Achmad Munawar
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE IMPACT OF WEATHER VARIABILITY ON INDIVIDUAL DESIRE TO USE PUBLIC TRANSPORT IN YOGYAKARTA Abul Fida Ismaili; Achmad Munawar; Samuel Petros Sebhatu
Jurnal Transportasi Vol. 17 No. 1 (2017)
Publisher : Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.184 KB) | DOI: 10.26593/jtrans.v17i1.2703.%p

Abstract

Abstract Research on the relationship between weather and transportation has several benefits, such as to anticipate the weather-induced impacts on travel behavior and transport activities and to assist the Government to pay attention to weather factors in every decision, both in the planning and implementation of a program. Indonesia is a tropical country that has only two types of weather conditions, namely dry and rainy, and both can affect the transport system, either directly or indirectly. In this study, the perception and experience of passengers as the primary data were used to find the relationship between weather and public transportation. Then the data were analyzed through qualitative and quantitative approach. From this study it is known that the number of public transport passengers increased during heavy rains by 8.9%, when strong winds of 10.1%, and increased by 3% during hot weather. The weather also affects the desire, travel behavior, perceptions of the condition of public transport, the type of vehicle used, the time of departure, and the travel decisions. Keywords: public transport, weather variability, travel behavior, passenger perception  Abstrak Penelitian tentang hubungan antara cuaca dan transportasi memiliki beberapa keuntungan, seperti untuk mengantisipasi dampak yang disebabkan cuaca terhadap perilaku perjalanan dan aktivitas transportasi serta untuk membantu Pemerintah agar memperhatikan faktor cuaca di setiap keputusan, baik dalam perencanaan maupun implementasi suatu program. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang hanya memiliki dua jenis kondisi cuaca, yaitu kemarau dan penghujan, dan keduanya dapat mempengaruhi sistem transportasi, baik langsung maupun tidak langsung. Pada studi ini digunakan persepsi dan pengalaman penumpang sebagai data primer untuk mencari hubungan antara cuaca dan angkutan umum. Kemudian dilakukan analisis melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Dari studi ini diketahui bahwa jumlah penumpang angkutan umum mengalami peningkatan saat hujan deras sebesar 8,9%, saat angin kencang sebesar 10,1%, dan meningkat 3% saat cuaca panas. Cuaca juga mempengaruhi keinginan, travel behavior, persepsi terhadap kondisi angkutan umum, jenis kendaraan yang digunakan, waktu keberangkatan, dan keputusan-keputusan melakukan perjalanan. Kata-kata kunci: angkutan umum, cuaca, perilaku perjalanan, persepsi penumpang
Konektivitas Jaringan Infrastruktur Transportasi Pariwisata (Studi Kasus Mandalika dan Labuan Bajo) Achmad Munawar; Arif Wismadi; Dewanti Dewanti; Deni Prasetio Nugroho; Jan Prabowo Harmanto; Rita Pasaribu
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 20, No 2 (2022): Desember
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25104/mtm.v20i2.2244

Abstract

Konektivitas jaringan infrastruktur transportasi antar simpul transportasi menuju kawasan pariwisata di Mandalika NTB dan Labuan Bajo NTT perlu dukungan Pemerintah dan pemangku kebijakan terkait. Ketersediaan dan kemudahan akses dari dan menuju kawasan wisata ini tentu akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang akan menikmati kawasan pariwisata. Artikel ini bertujuan menilai konektivitas transportasi antar moda wilayah di kawasan pariwisata Mandalika dan Labuan Bajo. Metode yang digunakan adalah mengukur nilai konektivitas jaringan infrastruktur transportasi antar simpul transportasi di kawasan pariwisata dan jaringan jalan penghubungnya. Permasalahan transportasi pariwisata tidak hanya terkait prasarana transportasi ke dan/dari kawasan wisata tetapi juga pergerakan di dalam kawasan wisata itu sendiri. Integrasi jaringan lokal dengan jaringan regional harus tersedia dengan baik agar perubahan mobilitas dari perjalanan ke/dari destinasi wisata dan perjalanan menikmati obyek wisata bisa dilakukan dengan mudah. Berdasarkan hasil analisis konektivitas, Mandalika memiliki sifat jaringan yang kompleks dan konektivitas sedang dengan nilai indeks beta (β) sebesar 1,294 dengan indeks gamma (γ) 0,489, sedangkan Labuan Bajo memiliki sifat jaringan sederhana dan konektivitas rendah dengan indeks beta (β) sebesar 0,727 dengan Indeks gamma (γ) 0,296. Berdasarkan hasil penilaian tersebut terlihat masih adanya gap infrastruktur dari dan menuju simpul transportasi di kawasan pariwisata. Berbagai upaya mendorong peningkatan konektivitas harus diprioritaskan dengan penambahan jaringan jalan (dan jembatan), perbaikan kualitas perkerasan jalan serta serta lebar jalan. Pengelola kawasan wisata maupun pemerintah daerah setempat dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk menyediakan transportasi pendukung tersebut dengan memperhatikan kenyamanan dan keselamatan wisatawan.