Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Zonasi Kawasan Wisata Pantai di Kabupaten Garut Jawa Barat Menggunakan Pemodelan Viewshed Ankiq Taofiqurohman
Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.37679

Abstract

Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki pesisir dengan garis pantai sepanjang 80 km. Pesisir Kabupaten Garut belum dioptimalkan untuk tujuan wisata padahal Pesisir Kabupaten Garut diprioritaskan menjadi kawasan wisata minat khusus Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan zonasi kawasan wisata pantai dengan memanfaatkan data foto geotagging dan pemodelan viewshed. Data foto geotagging yang digunakan adalah foto yang menangkap pemandangan pesisir di Kabupaten Garut. Hasil penelitian menunjukan terdapat 3 zona inti kawasan pariwisata dengan masing-masing zona terdiri dari 4 kawasan pantai wisata yang biasa dikunjungi wisatawan. Tiap kawasan pantai wisata memiliki rata-rata luas viewshed antara 0,073 km2 sampai dengan 1,481 km2.
Analisis Kesesuaian Wisata Pantai Di Pulau Tunda Kabupaten Serang Provinsi Banten Muhamad Satrio Legowo; Ankiq Taofiqurohman; Wahyuniar Pamungkas; Subiyanto . .
Jurnal Perikanan Kelautan Vol 10, No 2 (2019): Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. X No. 2/Desember 2019
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (796.023 KB)

Abstract

Pulau Tunda merupakan salah satu pulau di Kabupaten Serang Provinsi banten yang berpotensi untuk kegiatan wisata. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas estetika dan mencari zona yang berpotensi untuk kegiatan wisata pantai di Pulau Tunda. Metode yang dilakukan adalah metode survey, data pengukuran diperoleh langsung dari lapangan (in-situ), kemudian pengukuran nilai estetika menggunakan klasifikasi eucledient. Hasil pengambilan data menunjukan kualitas estetika di Pantai Pulau Tunda memiliki nilai tinggi dan rendah. Stasiun yang memiliki kualitas estetika tinggi adalah stasiun 1,2,5,6,7,8,9,10 dan 11 memiliki nilai estetika 3.72 – 3.84 dikarenakan didominasi oleh tipe pantai berpasir dan bewarna putih. Sedangkan stasiun 3 dan 4 memiliki kualitas rendah dan memiliki nilai 2.32 – 2.64 dikarenakan didominasi oleh vegetasi mangrove dan pantai Pulau Tunda memiliki empat zona yang sering dikunjungi oleh wisatawan. Tiga zona dikategorikan sebagai zona estetika tinggi dan terletak di bagian utara , selatan dan barat  Pulau Tunda. Di sisi lain, satu lokasi lainnya memiliki estetika berkualitas tinggi dan terletak di timur Pulau Tunda. Zona yang memiliki kualitas estetika tinggi didominasi oleh hamparan pasir putih dan memiliki pandangan kearah laut hamparan terumbu karang. Pada zona yang memiliki kualitas rendah didominasi oleh vegetasi pantai estuari. 
Penentuan Tipe Pantai di Kawasan Pantai Wisata Batu Karas, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat Annisa Putri Fitrian; Ankiq Taofiqurohman; Yeni Mulyani; Wahyuniar Pamungkas
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 3 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i3.31990

