Muhammad Aris Marfa'i
Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KAJIAN DAYA TAMPUNG SUNGAI GAJAHWONG TERHADAP BEBAN PENCEMARAN Margaretha Widyastuti; Muhammad Aris Marfa'i
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13269

Abstract

ABSTRAK Sungai seringkali dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan akhir dari limbah hasil kegiatan manusia, yang dapat menambah beban pencemaran. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa jauh daya tampung sungai terhadap beban pencemaran. Pengertian daya tampung sungai terhadap beban pencemaran menurut Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 110 Tahun 2003 adalah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemar tanpa mengakibatkan air tersebut cemar. Beban pencemaran itu sendiri merupakanjumlah suatu unsur pencemar yang terkandung dalam air atau air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk : I) mengelahui kualitas air sungai, 2) mengidentifikasi sumber pencemaran potensial, dan 3) mengevaluasi daya tampung air sungai terhadap beban pencemaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, pengukuran lapangan, pengambilan sampel air dan uji laboratorium terhadap sampel air sungai. Penentuan daya tampung beban pencemaran dilakukan dengan metode neraca massa. Daerah Aliran Sungai Gajahwong yang merupakan sub DAS Opak, yang memiliki luas 46,082 km2. Daerah penelitian terletak antara UTM 49 M9129375 sampai dengan 9160375 mU dan 0432375 sampai dengan 0437125 mT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Gajahwong baik secara fisik, kimia, maupun biologi pada masing-masing ilia pengamatan terdapat fluktuasi nilai. Ada kecenderungan konsentrasi meningkat ke arah huh; kecuali logam berat (Cr, Cu, Cd) tidak terdeteksi. Pemanfaatan lahan pada DAS Gajahwong mempengaruhi kualitas air sungai dan diidetifikasi sebagai sumber pencemar. Bagian hulu sungai, sumber pencemar utama adalah dari rumah tangga, pertanian dan jasa; bagian tengah : adalah dari pertanian dan permukiman; sedangkan bagian hair adalah permukiman, jasa dan industri. Daya tampung Sungai Gajagwong terhadap beban pencemaran, di bagian hulu dan bagian tengah sangat baik; sedangkan pada bagian hair, semakin ke arah hilir kurang baik.
Kajian Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen, Karbon Tersimpan, dan Kebutuhan Air di Kota Yogyakarta Kelik Eko Susanto; Muhammad Aris Marfa'i; Djati Mardiatno
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1292.475 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13348

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: a) memperkirakan kenaikan muka laut dan daerah dampak penggenangannya, b) menghitung kerentanan pesisir yang didasarkan pada kondisi fisik dan sosial-ekonomi, dan c) memperkirakan tingkat risiko peng­ge­nangan  yang didasarkan pada kerentanan pesisir dan tingkat pengge­nangan, dan memperkirakan infrastruktur yang berada pada daerah pengge­na­ngan. Penelitian ini difokuskan pada skenario kenaikan muka laut yang di­tu­runkan dari data pasang surut pelabuhan Tanjung Mas Semarang, stasiun pasang surut terdekat dengan perairan Demak. Komponen pasang surut yang dibutuhkan dalam perhitungan kenaikan muka laut dihitung menggunakan metode British Admiralty. Daerah potensi genangan diturunkan dari titik tinggi Peta RBI meng­gunakan teknik interpolasi Spline with Barriers untuk menghasilkan model per­mukaan digital (DEM). DEM tersebut bermanfaat dalam membedakan posisi ke­ting­gian lahan dari rerata muka laut. Teknik Iterasi digunakan untuk menentukan daerah potensi genangan dengan memanfaatkan data DEM pada proses sebe­lumnya. Bersamaan dengan penentuan daerah genangan juga dihitung nilai ke­ren­tanan pesisir yang menunjuk pada kelemahan internal dari proses-proses eksternal yang merusak. Kerentanan tersebut diturunkan dari kerentanan fisik dan keren­tanan sosial-ekonomi. Interaksi antara tingkat kerentanan pesisir dan tingkat peng­ge­nangan akan menghasilkan tingkat risiko pesisir. Tingkat risiko tinggi di­hasilkan dari kerentanan tinggi dengan tingkat penggenangan yang juga tinggi. Se­baliknya, tingkat risiko rendah dihasilkan dari kerentanan rendah dengan tingkat penggenangan yang rendah pula.Seluruh proses mengindikasikan bahwa selama 1999-2009 pesisir Demak telah mengalami kenaikan sebesar 0.72 mm/tahun pada kenaikan muka laut statis dan 7,9 mm/tahun pada kenaikan muka laut relatif. Peningkatan muka laut tersebut menggenangi area seluas 26,83 km² di 8 desa pada kenaikan air 60,1 cm, 41,74 km² di 16 desa pada kenaikan air 82,8 cm dan 55,58 km² di 16 desa pada kenaikan 94,1 cm.  Berdasarkan skenario kenaikan muka laut tahun 2010-2050, ditemukan bah­wa jumlah desa dengan risiko tinggi semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenarionya. Hal yang sama juga dialami oleh infrastuktur yang terdapat di dataran rendah. Jumlah infrastruktur yang terkena dampak semakin meningkat dari tahun ke tahun dalam setiap skenario yang digunakan. ABSTRACT This study aims to: a) estimates of sea level rise and regional impacts penggenangannya, b) calculate the vulnerability of the coast which is based on the physical conditions and socio-economic, and c) estimate the level of risk that is based on the vulnerability of flooding and coastal inundation level, and estimate the infrastructure in the region of inundation.  This study focuses on sea level rise scenarios are derived from the tidal data port of Tanjung Mas Semarang, tidal station nearest to the waters of Demak. Tidal components required in the calculation of sea level rise calculated using the method of the British Admiralty. Potential inundation areas derived from the high point of RBI Map using Spline interpolation technique with Barriers to produce a digital surface model (DEM). DEM is useful in distinguishing the position of land from the mean height of sea surface. Iteration techniques are used to determine the potential inundation areas using DEM data on the previous process. Simultaneously with the determination of inundation areas also calculated the value of coastal vulnerability refers to the internal weakness of the external processes that damage. Vulnerability is derived from the physical vulnerability and socio-economic vulnerability. The interaction between level and level of vulnerability of coastal inundation will result in the level of coastal risk. High risk levels resulting from a high vulnerability to flooding are also high level. Conversely, low risk levels resulting from low susceptibility to low levels of water inundation as well. The whole process indicates that during 1999-2009 the coastal Demak has experienced an increase of 0.72 mm per year on static sea level rise and 7.9 mm / year in relative sea level rise. Increased sea level is flooded an area of 26.83 km² in eight villages on the water rise 60.1 cm, 41.74 km² in 16 villages on the water rise 82.8 cm and 55.58 km² in 16 villages on the rise of 94.1 cm . Based on the scenario of sea level rise in 2010-2050, found that the number of villages with high risk increasing from year to year in each scenario. The same was experienced by the infrastructure contained in the lowlands. The number of affected infrastructure increasing from year to year within each scenario that is used.