Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penggunaan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Pembuatan Prototipe Perangkat Lunak Simulasi Penyebaran Kebakaran Hutan Agung Mulyo Widodo; Dulbahri Dulbahri; Hartono Hartono
Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.333 KB) | DOI: 10.22146/mgi.24224

Abstract

Telah didesain dan disusun prototipe perangkat lunak model interaktif kebakaran hutan, yang dapat memberikan skenario terjadinya kebakaran hutan dengan masukan berupa lokasi titik api (hotspot) dan keluaran berupa informasi lokasi penyebaran kebakaran, luas kebakaran, waktu simulasi yang diperlukan untuk mencapai luas kebakaran serta kecepatan penyebaran kebakaran. Prototipe model interaktif ini dibangun dengan mendefinisikan suatu satuan perluasan eskalasi kebakaran (FirePixel) yang mewakili granularitas data riil lapangan sebesar 400X400 m, letak (posisi geografis) dan luasan pengamatan simulasi kebakaran yang dapat dikustomisasi (disetting) oleh pengguna secara interaktif dengan asumsi kondisi pada sebuah satuan perluasan eskalasi kebakaran atau Fire Pixel diasumsikan homogen dengan parameter konfigurasi vegetasi, kelerengan, sebaran gambut, sebaran batubara sebagai faktor internal dan faktor eksternal yaitu faktor tetangga terdekat, kecepatan dan arah angin, temperatur rata-rata, kelembaban rata-rata dari simulasi dapat dikustomisasi secara interaktif pada saat simulasi. Dalam perhitungan proses kebakaran dan proses pemadaman kebakaran hutan didefinisikan faktor percepatan proses kebakaran yang merupakan akumulasi dari faktor internal dan eksternal yang secara langsung mempengaruhi kecepatan terjadinya proses kebakaran dan pemadaman kebakaran hutan. Perubahan fase kebakaran diperoleh melalui pemodelan matematik dari faktor internal dan eskternal mulai dari fase mulai terbakar sampai kebakaran padam. Hasil validasi prototipe diperoleh kebenaran yang dapat diterima dalam perhitungan statistik menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Dua Sampel. Hasil skenario 1 menghasilkan nilai KD hitung (=1,5722) < KD tabel (-1,9176) dan skenario 2 menghasilkan nilai KD hitung (=1,36) < nilai KD tabel (=1,5722). It has been designed and structured software prototype interactive model of forest fires, which can provide forest fire scenario, input is the location of hotspots and the output of the location information spread of fire, extensive fires, the simulation time required to reach the area of the fires and speed of fire deployment.The prototype interactive model is built by defining an expansion unit escalation fire (FirePixel) that represent real data granularity field of 400x400 m, position (geographical) and the extent of the fire simulation observations that can be customized (be set) by the user interactively by assuming the conditions in a expansion unit escalation of fire or fire pixel assumed homogeneous with the parameters : configuration of vegetation, slope, the distribution of peat, coal distribution as internal factors and external factors that factor nearest neighbors, wind speed and direction, average temperature, average humidity of the simulation can be customized interactively during the simulation. In the calculation of the fire and the fire fighting forest, fires the acceleration factor is defined as an accumulation of internal and external factors that directly affect the speed of the process of extinguishing fires and forest fires. Fire phase change obtained through mathematical modeling of internal and external factors ranging from phase start to burn until the fire goes out. Prototype validation results obtained acceptable truth in statistical calculations using the Kolmogorov Smirnov Two Sample. Results 1 scenario produces KDcount value (= 1.5722) <KD table value (-1.9176) and scenario 2 yields the KDcount value (= 1.36) < KDtable value (=1.5722). 
PENGEMBANGAN METODE BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD Qadriathi Dg Bau; Hartono Hartono; Danang Parikesit; Totok Gunawan
Jurnal Transportasi Vol. 13 No. 2 (2013)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.031 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v13i2.530.%p

Abstract

As a basic model, trip generation model aims to obtain the number of movement generated by each origin and the one attracted to each destination zone. Based on the movement, trip generation model is categorized into home-based trip generation and non home-originated/destinated trip attraction. Given that the different types of activities attract trips with different characteristics, it can be concluded that land use management determines the movement and activities. Remote sensing imagery has been extensively used in various research themes including land use management or land use and detailed land utility. As one of the remote sensing imageries, Quickbird imagery is advantageous with its high spatial resolution which is 0.61 cm. Therefore, it is interesting to apply the 0.61 cm spatial resolution to the trip generation model to estimate the number of trips at the trip generation. This aims is to minimize field activities which are high cost, extensive workers, and relatively time consuming.Keywords: trip generation model, trip attraction, quickbird imagery
APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN INDEKS KEPEKAAN LINGKUNGAN: STUDI KASUS DI PESISIR CILACAP DAN SEGARA ANAKAN (GIS Application for Environmental Sensitivity Index Mapping Case Study in Cilacap Coastal Area and Segara Anakan) Utantyo Utantyo; Hartono Hartono; Sutikno Sutikno
Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol 10, No 3 (2003): November
Publisher : Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jml.18611

