Elsa Elsi
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kemenkes RI, Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta, Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ANALISIS DESKRIPTIF KESEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH TERTINGGAL, PERBATASAN, KEPULAUAN DAN TERPENCIL (DTPK-T) Senewe, Felly Philipus; Elsi, Elsa
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 24, No 3 Sep (2014)
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.964 KB)

Abstract

AbstrakDalam Renstra Kementerian Kesehatan RI tahun 2009-2014 prioritas kesehatan antara lain peningkatan pelayanan kesehatan di DTPK dan meningkatkan penyehatan dan pengawasan kualitas lingkungan. Kajian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status kesehatan lingkungan penduduk yang tinggal di DTPK-T. Sampel berasal dari 199 kabupaten (kab) daerah tertinggal, 20 kab/kota daerah perbatasan, 19 kab/kota daerah kepulauan dan 35 kab daerah terpencil. Hasil penelitian rumah tangga yang mempunyai akses yang baik terhadap air bersih di daerah kepulauan 58,6%, di daerah tertinggal 51,9%. Akses rumah tangga terhadap jamban paling tinggi di daerah kepulauan (42,4%) dan daerah terpencil (34,7%). Kepadatan hunian rumah di daerah terpencil sangat rendah (74,6%). Jenis lantai rumah bukan tanah paling banyak di daerah perbatasan dan tertinggal (83%). Hasil penelitian menunjukkan akses rumah tangga terhadap air bersih paling baik di daerah kepulauan dan daerah tertinggal serta di kab bukan daerah tertinggal, akses rumah tangga terhadap jamban paling tinggi di daerah kepulauan dan daerah terpencil serta di kab bukan daerah tertinggal. Secara keseluruhan status kesehatan lingkungan yang baik banyak ditemukan di daerah kepulauan (58,6%). Diperlukan kebijakan yang lebih khusus untuk peningkatan status kesehatan masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil (DTPK-T), program peningkatan perpipaan air bersih untuk menjangkau rumah tangga yang berada di DTPK-T dan program jambanisasi untuk seluruh rumah tangga di DTPK-T.Kata kunci : kesehatan lingkungan, daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan, terpencil.AbstractIn Strategic Plan of Ministry of Health year 2009-2014, health priority, among others are to increase health service enhanced at DTPK and health restructure and environment quality supervision. This study aims to detect environment health status description of society who live in DTPK-T. Sample are from 199 less development district area, 20 borderlands district/city area, 19 archipelagoes district/city area and 35 purilieus/remote district. The result shows that households which have good access towards clean water is at archipelagoes district/city area (58.6%) and less development area (51.9%). The highest rate of household access towards lavatory is at archipelago area (42.4%) and purilieus (34.7%). The lowest house dwelling density is at purilieus/remote area (74.6%). House floor type of not soil most is at borderland and less development area (83%). The result of the study shows that the access of household towards clean water best is at archipelago area and less development area and at development district area, the highest rate of household access towards lavatory is at archipelago area and purilieus and also at development district area. Overall good environmental health status are found in the archipelago area (58,6%). It is suggested to have more special policy to enhance health status of community who live in less development district area, borderland, archipelago and remote area (DTPK-T), program to enhance clean water piping to reache out for household reside in DTPK-T and lavatory programming to entire households at DTPK-T.Keywords : environment of health, less development area, borderland area, archipelago area, remote area.
HUBUNGAN PENYAKIT MENULAR BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Elsi, Elsa
GIZI INDONESIA Vol 35, No 2 (2012): September 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v35i2.131

Abstract

Penyakit menular berbasis lingkungan dapat menyebabkan kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit menular berbasis lingkungan dengan status gizi balita (0-59 bulan) dengan menggunakan data Riskesdas 2007.  Desain penelitian adalah crosssectional  yang  bersifat  deskriptif.  Populasi  penelitian  adalah  seluruh  balita  0-59  bulan  pada  Riskesdas 2007, sedangkan sampel adalah seluruh balita 0-59 bulan pada Riskesdas 2007  dengan ibu yang berusia 15-54 tahun. Kriteria inklusi  adalah seluruh rumah tangga Riskesdas 2007 yang mempunyai balita dengan variabel  yang  lengkap.  Data  yang  dikumpulkan  meliputi:  karakteristik  balita  (umur,  jenis  kelamin,  berat badan),  karakteristik  ibu  (umur,  pendidikan,  dan  pekerjaan),  penyakit  menular  berbasis  lingkungan (penyakit  filariasis,  demam  berdarah  dengue,  malaria,  infeksi  saluran  pernafasan  akut,  pneumonia, tuberkulosis paru, campak, tifoid, hepatitis, diare), dan lingkungan rumah tangga balita ( kualitas fisik air minum, kualitas tanah, dan pemeliharaan ternak). Hasil penelitian menunjukkan  bahwa risiko status gizi kurang dan status gizi buruk pada balita yang mengalami penyakit menular berbasis lingkungan dan ibu dengan pendidikan SD ke bawah lebih tinggi (OR=2,05) dibandingkan ibu dengan pendidikan perguruan tinggi (OR= 1,12). Sedangkan menurut tempat tinggal diketahui bahwa risiko status gizi kurang dan status gizi  buruk  pada  balita  yang  mengalami  penyakit  menular  berbasis  lingkungan  dan  bertempat  tinggal di perdesaan lebih tinggi (OR=1,25) dibandingkan balita yang tinggal di perkotaan (OR= 1,12).Kata kunci: penyakit menular, lingkungan, status gizi
HUBUNGAN PENYAKIT MENULAR BERBASIS LINGKUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Elsi, Elsa
GIZI INDONESIA Vol 35, No 2 (2012): September 2012
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.473 KB)