Abstract

Pantai merupakan salah satu objek wisata alam yang paling diminati pengunjung, namun memiliki risiko bahaya tersendiri yang patut diwaspadai. Risiko bahaya yang melekat dimiliki oleh setiap pantai adalah bahaya akibat karakteristik fisik pantai. Pantai Wisata Batu Karas merupakan salah satu objek wisata pantai terfavorit di Jawa Barat dengan peningkatan jumlah pengunjung setiap tahunnya. Selain memiliki berbagai daya tarik wisata, Pantai Batu Karas memiliki risiko bahaya fisik. Risiko bahaya fisik yang dominan di pesisir selatan Jawa Barat, termasuk Pantai Wisata Batu Karas, adalah gelombang pecah karena berbatasan langsung dengan Samudera Hindia yang memicu risiko gelombang tinggi. Keselamatan wisata merupakan hal yang harus diutamakan untuk mencegah kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko bahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan penilaian bahaya fisik pantai untuk selanjutnya dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengelolaan wisata pantai. Riset ini bertujuan untuk menentukan tipe pantai Batu Karas sebagai langkah awal penilaian bahaya fisik pantai akibat gelombang pecah di Pantai Wisata Batu Karas. Riset ini dilakukan pada bulan Januari – Mei 2020, dengan area yang diteliti adalah sepanjang Pantai Wisata Batu Karas. Metode yang digunakan dalam riset ini yaitu metode kuantitatif, selanjutnya dilakukan penentuan tipe pantai yang mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Short (1996). Parameter yang digunakan dalam riset ini adalah tinggi dan periode gelombang pecah, kecepatan jatuh sedimen, dan nilai tunggang pasut. Hasil yang didapatkan dari riset ini adalah Pantai Batu Karas memiliki tipe pantai longshore bar and trough, yang selanjutnya dapat digunakan untuk penilaian tingkat bahaya fisik di Pantai Wisata Batu Karas. Beach is one of the most popular natural attractions for visitors, but has its own dangers that need to be watched out for. The inherent hazard risk possessed by each beach is the danger due to the physical characteristics of the beach. Batu Karas Tourism Beach is one of the most favorite beach attractions in West Java with an increasing number of visitors every year. Apart from having various tourist attractions, Batu Karas Tourism Beach also has a risk of physical danger. The dominant physical hazard risk on the southern coast of West Java, including Batu Karas Tourism Beach, is the breaking waves because it is directly adjacent to the Indian Ocean which triggers a high risk of waves. Tourism safety is a matter that must be prioritized to prevent losses that may occur due to hazard risks. This can be done by assessing the physical hazard of the beach which can then be used as a consideration in the management of beach tourism. This research aims to determine the type of beach as an initial step to assess the physical beach hazards in Batu Karas Beach, Pangandaran Regency, West Java. This research was conducted from January – May 2020 and focused on the Batu Karas shoreline area. Quantitative method was used to determine the beach type by referring to the method developed by Short (1996). The parameters used in this research are height and period of the breaker wave, sediment fall velocity, and tide range. The result shows that Batu Karas Beach has longshore bar and trough type, which can then be used for assessing the level of physical hazards at Batu Karas Tourism Beach.
Identifikasi Kondisi Kesehatan Ekosistem Terumbu Karang di Pulau Sepa, Kepulauan Seribu Ankiq Taofiqurohman; Ibnu Faizal; Kholid Agil Rizkia
Buletin Oseanografi Marina Vol 10, No 1 (2021): Buletin Oseanografi Marina
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/buloma.v10i1.32169

Abstract

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau di perairan utara Jakarta yang memiliki daya tarik wisata terutama untuk snorkeling dan diving dengan adanya terumbu karang, salah satunya adalah Pulau Sepa. Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang rentan mengalami degradasi oleh berbagai faktor. Kegiatan snorkeling menjadi salah satu  ancaman yang terjadi pada terumbu karang, oleh karena itu diperlukan pengukuran mengenai kondisi kesehatan ekosistem terumbu karang, khususnya Pulau Sepa kepulauan Seribu, sebagai bentuk integrasi konservasi ekosistem dan pengelolaan wisata. Riset ini dilakukan di Pulau Sepa, Taman Nasional Kepulauan Seribu pada Bulan Maret-Agustus 2020. Wilayah yang diamati merupakan spot snorkeling pada kedalaman 1-5 m pada 10 stasiun penelitian  , dengan mengklasifikasikan warna kesehatan dan juga tipe karang menggunakan klasifikasi dari Coral Watch.  Skor warna kesehatan terumbu karang pada zona snorkeling Pulau Sepa, didominasi dengan kondisi kurang sehat pada skor warna 4, dengan dominasi tipe karang branching dan boulder dan sedikit tipe pertumbuhan plate dan soft. Kriteria kesehatan terumbu karang mayoritas berada pada kurang sehat, sedikit sehat dan tidak ditemukan yang tidak sehat. Rincian kriteria kesehatan terumbu karang kurang sehat di temui pada stasiun 1-10 dengan masing masing persentase 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, dan 89%, untuk rincian kriteria kesehatan terumbu karang sehat pada stasiun 1-10 dengan masing-masing persentase 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Faktor lingkungan seperti kecerahan yang dipengaruhi oleh sedimentasi serta tekanan antropogenik dari aktivitas manusia mempengaruhi kondisi tutupan karang di pulau ini. The Thousand Islands are a group of islands in the northern waters of Jakarta which have tourist attractions, especially for snorkeling and diving with the presence of coral reefs, one of which is Sepa Island. Coral reef ecosystem is an ecosystem that is prone to degradation by various factors. Snorkeling activities are one of the threats that occur on coral reefs, therefore it is necessary to measure the health condition of coral reef ecosystems, especially Sepa Island, the Thousand Islands, as a form of integration of ecosystem conservation and tourism management. This research was conducted on Sepa Island, Thousand Islands National Park on March - August 2020. The area observed is a snorkeling spot at a depth of 1-5 m at 10 research stations, by classifying the color of health and also the type of coral using the classification from Coral Watch. The coral reef health color score in the Sepa Island snorkeling zone, was dominated by unhealthy conditions at a color score of 4, with a dominance of branching and boulder coral types and few plate and soft growth types. The majority of coral reef health criteria are unhealthy, slightly healthy and not found unhealthy. Details of the health criteria for unhealthy coral reefs were found at stations 1-10 with each percentage of 92%, 72%, 100%, 94%, 78%, 94%, 100%, 100%, 67%, and 89%, respectively. details of health criteria for healthy coral reefs at stations 1-10 with each percentage of 8%, 28%, 0%, 6%, 22%, 6%, 0%, 0%, 33%, 11%. Environmental factors such as clarity which influenced by sedimentation and anthropogenic factors from human activities affect the condition of coral cover on this island.
Penilaian Keselamatan Wisata Berdasarkan Parameter Gelombang di Pantai Parigi, Kabupaten Pangandaran Jawa Barat Ankiq Taofiqurohman; Mochamad Rudyansyah Ismail
Jurnal Kelautan Tropis Vol 23, No 1 (2020): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v23i1.5559

