Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

METAFORA KONSEPTUAL CINTA DALAM ALBUM TAYLOR SWIFT: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF Irwan Syah; Wagiati Wagiati; Nani Darmayanti
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.23864

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan konseptualisasi metafora cinta dalam lirik lagu Taylor Swift. Metode yang digunakan ialah kualitatif deskriptif dan kajian konseptual semantik kognitif. Penggunaan bahasa kiasan kini telah merambah pada dunia tarik suara, lirik lagu secara tidak sadar mengandung penggunaan metafora yang tak terlepas pada pengalaman pribadi penulis, khususnya masalah pecintaan. Penganalisisan bertujuan untuk melihat hubungan antara sistem konseptual dan struktur semantik yang terkandung pada bahasa yang digunakan penulis yang dituangkan pada lagu-lagunya. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa konseptualisasi yang ditemukan dalam metafora bertemakan cinta, antara lain konsep cinta sebagai tangisan, konsep cinta sebagai lagu, konsep cinta sebagai benda tersembunyi, konsep cinta sebagai suatu kebutuhan, konsep cinta sebagai keindahan, konsep cinta sebagai kesempurnaan.
METAFORA KONSEPTUAL CINTA DALAM LIRIK LAGU TAYLOR SWIFT ALBUM RED: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF (CONCEPTUAL METAPHOR OF LOVE IN TAYLOR SWIFT SONGS ALBUM OF RED: A COGNITIVE SEMANTICS APPROACH) Irwan Syah; Wagiati Wagiati; Nani Darmayanti
Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa Vol 18, No 1 (2020): METALINGUA EDISI JUNI 2020
Publisher : Balai Bahasa Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.661 KB) | DOI: 10.26499/metalingua.v18i1.442

Abstract

This paper describes the conceptual metaphor of love in Taylor Swift’s song in her album Red. Along with time, works of art especially music, keeps developing up until now. Many musicians pour their thoughts in their songs about their criticism over the government or simply about their love life.  One of such is Taylor Swift. Swift’s messages are not all explicit but some are implicit with the use of figurative language (metaphor). Descriptive qualitative method and a cognitive semantics approach are used to  describe and analysis the data from Taylor Swift’s song in the album. Theresult shows that the conceptualization metaphor of love manifests in many forms, namely the object of love as things, love as part of the body, love is a game, love is a sign, love is an art, love is an object of sound, love is a colour, love is a trap and love is a problem. AbstrakPenelitian ini mendeskripsikan metafora konseptual cinta dalam lirik lagu Taylor Swift pada album Red. Seiring dengan perkembangan zaman, karya seni, khususnya seni musik berkembang hingga saat ini. Banyak musisi yang menuangkan pemikirannya di dalam lagu yang berisi kritikan terhadap pemerintahan atau seputar kehidupan pribadi, khususnya percintaan. Salah satu penulis lagu tersebut adalah Taylor Swift. Pesan yang dituangkan Swift tidak hanya dinyatakan secara eskplisit, tetapi ada juga yang dinyatakan secara implisit dengan menggunakan bahasa kiasan(metafora). Metode deskriptif kualitatif dan kajian semantik kognitif  digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data yang bersumber dari lirik lagu Taylor Swift pada album Red. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseptualisasi metafora cinta yang ditemukan antara lain objek cinta sebagai sebuah barang, cinta sebagai bagian tubuh, cinta adalah permainan, cinta adalah tanda, cinta adalah seni, cinta sebagai objek suara, cinta adalah warna, cinta adalah perangkap, dan cintaadalah masalah.
MODALITAS DALAM PIDATO JOKO WIDODO "OPTIMIS INDONESIA MAJU" DAN PRABOWO "INDONESIA MENANG": ANALISIS WACANA KRITIS Irwan Syah
Aksara Vol 34, No 1 (2022): AKSARA, EDISI JUNI 2022
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.859 KB) | DOI: 10.29255/aksara.v34i1.408.73-82

