nilai rasio monosit HDL lebih tinggi pada DM tipe 2 dengan nefropati diabetik dibandingkan DM tipe 2 tanpa nefropati diabetik (35±56 vs 23±24, p=0,023). Tidak terdapat perbedaan bermakna kadar kolesterol HDL pada kelompok DM tipe 2 dengan nefropati diabetik dan tanpa nefropati diabetik (p>0,05) dan begitu juga pada jumlah monosit (p=0,065). Berdasarkan indeks Youden, dipilih cutoff rasio monosit/HDL sebesar 15,5 yang memberikan sensitivitas 69% dan spesifisitas 55%.Kesimpulan: Rasio monosit HDL lebih tinggi secara bermakna pada pasien DM tipe 2 dengan nefropati diabetik dibandingkan DM tipe 2 tanpa nefropati diabetik. Rasio monosit HDL dapat digunakan sebagai penanda disfungsi endotel dan inflamasi pada nefropati diabetik.