Abstract

Parigi Beach is one of the beach tourism destinations in West Java. Parigi Beach is in Kabupaten Pangandaran where is facing directly to the Indian Ocean; hence the beach wave is high and risks for beach tourism activity. Beach hazard in Parigi Beach is frequent on long holiday seasons. The research aim is to assess beach tourism safety based on wave parameters and find out the cause of danger. The result shows that Parigi Beach is an intermediate rhythmic bar and beach, which average of the breaking wave height reaches to 1,87 meter and occur beach cusps formation. The beach safety levels exhibit that low safety condition exists from March to November, while from December to February, the beach condition was categorized as moderate safety for coastal tourism activity. Rip current and shore break as the main factor of hazard beach tourism from January to February, whereas from Maret to December, hazard factors in Parigi Beach was rip current and plunging high wave. Pantai parigi merupakan salah satu tujuan wisata pantai di Jawa Barat. Pantai Parigi berada di Kabupaten Pangandaran yang letaknya berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, sehingga gelombang di Pantai Parigi relatif tinggi dan berisiko untuk kegiatan wisata pantai. Kecelakaan wisata pantai di Pantai Parigi sering terjadi saat musim libur panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat keselamatan wisata pantai tiap bulan berdasarkan parameter gelombang dan mengetahui faktor penyebab bahaya yang terjadi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pantai Parigi termasuk ke dalam tipe pantai intermediate rhythmic bar and beach dengan tinggi gelombang pecah rata-rata mencapai 1,87 meter serta terdapat jejak gelombang berbentuk busur di pantainya.  Untuk tingkat keselamatan wisata pantai, keadaan kurang aman di Pantai Parigi terjadi dari mulai Maret hingga November, sedangkan dari Desember hingga Februari dikategorikan pada situasi cukup aman. Faktor penyebab bahaya wisata pantai adalah Rip current dan shorebreak yang muncul pada bulan Januari dan Februari, sementara pada bulan Maret hingga Desember faktor penyebab bahaya adalah rip current dan gelombang tinggi dengan tipe plunging.
Shoreline Change Analysis of Pontang Cape of Serang Regency of Banten Province Abdurrahman Al Farrizi; Ankiq Taofiqurohman; Subiyanto Subiyanto
Journal Omni-Akuatika Vol 16, No 2 (2020): Omni-Akuatika November
Publisher : Fisheries and Marine Science Faculty - Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.oa.2020.16.2.800

Abstract

Coastal areas, being vulnerable to environmental problems, have one of the most frequent problems which are the change in the shorelines. Shoreline changes, namely abrasions, can cause problems such as land degradations or loss of land in a coastal zone. This problem occurs in many areas, one of which is Pontang Cape. This study aims to determine the distance and rate of shoreline changes that occured in the Cape and its surroundings, as well as explaining the analysis points based on similar studies that had been conducted. This research used ArcMap software and Digital Shoreline Analysis System (DSAS) toolset to determine the distance and rate of shoreline changes for 19 years (1999-2018). Based on the results, there were two shoreline segments where different phenomena of shoreline change took place, namely Banten Bay (accretion) and Pontang Cape-Lontar (abrasion). The most likely causes of changes in the shorelines are sediment runoffs from rivers that lead to bay and sediment transports that affect Banten Bay accretions, while sea sand mining and conversions of mangrove swamps into fishery ponds are factors affecting abrasions in Pontang Cape.Keywords: Abrasion, Accretion, Pontang Cape, Banten Bay, DSAS