Abstract

Penelitian ini berjudul “Modalitas dalam Pidato Joko Widodo “Optimis Indonesia Maju” dan Prabowo Subianto “Indonesia Menang”: Analisis Wacana Kritis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian modalitas dari kedua calon Presiden periode 2019-2024. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori modalitas menurut Halliday (1994) dan Fairclough (Santosa, 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berparadigma kritis, yaitu melakukan pemaparan dan penilaian terhadap data kebahasaan melalui teori modalitas sebagai analisis. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pada teks pidato yang dinyatakan oleh kubu pasangan calon Presiden 01 Joko Widodo, penggunaan modalitas sebanyak 156 kali dari pasangan lawan yakni sebesar 121 modalitas yang dinyatakan oleh calon presiden 2019-2024 yaitu Prabowo Subianto. Hasil tersebut mempengaruhi presentase, calon presiden nomer urut 1 presentasenya sebesar 93,42%, sementara itu nomor urut 2 sebesar 81,76%. Hal ini menandakan calon presiden dengan nomor urut 1 dalam upaya mengukuhkan kekuasaanya sebagai petahana agar dapat memenangkan kembali pilpres 2019-2014. Pasangan calon Presiden nomer 2 yaitu Prabowo juga mempunyai upaya untuk merebut kekuasaan dan memenangkan pilpres 2019-2024. Ditunjang dengan teori Fairclough (2012) yang mana modalitas yang digunakan oleh Joko Widodo mengandung modalitas ekspresif (kemungkinan), relasional (perintah), relasional (kesanggupan), relasional (permintaan), ekspresif (kewajiban). Sementara itu, modalitas yang digunakan Prabowo menurut teori Fairclough (2012) ialah modalitas relasional (ajakan), relasional (keharusan), relasional (permintaan), ekspresif (kepastian) dan ekspresif (kemungkinan).
MODALITAS DALAM PIDATO JOKO WIDODO "OPTIMIS INDONESIA MAJU" DAN PRABOWO "INDONESIA MENANG": ANALISIS WACANA KRITIS Irwan Syah
Aksara Vol 34, No 1 (2022): AKSARA, EDISI JUNI 2022
Publisher : Balai Bahasa Provinsi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29255/aksara.v34i1.408.73-82

Abstract

Penelitian ini berjudul “Modalitas dalam Pidato Joko Widodo “Optimis Indonesia Maju” dan Prabowo Subianto “Indonesia Menang”: Analisis Wacana Kritis”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemakaian modalitas dari kedua calon Presiden periode 2019-2024. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori modalitas menurut Halliday (1994) dan Fairclough (Santosa, 2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berparadigma kritis, yaitu melakukan pemaparan dan penilaian terhadap data kebahasaan melalui teori modalitas sebagai analisis. Hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pada teks pidato yang dinyatakan oleh kubu pasangan calon Presiden 01 Joko Widodo, penggunaan modalitas sebanyak 156 kali dari pasangan lawan yakni sebesar 121 modalitas yang dinyatakan oleh calon presiden 2019-2024 yaitu Prabowo Subianto. Hasil tersebut mempengaruhi presentase, calon presiden nomer urut 1 presentasenya sebesar 93,42%, sementara itu nomor urut 2 sebesar 81,76%. Hal ini menandakan calon presiden dengan nomor urut 1 dalam upaya mengukuhkan kekuasaanya sebagai petahana agar dapat memenangkan kembali pilpres 2019-2014. Pasangan calon Presiden nomer 2 yaitu Prabowo juga mempunyai upaya untuk merebut kekuasaan dan memenangkan pilpres 2019-2024. Ditunjang dengan teori Fairclough (2012) yang mana modalitas yang digunakan oleh Joko Widodo mengandung modalitas ekspresif (kemungkinan), relasional (perintah), relasional (kesanggupan), relasional (permintaan), ekspresif (kewajiban). Sementara itu, modalitas yang digunakan Prabowo menurut teori Fairclough (2012) ialah modalitas relasional (ajakan), relasional (keharusan), relasional (permintaan), ekspresif (kepastian) dan ekspresif (kemungkinan).