Abstract

Penyakit menular berbasis lingkungan dapat menyebabkan kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit menular berbasis lingkungan dengan status gizi balita (0-59 bulan) dengan menggunakan data Riskesdas 2007.  Desain penelitian adalah crosssectional  yang  bersifat  deskriptif.  Populasi  penelitian  adalah  seluruh  balita  0-59  bulan  pada  Riskesdas 2007, sedangkan sampel adalah seluruh balita 0-59 bulan pada Riskesdas 2007  dengan ibu yang berusia 15-54 tahun. Kriteria inklusi  adalah seluruh rumah tangga Riskesdas 2007 yang mempunyai balita dengan variabel  yang  lengkap.  Data  yang  dikumpulkan  meliputi:  karakteristik  balita  (umur,  jenis  kelamin,  berat badan),  karakteristik  ibu  (umur,  pendidikan,  dan  pekerjaan),  penyakit  menular  berbasis  lingkungan (penyakit  filariasis,  demam  berdarah  dengue,  malaria,  infeksi  saluran  pernafasan  akut,  pneumonia, tuberkulosis paru, campak, tifoid, hepatitis, diare), dan lingkungan rumah tangga balita ( kualitas fisik air minum, kualitas tanah, dan pemeliharaan ternak). Hasil penelitian menunjukkan  bahwa risiko status gizi kurang dan status gizi buruk pada balita yang mengalami penyakit menular berbasis lingkungan dan ibu dengan pendidikan SD ke bawah lebih tinggi (OR=2,05) dibandingkan ibu dengan pendidikan perguruan tinggi (OR= 1,12). Sedangkan menurut tempat tinggal diketahui bahwa risiko status gizi kurang dan status gizi  buruk  pada  balita  yang  mengalami  penyakit  menular  berbasis  lingkungan  dan  bertempat  tinggal di perdesaan lebih tinggi (OR=1,25) dibandingkan balita yang tinggal di perkotaan (OR= 1,12).Kata kunci: penyakit menular, lingkungan, status gizi
Deskripsi Sanitasi Lingkungan, Perilaku Ibu, dan Kesehatan Anak Kasnodihardjo, Kasnodihardjo; Elsi, Elsa
Kesmas Vol. 7, No. 9
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2009, dilakukan penelitian deskriptif di Kecamatan Jatibarang dan Kecamatan Kedokan Bunder untuk mengetahui faktor-faktor sanitasi lingkungan, dan perilaku ibu-ibu dan kejadian penyakit infeksi pada bayi dan anak. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan responden ibu rumah tangga yang mempunyai bayi/ anak balita berjumlah 401 orang. Penyakit diare pada bayi/anak disebabkan oleh media tercemar yang masuk ke sistem pencernaan melalui sumber air untuk minum maupun mandi, cuci, kakus (MCK) yang bukan berasal dari ledeng, keluarga yang tidak mempunyai jamban, ibu yang masih jarang mencuci tangan setelah membersihkan kotoran bayi ataupun setelah buang air besar, meminum dan memakan makanan yang tidak dimasak, dan sampah yang dibuang ke lingkungan. Penyakit Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), pneumonia, dan tuberkulosis paru pada bayi/anak kemungkinan disebabkan media tercemar masuk ke sistem pernapasan melalui sampah yang dibakar, membawa (menggendong) anak sewaktu memasak, merokok di dalam rumah berdekatan dengan bayi/anak, menggunakan obat nyamuk bakar, penderita tuberkulosis paru meludah dan membuang dahak di sembarang tempat dan penderita tidur bersama anggota keluarga yang lain. Penyakit tular vektor pada bayi/anak (malaria) kemungkinan disebabkan upaya pencegahan gigitan nyamuk dengan repellent kurang efektif dan penggunaan kelambu masih rendah. In 2009 a descriptive study conducted in the subdistrict Jatibarang and Kedokan Bunder to determine the factors of environmental sanitation, infectious disease in baby/child, and mother’s behavior. Data were collect-ed using questionnaires which respondents are 401 housewives who have a baby/child. Occurrence of diarrhea disease in baby/child because of the possibility of contaminated media through the digestive system by water for drinking and toilets which do not originate from the piping network, families who do not have own toilet, mothers who still seldom washing hands after cleaning the baby’s stool or after a bowel movement, drinking and eating food that is not cooked and throw trash to the environment. Occurrence of respiratory diseases, pneumonia and pulmonary tuberculosis in baby/child possibly because the media is polluted through the respiratory system by burning garbage, carrying baby/children while, smoking at home or adjacent with babies/children, the use of mosquito coils, pulmonary tuberkulosis patients spit and throw phlegm in random places and sleeping with other family members. The occurrence of vector borne diseases in baby/child (malaria) because of the possibility of preventing mosquito bites with repellent less effective, the use of mosquito nets still low.