Abstract

ABSTRAKSumberdaya pesisir dapat menerima dampak dari kecelakaan tumpahan minyak. Polusi minyak dapat terjadi dalam berbagai situasi lingkungan. Dalam hal ini, inventarisasi pesisir secara detil dikombinasikan dengan indeks sensitivitas memungkinkan ketersediaan informasi pada tingkat yang lebih baik bagi perencana pengelolaan tumpahan minyak. Sistem Informasi Geografis (SIG=Geographic Information System dapat meningkatkan penggunaan data yang dibutuhkan dalam menanggapi adanya tumpahan minyak tersebut serta perencanaan darurat. Studi ini dilakukan untuk mempelajari sensitivitas lingkungan dan mengkombinasikannya untuk membentuk prototipe sistem informasi sensitivitas lingkungan. Dengan menggunakan SIG di daerah pesisir Segara Anakan dan Cilacap. Salah satu strategi yang penting di dalam perencanaan darurat adanya tumpahan minyak adalah memprioritaskan respons tumpahan. Lingkungan pesisir dapat dikuantitatifkan dengan menetapkan skema klasifikasi indeks sensitivitas lingkungan (ISE=Environmemntal Sensitivity Index: ESI). Sensitivitas lingkungan mencerminkan derajad reaksi dari wilayah pesisir untuk bertatran dan pulih ketika terjadi bencana tumpahan minyak. Metode untuk menetapkan ISE adalah dengan mengkombinasikan factor-faktor yang terkait dari suatu sensitivitas lingkungan, antara lain (a) paparan terhadap energi gelombang dan pasut, (b) pelerengan garis pantai, (c) jenis substrata, dan (d) produktivitas biologi. Studi ini menekankan kemampuan SIG untuk memvisualisasikan dan memodernkan faktor-faktor sensitivitas lingkungan secara spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi SIG untuk mengelola memanipulasi dan menayangkan data pesisir yang relevan dapat dilaksanakan dan dapat dicatat keunggulannya di dalam upaya pemetaan sensitivitas lingkungan. Dalam penelitian ini wilayah pesisir Cilacap memiliki sensitivitas medium, karena daerah tersebut dibatasi oleh garis pantai ESI 5 (dengan panjang 11,6 km), dan dengan ESI 6 Sungai Donan (12,3 km), sementara wilayah Segara Anakan dianggap sensitif terhadap polusi minyak mengingat 112 km2 (45% ) dari 249 Km2 daerah Segara Anakan. Segara Anakan memiliki ranking sensitivitas tertinggi (ESl 8, 9, 10). ABSTRACTCoastal resources can be impacted during an oil spill incident. Given that oil pollution can occur under a wide variety of circumstances, the use of both detailed coastal inventories in conjunction with established sensitivity indexes and approaches allows for a greater level of information and options available to spill planners. a Geographic Information System (GIS) can greatly enhance and improve upon the use and development of data required for oil spill response and contingency planning. This study is determined to examine environmental sensitivities and to combine them into prototype of environmental sensitivity information systems with the aid of GIS in the lagoon of Segara Anakan and Cilacap coastal region. One of the most important strategies in oil spill contingency planning is prioritizing the spill response. Coastal environments would be prioritized and qualitatively queried by establishing Environmental Sensitivity Index (ESI) classification schema. Environmental sensitivity reflects the degree of reaction of coastal region to withstand and to recover when oil spill hazard was occurred. The method to establish an ESI is by combining related factors of an environmental sensitivity. i.e: (a) the exposure to wave and tidal energy, (b) the shoreline slope, (c) the substrate type, and (d) its biological productivity. This study emphasizes the ability of Geographic Information system (GIS) to visualize and to model environmental sensitivity factors spatially. the result shows that the application of a GIS to manage, manipulate, and display relevant coastal databases was possible to be done and had notable advantages in sensitivity mapping efforts, Cilacap coastal region has medium sensitivity, since the area is bordered by ESI 5 shoreline (with length of 11.6 km) and by ESI 6 Donan river (12.3 km), while Segara Anakan region is considered sensitive to oil pollution given that 112 km2 (45%) of the 249 km2. Segara Anakan study area is comprised of the highest sensitivity rankings (ESI 8, 9, 10).